"Hah? Gila ya lo?" Tanya Krystal setelah ada semenit kita diam tanpa ngobrol sepatah kata pun. Kayaknya dia tadi memproses kata-kata gue selama semenit.
Jantung gue udah mau meledak. Gue kira dia bakal jawab. Taunya cuma nanya gitu doang.
Gue menggeleng. "Gue serius," kata gue. "Gue nggak tau sejak kapan gue jatuh cinta sama lo, tapi lo berhasil bikin kepala gue dipenuhi sama lo,"
"You're kidding me, aren't you?"
"Nggak. Gue nggak bercanda, Krystal," ujar gue, mencoba meyakinkan perempuan yang satu ini.
Dia menggeleng. Menolak percaya. "You need to go home, Sehun. I'm tired," ujarnya sambil beranjak dari lantai.
Gue melongo dan tetap diam di tempat.
"Pulang, Sehun." Ujarnya dingin.
Gue terkesiap. "Lo marah sama gue?" Tanya gue ketika gue udah beranjak dari lantai. Dia bahkan nggak menatap gue.
"Just, go home," katanya sambil menunjuk pintu keluar. "Lo nggak lupa 'kan letak pintu gue di mana?"
"Gue nggak akan pulang," kata gue. "Lo ngegantungin gue apa gimana sih?"
"Gue nggak bisa nerima lo, Hun," katanya akhirnya.
Ada rasa pedih yang menyusup di hati gue. Untuk berjalan pulang rasanya gue nggak sanggup. "Why? Lo suka sama orang lain?"
Dia menggeleng. "Gue nggak mau lo berantem lagi sama Kai," katanya dingin. "Sekarang, pulang. Gue capek banget. Lo ngerti kan?"
Gue nggak ngerti. Apa hubungannya sama Kai?
Tapi akhirnya, gue mengangguk walaupun Krystal masih nggak menatap gue. "Sorry, kalau gue bikin lo ada di posisi yang sulit," ujar gue pelan. "Gue sayang sama lo dan gue nggak mau lo jadi susah gara-gara gue. Apapun alasan lo, walaupun gue masih nggak ngerti, tapi gue bakal berusaha ngerti. Just don't go away from me, bersikaplah kayak biasanya,"
"Nggak papa kalau lo nggak jadi pacar gue. Nggak papa kalau lo nggak sayang sama gue. Gue sayang sama lo, itu aja udah cukup. Gue nggak mau memaksa karena gue nggak mau kehilangan lo," ujar gue lagi. "Gue pu-"
Ucapan gue terhenti. Krystal meluk gue. Erat banget. Dia nggak nangis dan nggak ngomong sepatah kata apapun. Dia cuma di sana, mendekap gue layaknya anak kecil.
Gue membalas pelukannya lalu mengusap kepalanya. "Gue pulang dulu ya,"
"Jangan," cicitnya lemah. "Biarin gue peluk lo lebih lama," katanya.
"Lo melukai hati gue kalau gini caranya," kata gue sambil terkekeh. "Jantung gue mau meledak nih kalau lo giniin gue,"
Krystal memukul dada gue. "Jangan bercanda dulu, anying," umpatnya.
Gue tertawa. "You won't change, will you?"
Dia nggak menjawab, cuma memeluk gue erat untuk sepuluh menit berikutnya.
×××
Kenyataannya, memang ada hal yang berubah dari gue dan Krystal. Dia menjauh, bukan cuma dari gue tapi juga dari Kai.
Gue tau dia dekat sama Seulgi, tapi biasanya dia nggak kayak gini. Ada waktu dimana dia sama Seulgi dan biasanya ada waktunya dia sama gue dan Kai, dulu. Tapi sekarang, bahkan Baekhyun kelihatan lebih dekat ke dia. Chanyeol juga. Gue dan Kai merasa asing.
Sebenarnya setelah insiden gue nembak dia, gue langsung bilang ke ketiga sohib gue itu. Gue jadi tahu kalau malamnya, ternyata Kai nembak Krystal juga. Pantas aja dia bilang gitu.