*
*
*Usai acara makan yang super singkat itu. Arya dengan teganya mengatakan bahwa ia harus segera pulang, karena memiliki janji temu dengan Kaniya. Ah! Apa ada yang lebih menyesakan lagi?!
Setibanya mereka di lobi Apartemen, Arya buru-buru pamit. Sepertinya lelaki itu tampak begitu terburu-buru.
"Gue balik dulu ya, Ra" ucap Alfa tiba-tiba.
Clara menoleh, "lo belom jawab pertanyaan gue! Ayo kita ke kamar gue! Kebetulah ada Afan" Clara meraih lengan Alfa cepat dan menyeret lelaki itu menuju kamarnya.
oOo
Setelah sepuluh tahun tidak pernah berjumpa apalagi mengobrol bersama, kini rasanya benar-benar canggung. Terlihat sekali dari bagaimana Alfa terus menatap sekeliling dengan bingung.
"Gue kangen banget sama lo, kangen duduk bareng cowok pinter kayak lo, kangen diboncengin pas pulang sama lo, kangen di omelin karena udah ngabisin duit gue demi beli Mie Ayam buat Arya, inget galaknya elo, kangen pokoknya" Clara tiba-tiba menyandarkan kepalanya di pundak Alfa, entah kenapa, tinggi mereka seolah singkron untuk tindakan semacam ini.
Alfa jelas terkejut, ia menoleh sesaat, lalu kembali menatap ke depan, "gue juga"
"Lo bener-bener harus disidang, Al!"
"Eh?"
oOo
Mereka berdua masih berdiri di ambang pintu sambil menyaksikan ekspresi keterkejutan Afan yang melihat kedatangan Alfa. Benar-benar terkejut.
"Fan? Udah kagetnya?" Tanya Clara mulai jenuh. Ia melangkah menuju kulkas dan meraih sekaleng soft drink, ia bahkan meneguknya dengan kasar.
"Hay Fan" sapa Alfa.
Clara melirik Afan yang tampak tidak menggubris. Lelaki itu bahkan terlihat berkerut samar.
"Fan! Alfa ngomong sama lo!" Beritahu Clara seolah menyadarkan lelaki itu dari keterkejutannya (?)
oOo
Clara belum mendapatkan kejelasan apapun. Ia malah di suruh membersihkan diri lagi karena katanya baunya sudah tidak sedap. Di bilang seperti itu oleh dua lelaki tampan, siapa yang tidak ingin rasanya untuk segera nyemplung ke danau toba?
Krik krik
Sementara menunggu Clara, lelaki dengan setelan kemeja yang sama saat pertama kali datang pagi tadi itu duduk termangu di atas ranjang. Sementara lelaki yang sudah cukup asing yang satunya, ia cenderung menunduk. Ya, ia sedang duduk di meja belajar Clara sambil melihat album wisuda Clara.
"Gue dateng" ucap Alfa tiba-tiba.
Afan menoleh, sejak tadi ia mencoba untuk mengontrol emosinya yang kian mendidih itu, "lo ngomong apa?"
"Gue dateng ke kampusnya Clara waktu itu, hari wisudanya. Gue selalu mantau dia kok" ucap Alfa sedih.
Afan tertawa meremehkan, "siapa yang peduli lo merhatiin apa enggak? Semua itu gak ada artinya lagi, Al"
"Masalah gue sama lo, Fan, bukan Clara"
"Iya gue tahu" Afan berjalan ke arah kulkas, ia meraih softdrink yang sama seperti yang Clara minum tadi.
"Gue udah gak cinta sama dia" kata Alfa seolah menjelaskan. Ia menutup album foto milik Clara dan menatap Afan lekat.
"Lo yakin?" Afan berbalik dengan tatapan meremehkannya.
"Ya"
"Baguslah. Ya asal lo tau aja, Clara mungkin terima kalo lo disini lagi, tapi enggak dengan gue ataupun Radit. Waktu itu langkah lo udah bener, karena merasa sakit hati ngeliat kedeketan Clara sama Arya, lo sampe ninggalin dia. Setiap tahun selama sepuluh tahun perpisahan alias kepergian lo itu, dia selalu nyiapin kue dan langsung nyuruh gue sama Radit kesini. Lo tau buat apa? Ngerayain ulang tahun lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Won't Say A Word
RomanceJika seseorang mungkin menolakmu, setidaknya akan baik-baik saja jika ia bisa mengingat bagaimana besarnya cintamu atau bahkan caramu demi balasan darinya. Namun bagaimana jika ia malah tidak mengingat satu kejadianpun? Satu perjuanganpun? Jawabann...