Part 5

3 0 0
                                    

Hai, I'm back

Jangan Lupa vote dan Komennya ya

Happy Reading all....

****

Part 5

Minggu pagi Angel gunakan untuk menelepon Ibunya. Ia terlalu merindukan suara cerewet Ibunya. Namun dalam waktu yang sama ia juga merasa menyesal karena telah menelepon.

"Kenapa kau tidak pernah pulang, Angel?" Apa yang akan Angel jawab? Ia tidak ingin pulang karena ia tahu Mama dan Papanya akan kembali berceloteh tentang kapan menikah? Siapa pacarmu yang sekarang?

Ia terlalu malas untuk menerima omelan ibunya yang luar biasa cerewet tersebut. "Ma., Angel terlalu sibuk. Angel tidak punya banyak waktu." Sambil mengganti chanel telivisi Angel menyendok ice creamnya. Ia butuh sesuatu yang manis untuk mengisi tenaganya sampai minggu depan.

"Jangan banyak alasan, Angel. Jarak Jakarta dan Bandung tidak jauh. Kau bisa pulang setelah pulang kerja."

"Tetapi, Ma." Ibunya memotong ucapan Angel dengan cepat. "Dengar.. jika kau tidak pulang hanya karena mencoba menghindari percakapan tentang pernikahan maka Mama akan marah." Angel melotot tajam. Dari mana Ibunya tahu itu?

"Ma!?" Ia merengek. Masa bodoh dengan usianya. Ia tidak peduli. Angel tahu kedua orang tuanya sangat mengharapkan anak satu-satunya untuk menikah.

Sayangnya keadaannya tidak mendukung. Angel tidak punya kekasih. Tidak setelah selesai masa kuliah. Lalu siapa yang akan ia ajak untuk menikah? Kekasih saja tidak ada. Yang ada sekarang ia sedang dalam misi untuk mendapatkan calon suami.

"Angel... Usiamu sudah terlalu dewasa. Menikahlah dengan cepat." Apa-apan itu? Menikah dengan siapa? Hantu?

"Aku baru dua puluh dua tahun, Ma." Bela Angel dengan santai. Ia menyendok kembali ice creamnya. Melakukan hal santai di minggu pagi benar-benar membuat Angel rileks.

"Nah.. Itulah masalahnya. Mama saja menikah di usia dua puluh satu tahun." Tambah Ibunya. Sial! Sepertinya alasan yang ia gunakan tidak ampuh lagi.

Mengelap sisa ice creamnya di bibir Angel kembali membela diri. "Kan zamannya udah beda, Ma."

"Sekarang bukan zamannya yang sudah beda sayang. Tetapi Mama hanya takut kau tidak tertarik untuk menikah." Angel terdiam. Ia mulai goyah dengan niatnya yang ingin kembali membela diri.

Angel diam begitu juga Ibunya. Hanya suara telivisi yang sedang menayangkan iklan shampo yang terdengar. Lama terdiam membuat Ibunya bingung.

"Kemarin Mama bertemu dengan Tante Nia." Mulai Ibunya setelah hening beberapa detik. Angel mengerjap. Apa hubungannya dengan Tante Nia?

"Tante Nia bilang. Kau memberikannya rendang daging, Angel. Kau sudah kembali memasaknya?" Bobby Handika tidak dapat menahan lidahnya untuk mengatakan bahwa Angel yang memasaknya.

Ia tidak ingin membahasnya. Namun entah kenapa ia harus mulai melupakan kejadian tersebut. Itu hanya sebuah masa lalu dan Angel yakin, Ia tidak punya alasan yang kuat untuk trauma konyol di masa lalu itu. "Ya, Ma. Angel sudah memasaknya kembali. Lain kali kita akan memasakanya bersama." Angel tersenyum saat membayangakan wajah Ibunya yang tersenyum di ujung telepon sana.

"Makanya cepat pulang." Itu lagi? Angel memutar matanya dengan jengah. Dapatkah topik kapan pulang di hilangkan? Ia terlalu malas menjadi anak durhaka.

"Iya, iya. Nanti Angel atur waktu untuk pulang." Sebenarnya Angel tahu hanya kata-kata tersebut yang ingin di dengar Ibunya.

"Itu bagus. Ya sudah ya, Mama mau memasak dulu." Begitu saja sambungan telepon terputus. Bahkan Angel belum sempat mengucapkan salam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B.O.BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang