1

1.2K 40 0
                                    

"Semarang ramai. Hatiku sepi," gumam seorang laki-laki di tengah kegalauannya.

Laki-laki ini keturunan Arab yang lahir di Surabaya. Pernah tinggal di Jakarta, Bandung, dan sekarang menjadi perantau sebagai mahasiswa Jurusan Sejarah semester akhir di salah satu kampus ternama di Semarang. Namanya Haikal Alfarizi.

Agenda rutin setiap malam Sabtu adalah ke Pura Agung Girinata. Bukan untuk ibadah. Dia muslim.

Pergi ke pura menjadi agenda oleh sebab mengantar Ketut, sahabat dekatnya yang Hindu. Tapi itu alasan bayangan.

Alasan sesungguhnya hanya ingin menggalau di teras pura. Memandang Semarang dari ketinggian. Dan bertanya-tanya kapan jodohnya tiba.

"Weekend ini ada acara nggak?" tanya Ketut setelah selesai ibadah.

"Kenapa?" Haikal balik bertanya.

"Ikut ini acara asik kayaknya," jawab Ketut sambil memberikan i-phone-nya.

Di layar i-phone tertera pamflet acara "Lawatan Semarang". Penyelenggaranya mahasiswa sejarah kampus sebelah.

"Yok. Mangkat!"

Seperti jawaban jomblo pada umumnya.

Sepulangnya dari pura, Haikal melihat kembali pamflet yang sudah dikirim Ketut. Kemudian entah kenapa teringat suatu ketika seorang kawan pernah bertanya,  "Kenapa ambil jurusan sejarah? Kenapa milih di Semarang?"

Si jomblo dari lahir ini menjawab, "Rencana Tuhan. Saya bisa apa selain mengikuti."

Kalau di dunia ini hanya ada satu orang yang selalu pasrah mengikuti rencana Tuhan, maka Haikal adalah orangnya.

Tapi di balik pasrahnya, dia selalu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya, dan selalu menemukan jawaban kenapa Tuhan memberi jalan hidup ini kepadanya.

Sekarang, kalau ada yang bertanya, "Kenapa ambil jurusan sejarah?", jawaban Haikal, "Sejarah itu ilmu yang ajarkan manusia untuk bijaksana. Dan saya ingin."

Untuk pertanyaan kedua, "Kenapa milih di Semarang?", jawabannya masih sama, rencana Tuhan.

***

Semarang, Sejarah dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang