Part 2

9.1K 113 0
                                    

"Dia disitu lagi!!"  umpat Radith dalam hati.  Sudah ketiga kali nya dalam waktu seminggu ia menempati meja yang sama di pelataran restoran yang menjorok ke pantai.

Sekarang wanita itu mengetuk-ngetukan pensil ke atas sebuah notes yang dianggap Radith sebagai ciri khas dirinya. Apa sih yang ditulisnya? Batin radith. Apakah wanita itu termasuk salah satu reporter yang usil itu? Mudah-mudahan saja tidak. Tapi bukankah itu ciri khas sebuah tabloid untuk memancing perhatiannya demi mendapatkan sebuah wawancara?

"Maaf pak? jadi ini maunya gimana? "
"Ya sus?" Radith mengalihkan perhatian ke Suster Dian yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.
"Maaf pak, maksud saya bapak jadi ngajak Sean main di pantai?"
Sudut mata Radith berkerut saat dia tersenyum,  menyamarkan garis halus di wajahnya yang kecoklatan. Sebuah senyuman yang mengingatkan akan hari-hari sebelum ia mengenal apa arti sebuah tragedi.

Flashback on

"Hallo,  dengan Bapak Radith?"
"Saya sendiri" sahutnya dalam nada ringan
"Anda sendirian?"
Radith masih sempat menjauhkan smartphone di telinganya dan menatap layar ponsel tersebut hanya sekedar memastikan siapa yang menelepon dengan heran bercampur geli,  kemudian ia tertawa "Ya saya cuma sendiri dengan anak saya. Maaf tapi ini siapa ya? Iseng amat?" sahutnya sinis.
"Bapak Radith saya Briptu Tike dari Satlantas Mabes Polri. Saya hanya mau memberitahukan kepada Bapak bahwa telah terjadi kecelakaan tunggal yang menewaskan Ibu Regina" sahut orang diseberang sana.
Radith tak ingat banyak mengenai apa yang yg terjadi setelah itu..  Shock..  Mungkin hanya kata itu yang bisa mewakili perasaan Radith.

Flashback off

Sambil menggandeng putra semata wayangnya,  Radith mengajak Sean bermain pasir pantai sambil berlari-lari kecil mengejar ombak yang bergulung berlarian silih berganti. Ya hanya Sean lah pelipur lara dan harapan bagi Radith semenjak kematian Regina.

Radith terus bercanda dan berlarian bersama Sean. Kelelahan Radith pun duduk bersama putranya di pasir. Sean tampak senang khas anak kecil yang berumur 2 tahun. Mungkin memanhmg dia belum tau rasanya kehilangan. Tapi itu bukan salah Sean, dia hanya masih terlalu kecil dan belum mengerti apa-apa. Radith tertawa sambil menciumi pipi gembul anaknya itu.

Tampak dikejauhan beberapa orang cewek-cewek yang menempel di pagar seperti penghuni kebun binatang yang kelaparan. Dan dirinya lah yang menjadi santapan. Tanpa rasa malu mereka berteriak-teriak sambil membawa spanduk bertuliskan Radithlicious.

"Kayaknya penggemar lu dateng semua tuh" ujar Dimas terkesan sambil duduk di samping Radith. Dia hanya tersenyum kecut menatap Dimas yg sedikit sarkas menurutnya.

"Jangan sinis gitu donk bro, mereka kan fans lo" ujar Dimas lagi

"Mereka tuh bukan cm penggemar,  tapi juga merangkap jadi reporter sekaligus haters.  Yang mereka lakukan hanya menyatakan klo gue tuh udah bukan apa-apa lagi. Karir gue tuh udh tamat dan mereka hanya tau kalo gue cuma pemabuk"

"Kemarin-kemarin emang lo banyak minum bro, tp itu gak akan ngerubah lo jadi monster buruk rupa juga keless" canda dimas "Intinya sekarang lo udh gak gitu lagi, lo sekarang jadi Radith yang baru,  Radith yang udh move on yang bisa melakukan hal-hal fantastis kaya dulu! Bahkan bisa lebih bro.. Ya walau gue akuin sih muke lo masih ganteng dan gak berubah" sindir Dimas sambil menyenggol pundak Radith.
Mereka tertawa akrab saat melangkah menuju rumah pantai Milik Radith tersebut. Radith masih melihat bahwa wanita itu masih duduk disana. Berkas-berkas kertasnya masih berserakan di atas meja dan sebuah gelas berisi air mineral disebelah kanan nya. Batinnya berkata mungkin dia harus menemui dan mencari tau siapa wanita itu jika sehabis mandi wanita masih duduk disana.

Setelah mandi,  Radith mengajak Dimas untuk makan siang di Restoran di pinggir pantai dekat Rumah Radith tersebut, tempat dimana 3 hari belakangan ini Radith selalu melihat wanita itu duduk ditempat yang sama.
Saat ini mungkin Radith harus melewati meja wanita itu agar terkesan bahwa itu hanya pertemuan yang kebetulan.
Mereka hampir sampai di dekat mejanya saat wanita itu tiba-tiba mengangkat wajahnya. Refleks,  seakan kemunculan Radith dan Dimas mengganggu kosentrasinya sehingga mau tak mau ia harus mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.  Pandangan mereka bertemu dan membuat Radith menyipitkan mata dan telinganya dan tidak lagi menyimak ocehan-ocehan Dimas.
Wanita itu mengalihkan perhatiannya kembali ke kertasnya, namun Radith masih sempat bahwa nuansa matanya yg coklat mempesona dengan bingkai bulu mata gelap dan lentik.

Radith merasa dirinya tak merasa butuh untuk kenalan dengan seorang wanita,  siapa pun wanita itu. Cuma yang satu ini membuatnya sedikit penasaran, dan kalau dia mau jujur pada dirinya,  alasan utama mengapa wanita ini mengunggah rasa ingin tahu nya adalah karena sikapnya yang acuh tak acuh terhadap dirinya.

Let Me Show YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang