Part 1

25 4 0
                                    

Part 1

Gadis itu sedang sibuk di dalam kubikel kerjanya. Tangannya terlihat sibuk membolak-balik dokumen dan juga sibuk mencoret bagian yang salah. Mulutnya ikut menyerukan dengan lantang atas ketidaksetujuannya terhadap isi dokumen. Ia ingin protes namun ia tahu bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk protes.

Mengabaikan keinginan hatinya untuk protes gadis itu kembali membaca isi dokumen untuk terakhir kalinya. Dan begitu selesai membaca isi dokumen yang menurutnya tidak berbobot ia kembali menutupnya dengan kasar.

Tangannya kembali bergerak, mengambil sebuah map biru yang terletak di ujung mejanya. Saat tangannya melintasi iphone nya, gadis itu mengerutkan kening ketika melihat layar iphone nya yang memperlihatkan beberapa panggilan yang tak terjawab.

Bobby is Calling

Ia diam sambil mengamati panggilan tersebut hingga mati dengan sendirinya. Tidak berniat mengangkatnya. Gadis tersebut kembali bergerak untuk mengambil map biru tersebut namun ia kembali menundanya karena ada panggilan lainnya.

Bobby is Calling

Ia tahu bahwa kali ini Bobby tidak akan berhenti sampai di situ saja. Namun ia tetap tidak berniat untuk mengangkatnya. Ia tidak ingin memberikan sahabatnya kemudahan untuk menerima panggilanya. Bobby yang satu ini harus di beri pelajaran.
Gadis itu membuka lembaran pertama dari map biru tersebut. Namun lagi-lagi iphone nya kembali bergetar dengan antusiasnya. Tetapi ada perbedaan dalam photo kontaknya. Ini adalah Bobby yang ketiga.

Menghindari Bobby yang pertama saja sudah membuatnya merasa bersalah apalagi harus menghindari Bobby yang ketiga? Ia tidak tega untuk membuat  pria tampan tersebut menunggu, kecuali untuk Bobby sahabatnya.

Bobby is Calling

Ketika tangannya meraih iphone nya dan berniat untuk menggeser layar hijaunya, panggilan tersebut mati dengan cepatnya. Mengangkat bahu tidak peduli, gadis tersebut kembali meletakkan iphonenya.

Gadis tersebut kembali berkonsentrasi untuk membaca dokumennya. Ia membuka lembaran yang ketiga sambil sibuk mencatat point mana yang penting. Ada beberapa kata yang ia coret menggunakan tinta merah dan ada juga yang menggunakan tinta hijau. Ketika ingin membuka lembar keempat ia tersentak karena iphonenya kembali bergetar.

Bobby is Calling

Oh... ini Bobby kedua, sahabatnya.
Tanpa basa-basi lagi, ia langsung menggeser layar hijaunya dan menunggu hingga orang yang di ujung sana berbicara.

"Halo?" Suara serak seorang pria yang pertama kali menyapanya setelah hening yang cukup lama.
Membersihkan tenggorokan dengan air liurnya, gadis tersebut berdeham sebentar sebelum menjawab salam.

"Ya!" Suaranya melengking karena emosi bahkan beberapa temannya yang ada di balik kubikel masing-masing ikut mengangkat kepala mencari suara melengking tersebut. Saat sadar semua mata menatapnya aneh, gadis tersebut mengucapkan maaf dengan pelan.

"Angel, apakah kau sedang sibuk?" Pria itu bertanya dengan ragu.

"Menurutmu?" Tanya gadis tersebut ketus. Ia sedang tidak ingin beramah tamah.

"Ahh.. iya. Ini hari senin. Aku tahu kau sibuk."

"Apa yang ingin kau sampaikan, Bobby?" Angel menyipitkan mata dengan curiga. Ia tahu bahwa sahabatnya ini selalu melakukan apapun yang Angel tak sukai.

"Katakan padaku. Aku Bobby keberapa yang meneleponmu hari ini?" Suara tersebut terkesan bersahabat namun Angel sedang malas untuk meladeni nada ramah dalam suara tersebut.

"Kedua.. dan pertama kali aku angkat setelah sepuluh panggilan tak terjawab dari Bobby lainnya."

"Benarkah? Aku merasa tersanjung mendengarnya." Tanpa Angel sadari sudut bibirnya ikut tertarik karena lelucon sahabatnya yang garing. Namun Angel menyukainya.

B.O.BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang