Seorang Shinta gak akan ada artinya untuk Romeo yang menamba seorang Juliet.
.Romeo.
Romeo melempar ponselnya kesembarang arah. Emosinya sudah sampai keubun-ubun saat tahu yang meneleponnya adalah seseorang yang paling ia benci.
Shinta.
Romeo sangat membenci Shinta sejak pertama kali bertemu saat MOS. Jika teman-teman prianya sangat mengagumi kecantikan Shinta maka ia tidak. Karena menurutnya Shinta hanya bermodal tampang saja. Jika membicarahkan tentang sifatnya maka Shinta tak lebih dari seorang hama untuk Romeo.
"Anying orang kaya ma bebas ya. Hp apel setengah aja dilempar sesuka hati," sindir Vino -sahabat Romeo sejak SMP- saat melihat Romeo yang dengan santainya melempar hp yang bahkan belum setahun menjadi miliknya.
"Sayang banget nih hp layarnya pecah. Ngapain sih lo buang-buang barang bagus kayak gini. Kalau lo gak mau mending dikasih ke gua," sahut Dave -teman Romeo sejak SD- mengambil hp Romeo yang tergeletak mengenaskan dilantai kantin sekolah mereka.
"Bacot."
"Eh lo tuh ya emang dah. Emangnya siapa sih yang nelfon sampai lo se-emosi ini?" tanya Vino gereget.
"Ah lo Vin kayak gak tahu aja sih siapa yang bisa buat dia semarah ini. Siapa lagi kalau bukan Shinta," celetuk Dave sambil nyemplungin hp Romeo ke kuah bakso yang sudah tak ada baksonya lagi.
"Kampret kenapa lo yemplungin hp gue," seru Romeo terkejut sekaligus marah.
Dengan wajah polos tak berdosa Dave menatap ke arah Romeo yang seakan ingin melahapnya.
"Sayang kalau cuman layarnya doang yang pecah. Udah nanggung, jadi mendingan gue celupin aja biar sekalian gak bisa hidup," ucap Dave enteng membuat Romeo mengeram kesal sedangkan Vino tertawa.
Bel tanda masuk sekolah sudah berkumandang membuat ke tiga cowok itu mau tak mau kembali ke kelas mereka.
---
Shinta berjalan dengan santai menuju kelasnya. Seluruh mata yang berada dilorong itu menatap Shinta dengan tatapan yang beragam. Ada yang menatapnya kagum, merendahkan, mencibir dan masih banyak lagi. Tapi Shinta tak peduli.
Kakinya berhenti melangkah tepat di depan kelas XI IPA 2. Kelas ini sudah menjadi kelasnya selama tiga bulan belakangan ini. Jujur saja Shinta sama sekali tak menyukai yang namanya sains tapi karena Romeo masuk kelas IPA saat penjurusan maka Shinta yang awalnya masuk kelas Bahasa langsung pindah ke kelas ini. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan uang pastinya.
Ia melangkahkan kakinya masuk kekelas itu. Diliriknya bangku Romeo yang masih kosong.
Pasti lagi dikantin.
Ia duduk dibangkunya dengan santai. Ia duduk bersama sahabatnya. Tasya. Mereka kenal saat acara MOS dan sejak itu mereka berteman.
"Tumben dateng cepet. Biasanya ngaret mulu," ucap Tasya yang sibuk mewarnai kukunya.
Shinta tak membalas ucapan Tasya yang menurutnya tak penting. Ia memilih sibuk bermain dengan ponselnya dibukannya aplikasi instragam. Ia membuka profile nya dan melihat pengikutnya sudah mencapai angka 100k. Jujur walaupun Shinta anak gaul dia tak terlalu aktif dimedsos seperti teman-temannya yang hampir update foto atau vidio setiap hari. Ada kalanya Shinta tak meng-update apapun selama sebulan. Karena apa? Karena ia tahu walau ia jarang meng upload sesuatu ia akan tetap banyak pengikutnya. Terbukti pengikutnya lebih banyak dari teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shinta & Romeo
Teen FictionKamu benar. Nyatanya aku hanyalah pemeran antagonis dicerita cinta kamu yang sempurna dengannya. Kamu benar. Aku bukanlah seorang pemeran utama yang akan mendapatkan akhir bahagia. Kamu benar. Aku tak lebih dari sampah. Kamu benar. Aku sangat...