Bab 4: Serpihan Hati

29 8 0
                                    

Tahu apa kau tentang cinta. Jika kau menganggap cinta orang lain candaan dan tipuan?

.Shinta.

Romeo baru saja memarkirkan motornya dipelantaran rumahnya. Hari ini hari yang cukup melelahkan namun menyenangkan karena hari ini ia kencan dengan Karen. Romeo menggunakan kaus berwarna putih polos dibalut dengan jaket kulit, ia juga menggunakan celana jeans berwarna biru elektrik dan sepatu vans berwarna putih.

Ia memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Tadi mamanya memang mengatakan bahwa ia dan papanya akan makan malam diluar sambil pacaran. Ya, kedua orang tua Romeo memang selalu terlihat awet hubungannya. Namun terkadang itu membuat Romeo kesal. Ia merasa seperti nyamuk saat pergi bersama orang tuanya. Ia selalu disuruh memfoto kemersanaan kedua orang tuannya saat liburan. Dan itu membuatnya terlihat seperti tukang foto dari pada anak orang tuannya.

Romeo berjalan menuju kamarnya. Ia melirik arlojinya sekilas dan jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Itu artinya ia sudah pergi selama 5  jam, karena ia telah pergi dari jam 2 siang untuk berkencan dengan Karen.

Dibukannya perlahan kamarnya yang terlihat gelap. Dengan perlahan ia menuju stopkontak kamarnya dan menyalahkan lampu kamarnya.

"Surprise," kata seseorang yang berdiri dikasur king size milik Romeo.

Romeo tampak terkejut setengah mati melihat itu semua. Namun setelah beberapa saat kemudian dia merasa dirinya terbakar oleh emosi setelah sadar bahwa orang yang tengah berada dikasurnya itu adalah Shinta. Entah bagaimana caranya Shinta bisa berada dikamarnya.

"Kamu senang kan aku ada disini," seru Shinta penuh keceriaan. Ia langsung melompat dari kasur Romeo dan berdiri didepan Romeo dengan senyum menawannya.

"Ngapain lo disini?!" desis Romeo tanpa menutupi nada tajam dan tak suka disetiap katanya. Namun, Shinta tak memperdulikan itu.

"Ketemu kamu lah. Ngapain lagi coba?" kata Shinta sambil mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo bisa masuk?"

"Oh itu. Aku tadi datangnya rada sorean gitu. Trus ketemu mama dan papamu yang mau pergi makan malam. Mereka kira aku pacar kamu. Aku gak nyangka kalau kamu belum ngenalin Kar--"

Belum sempat Shinta menyelesaikan kata-katanya Romeo sudah menarik paksa tangannya keluar dari kamar Romeo. Romeo berniat mengusir Shinta. Lagi pula siapa yang terima jika orang yang kita benci masuk begitu saja ke kamar kita?

"Romeo sakit, Rom. Lepasin aku," Shinta terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Romeo. Namun bukannya mengendur genggaman itu semakin kuat hingga Shinta yakin tangannya akan memerah karena ini.

Romeo mendorong kasar Shinta menuju luar rumahnya.

"Gue gak mau ngeliat lo lagi ada dirumah gue. Jadi mendingan lo pergi aja dari sini, sebelum gue makin kasar sama lo," Romeo mengatakannya dengan suara tinggi dan nada tak ingin dibantah.

"Rom," gumam Shinta lirih. Ia yak percaya Romeo akan mengusirnya seperti ini. Walau ini bukanlah pertama kalinya Romeo mengusirnya.

"Lo dengar gak sih pergi!" bentak Romeo dengan wajah memerah karena marah.

"Aku cinta kamu Rom," seru Shinta tak ingin pergi.

"Ck. Lo cinta gue? Gue sama sekali gak butuh cinta lo itu. Cinta lo palsu dan memuakan," ucap Romeo dengan nada merendahkan.

" Tahu apa kamu tentang cinta. Jika kamu menganggap cinta aku candaan dan tipuan?" tanya Shinta yang mulai kesal. Siapa yang tak akan kesal jika cintanya dihina dan dipertanyakan?

Shinta & RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang