Part 2

9 0 0
                                    

Vote dan komennya ya..
Psstt.. Jangan jadi sider..

Part 2

Bobby membanting kunci mobilnya di nakas. Ia langsung meneguk air minum yang telah di sediakan pelayan. Mencoba mencari ketenangan namun Bobby tidak dapat menahan amarahnya. Bahkan ia tidak tahu harus kepada siapa ia marah.

Duduk dengan cepat. Bobby mulai berteriak memanggil pelayan setianya. Ia menjerit dengan berlebihan saat memanggil. Kepalanya penuh dengan emosi. Ia tidak bisa marah dengan Angel tetapi Angel benar-benar sudah gila.

Seharusnya Angel tahu Bobby Handika adalah seorang direktur di perusahaanya yang mana sebentar lagi akan menjadi CEO menggantikan ayahnya. Dan apa yang Angel perintahkan kepadanya benar-benar tidak masuk akal. Bobby tahu bahwa Angel sudah gila dengan sindrome Bobby. Bobby yakin nama sindrome seperti itu tidak pernah ada dalam dunia kedokteran. Itu hanya akal-akalan Angel agar Bobby percaya.

Ia meradang dengan emosi yang memuncak. Saat pintu kamarnya mulai di ketuk Bobby kembali menarik napas dengan cepat. Ia mempersilahkan sang pelayan setianya masuk.

"Tuan memanggil saya?" Antonio menunduk dalam diam. Ia tahu jika Bobby sudah marah maka jangan menatapnya. Karena tidak ada yang tahu apa isi kepala sang majikan.

"Ya, Anton. Aku ingin menyuruhmu untuk mencari informasi tentang seseorang." Antonio menunggu dalam diamnya. Ia ingat betul kapan terakhir kali tuannya tersebut menyuruh ia untuk mencari informasi tentang seseorang. Saat terakhir kali dua tahun yang lalu. Antonio sedikit heran ketika tuannya meminta informasi yang menurut Antonio bukanlah menyangkut orang ataupun rekan bisnis yang Bobby kenal. Bahkan tahun-tahun sebelum dua tahun itu ia selalu mencari informasi dengan nama yang sama yaitu Bobby.

Apakah tuannya telah berubah haluan menjadi seorang gay? Antonio meragukan opini tersebut. Ia tidak percaya akan berubahnya orientasi seksual sang majikan. Sebab beberapa kali Antonio sering melihat tuannya jalan dengan perempuan yang sama selama beberapa tahun ini.

"Siapakah orang tersebut tuan?"
Bobby bahkan ingin menjerit ketika Angel sudah gila saat menyuruh Bobby untuk mencari tahu informasi apapun tentang CEO baru tersebut. Ia ingin protes namun ia tidak dapat menyuarakan suaranya. Bobby Handika adalah calon ceo ia sibuk dan itu sudah pasti. Ia juga memiliki tanggung jawab yang besar. Lalu kenapa dengan gampangnya Angel menyuruhnya mencari informasi tidak penting itu? Ia seorang direktur dan harus melakukan pekerjaan seperti penguntit? Hell no.

"Aku tidak terlalu ingat namanya. Hanya nama depannya bernama Bobby. Ia adalah CEO Barneild Group." Bobby melihat wajah Antonio yang mengernyit bingung. Namun ia mencoba tidak peduli. Jika Angel ingin Bobby menjadi penguntit maka Bobby akan menjadi penguntit sesuai ke inginan Angel. "Cari informasi sedetail mungkin. Ikuti ia selama beberapa hari serta berikan informasi tentang makanan apa yang Bobby suka. Kau mengerti?"

"Mengerti tuan. Tet-"

"Jangan membantahku, Anton. Kau harus tahu bahwa aku juga sudah gila ketika menyuruhmu melakukannya." Cukup sudah. Bobby butuh seseorang untuk mengeluarkan amarahnya. Ia tidak ingin marah di hadapan Angel. Mungkin saja Angel langsung mengeluarkan jurus karatenya. Uh- Bobby masih ingat rasa sakitnya dari jurus karate Angel ketika Bobby mengabaikan permintaan Angel satu tahun yang lalu.

"Saya mengerti, tuan. Hanya saja, apakah anda memiliki masalah dengan CEO tersebut?" Anton menatap Bobby yang sedang melamun. Terkadang Antonio tidak mengerti jalan pikiran tuannya.

"Aku bahkan tidak mengenalnya. Hanya saja si gila itu menyuruh aku melakukannya." Bobby sedikit memelankan suaranya ketika mengatakan kata gila. Ia hanya takut Angel akan mengupingnya. Ya ampun, bahkan Angel tidak ada disini, Bobby!

B.O.BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang