Chapter 2 (Edisi jadul a.k.a curhat)

6 2 0
                                    

*
*
*

Lelaki dengan setelan jas hitam dan dasi biru itu menyipit sebagai salam penyambutannya yang sudah menunggu gadis itu bermenit menit lamanya.

"Kok udah dateng? Baru jam sepuluhkan?" ucap Clara tanpa memperdulikan tatapan jengkel dari Afan dan memilih untuk menekan password apartnya.

Ceklek

"Gue yakin lo belum sarapan" suara Afan menggema di dalam ruangan ini.

"Jangankan sarapan, mandi aja belom" Afan mendelik seram, gadis ini? Menyeramkan.

"Lo taro aja dulu di panci yang ada di atas meja dapur, terus lo panasin biar kita makannya anget-anget, oke?" Lelaki itu hanya menganggukan kepalanya patuh.

Memangnya ia bisa apa? Hihi

oOo

Langkah kakinya dipercepat membuat seisi ruangan menoleh cepat kearah suara, dirinya.

"Nih" Arya menyodorkan 'barang wanita' itu kepada Kaniya yang masih meringkuk menahan sakit.

"Ar, gue sama Rafi tunggu di bawah ya" ucap Alfa seraya menepuk bahu Arya pelan. Arya hanya menganggukan kepalanya sekilas, ia tidak terlalu fokus pada kedua temannya.

Sampai pada hanya tersisa Arya seorang diri setelah Kaniya pamit pergi ke kamar kecil, keadaan menjadi hening. Arya hanya diam sambil menatap lurus suasana ibukota dari balkon kamar rawat.

Gadis itu? Seperti ada yang mengganjal, tapi apa?

Hening untuk beberapa saat. Pikirannya begitu kalut memikirkan gadis tadi. Sepertinya mereka pernah bertemu, tapi dimana?

"Arya, makasih" merasa namanya dipanggil,  lelaki itupun menoleh. Ia membalasnya dengan sebuah senyuman hangat.

"Kamu gak ngampus?" Tanya Kaniya sambil kembali membaringkan tubuhnya susah payah di atas ranjang.

Arya menggeleng, "aku bakal jagain kamu, absen sekali-kali gak papa"

Kaniya tersenyum tulus, "makasih atas semuanya."

Arya mengangguk, "sama-sama. Eh, tapi kamu udah gak papakan?"

Kaniya menggeleng sambil menampakkan senyum strongnya ;)

oOo

Gadis itu baru saja usai membersihkan dirinya. Ia keluar dari kamar mandi dengan kondisi kepala yang terlilit handuk. Hari ini gadis itu mengenakan kaos berwarna hitam polos yang di padu padankan dengan boxer berwarna pink dengan corak animasi Pikachu.

"Hasil ronsen kemaren kapan keluarnya?" Tanya Afan sambil mengaduk soto ayam yang baru saja ia hangatkan.

Clara tidak langsung menjawab, ia malah sibuk mencharge ponselnya yang sudah sangat kehabisan daya itu.

"Woy!"

"Hah? Apaan?"

"Hasil ronsen kemaren gimana? Udah lo ambil?"

Clara melangkah menuju meja makan minimalisnya, di lepasnya handuk yang melilit kepalanya, "belum"

"Nih makan, gue harus balik sekarang. Oh ya, besok gue ada meeting di Singapure, biasa, client gue impor, gue mungkin gak bakal ngabarin apa-apa, because i'm busy! Oke?" Ucap Afan sambil menyodorkan semangkuk soto ayam dan sepiring nasi putih.

"Cewe lo ikut?" Tanya Clara sambil berjalan menuju kamar mandi, ia mengembalikan letak handuknya.

"Dia bukan cewe gue!" Koreksi Afan sambil memakai jasnya kembali.

Clara keluar dari kamar mandi, ia mengambil segelas air lebih dulu, lalu meneguknya perlahan, "nanti gue kirimin makan siang kesini, Radit tar malem gue suruh kesini. Gue balik ya?"

Clara mengangguk patuh, ia sudah terlalu lapar, jadi ia fokus saja pada soto favoritnya.

"Bye" Afan sudah meraih knop pintu dan siap untuk menariknya.

"Fan, tadi gue ketemu Arya"

Deg

Afan menoleh dengan wajah terkejutnya. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar.

"Lo gak meluk atau nyium dia depan umum kan?"

"Ya enggaklah, dia juga gak ngenalin gue, masa gue di bilang Intan" Clara tertawa miris.

"Kita bahas lagi nanti, gue balik. Bye"

"Salam sama Anggi!!" Teriak Clara, sehabis itu tertawa cekikikan.

Clek

Pintu kembali tertutup.

oOo

Suara adzan maghrib baru saja terdengar. Clara masih setia membaca novel pemberian Afan satu tahun yang lalu. Sebenarnya, bukan tanpa maksud Afan memberikannya. Di novel ini menceritakan sebuah kehidupan yang hampir seratus persen sama dengan dirinya. Tentu Afan ingin agar ia lebih belajar lagi.

Novel berjudul Hugs itu menceritakan tentang seorang gadis pengidap komplikasi Jantung kronis sejak usia yang begitu dini, yang jatuh cinta dengan pemuda kaya raya yang dalam penggambarannya terkesan begitu tampan. Cinta yang gadis itu rasakan adalah sejenis cinta bertepuk sebelah tangan. Singkat cerita, perjuangan gadis itu tidak membuahkan hasil maksimal. Walaupun ia mendapatkan cinta yang dia mau di penghujung akhir cerita, tetapi ia tidak mendapatkan sosok  itu.  Intinya begitu, rumit untuk di jelaskan -_-

Apakah cinta antara Clara dan Arya seperti itu? Berakhir setragis itu? Apa mungkin?

Tok tok tok

Clara menoleh ke arah pintu, ia mencopot kaca matanya lebih dulu dan menyimpan novelnya ke dalam tas. Clara melangkah mendekati pintu, ia mengintip lebih dulu ke layar interkrom. Dan...

"Arya?"

Jantungnya bak di belah pedang, kaget! Apasih -_-

I Won't Say A WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang