Hello gez! Yang vote udah 30. Happy reading!!
"Aduh lo lagi lo lagi Ken. Kapan sih lo pergi dari hidup gue?" keluh Jenny
"Lo kenapa sih? Gue gak ada salah sama lo. Tapi lo tiba-tiba ketus gitu sama gue. Gue gak ngerti jalan pikiran lo. Serah lo deh. Kalo lo nyuruh gue pergi dari hidup lo, oke gue pergi." ujar Ken lalu berjalan pergi.
"Ken, gue gak mau hubungan lo rusak"
Langkah Ken sempat terhenti mendengar ucapan Jenny. Namun tak membuatnya menoleh.
"Gue minta maaf" ujar Jenny selepas Ken menjauh.
Hiks...hiks. Jenny berjalan menuju kelas sambil menghapus air matanya. Menuju tempat duduk yang sedari tadi sudah ada Kevin disebelahnya. Hening. Jenny menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Woiiiiii." Kevin meruntuhkan suasana sambil sedikit menyenggol bahu Jenny.
Sunyi. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Jenny. Posisi duduk Jenny pun masih sama. Diam dengan wajah masih tertutup tangan.
Sampai istirahat guru tidak ada karna rapat. Hanin kekantin duluan karna dia tau kalau mood Jenny sedang tidak bagus.
Kevin yang merasa diacuhkan sejak tadi memaksa menarik tangan Jenny.
"Ayokkk bukaaaa." ujar Kevin menarik paksa tangan Jenny. Terbuka. Tangannya basah karna air yang keluar dari mata coklat gadis ini.
"Hiks...hiks gue salah." Jenny refleks memeluk erat Kevin.
"Sa-lah? apa sih?" gagap Kevin.
Jenny tersadar, ia melepaskan pelukannya sambil mendorong Kevin kebelakang yang sontak membuat Kevin jatuh.
"Lo apa-apaan sihhh!!!" ujar Kevin sambil mengelus kepalanya yang tersantuk kaki meja.
"Abis lo modus sih! Lo cari-cari kesempatankan?." Jenny menunjuk Kevin sambil menghapus air matanya.
"OGAH!"
Kembali hening. Mereka saling diam. Tidak ada yang memulai obrolan karna gengsi mereka terlalu tinggi. Jenny mengawalinya,
"Gue minta maaf." ujar Jenny menyodorkan tangannya.
"Gue maafin deh mm?" balas Kevin.
"Jenny,"
"Oke gue maafin Jen." ujar Kevin sedikit tersenyum.
"Vin,"
Kevin menoleh menaikkan dagunya keatas.
"Yok kekantin laper." ujar Jenny menarik tangan Kevin.
"Lah,"
Mereka kekantin berdua. Jenny melirik meja yang terdapat Hanin disana. Sedang duduk sambil makan dengan lahap, pikirnya. Jenny menuju kesana diikuti oleh Kevin.
"Haninnnn." Jenny sontak memeluk Hanin.
Uhuk...uhuk. "Kenapa sih Jen?." tanya Hanin dengan raut wajah kepedasan.
Jenny hanya menggeleng dan Kevin hanya duduk memandanginya.
"Yaudah lo gak makan?" tanya Hanin.
"Iya gue laperrr, Kevin... anak baikkan?" Jenny bertanya sambil tersenyum kearah Kevin.
"Alah modus doang lo. Yaudah tunggu." Kevin beranjak dari tempat duduknya dan segera mengantri makanan.
"Emang tuh cowok tau makanan kesukaan gue?" tanya Jenny pada Hanin.
Hanin menggeleng lalu melanjutkan makannya yang tertunda karna Jenny.
10 menit kemudian...
Kevin datang membawa nampan berisi satu mangkuk bakso dan orange juice. Kevin memberikan makanan tersebut pada Jenny lalu kembali duduk.
"Lo kok tau makanan kesukaan gue?"
"Gue tau semua tentang lo." ujar Kevin terkekeh kecil.
"Sotoy! Btw thanks ya!" ujar Jenny sambil menyeruput orange juice.
Kevin tidak makan dan hanya duduk memandangi Jenny. Sedangkan Hanin sudah duluan kekelas karna ingin mengerjakan tugas bu Rana.
"Ummm, dah kenyanggg. Oh ya ini duit lo." ujar Jenny sambil menyodorkan uang 50.000.
"Udah simpen aja, ntar gantian lo yang traktir gue,"
"Leh uga."
Mereka menuju kelas. Jenny tak sengaja berpapasan dengan Ken. Jenny memandang Ken namun Ken hanya berlalu mengacuhkan Jenny.
"Inikan yang lo mau Jen?" ujar Ken dalam hatinya lalu memandang Kevin "Dia siapa?".
"Udah buruan Jen." Kevin menarik tangan Jenny.
**
Ken masih terpaku seakan-akan sikapnya tadi salah.
"Ngapain juga gue pikirin tuh cewek. Gue kan nembak dia cuma buat pelampiasan doang,"
"Woyy!" Tama dan Reyhan datang menghampiri Ken yang sedari tadi melamun.
"Lo murung gitu. Patah hati lo?" ejek Tama.
"Aelah lo berdua apaan sih." ujar Ken mengelak.
"Lo abis nembak Jenny kan? Trus hasilnya?" tanya Reyhan setengah berbisik.
"Ditolak. Puas lo?"
"DEMI DUNIA DAN SEISINYA?"
"Sejak kapan lo alay? Serius gue njir" ujar Ken.
"Hah? Boleh boleh tuh cewek. Mahal." ujar Reyhan setengah berfikir.
Ken sekarang bingung dengan perasaannya. Ken yang awalnya mencari tempat pelampiasan malah takut akan jatuh cinta pada Jenny. Namun hubungannya dengan Ginnar entah berantah.
Sepulang sekolah, Tama dan Reyhan janjian untuk bertemu Hanin dibelakang sekolah.
Kring..kring..
"Duduk duduk ada guru woi!" ujar Ken selaku ketua kelas.
Suasana pelajaran begitu sunyi. Karna semua siswa tidak ada yang membuka mulut untuk berbicara. Guru killer, pantas saja.
**
Hanin menghampiri Tama dan Reyhan kebelakang sekolah, sesuai janji mereka dimultichat tadi.
"Eh Nin lo gimana sih kok Jenny nolak Ken sih? Gilak ya temen lo satu itu." ujar Reyhan ketika baru sampai.
"Temen lo yang gilak! Masa baru kenal dua mingguan udah nembak?" balas Hanin yang tidak terima dengan ucapan Reyhan barusan.
"Kalian apa-apaan sih kok malah ribut. Bener juga yang diomongin Hanin. Ken nembak gak sesuai yang kita rencanain." ujar Tama sedikit membela Hanin.
"Yaudah deh gue cabut dulu. Banyak keperluan lain." ucap Reyhan sedikit kesal.
"Yaelah Rey sensitif banget kek cewek." gumam Tama.
Reyhan pulang meninggalkan mereka. Sekarang tinggal Tama dan Hanin berdua. Tama dan Hanin sebenarnya sudah kenal lama, tepatnya dari SMP. Tapi, Jenny tidak mengetahuinya.
**
Jenny menyempatkan dirinya melihat berita di mading sekolah dan membaca pengumuman yang isinya kegiatan tahunan sekolah berupa pensi dimundurkan menjadi tanggal 19 july 2017, lusa.
"Shitt! Diundur terus. Tau ah peduli amat!" celoteh Jenny lalu pergi dari sana.
Jenny berdiri diparkiran menunggu kedatangan Hanin. Namun hasilnya nihil. Hanin tak kunjung datang.
"Ihhh Hanin mana sih!" ujar Jenny menghentakkan kakinya.
Terlihat dari kejauhan, seseorang berjalan mengarah ke Jenny, lelaki berbadan tinggi dengan kacamata yang membuatnya tampak cool.
"Woaah!"
Oh ya khusus dipart selanjutnya membahas pemeran dan ada sedikit info dari aku ya! Jangan lupa vote,komen and follow ya:) big thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Mine
RomanceJatuh cinta adalah hal kecil yang sulit dihilangkan. Aku mencoba merangkai mimpi untuk terus berharap. Berharap akan hal indah yang datang padaku suatu hari. Aku terus memendam perasaan ini, namun aku terus terjebak oleh perasaanku sendiri. Jujur ak...