Setelah empat hari di Semarang bersama keluarga besar ibunya, Diana kembali ke Brisbane. Disinilah ia, menikmati malam dinginnya Australia dengan menonton film di kamarnya yang bernuasa ungu dan abu-abu.
**** Kamar Diana di Brisbane ****
Tanpa disadari ia terlelap dengan mudahnya. Semuanya gelap dan tenang.
"NO WAY! No..no..no.." ucapnya dengan mata tertutup. Mimpi buruk.
"Hai, Dee, bangun. Dee, Diana." Diana tersadar. Dadanya sesak karena mimpi itu.
"Dee, abang disini, okay?! Everything gonna be okay." Ucap pria yang membangunkannya.
"Stay with me." Balas Diana menatap mata yang menatapnya lembut itu.
"I am here. Just sleep well, Dee." Ucap pria itu menenangkan adiknya. Lalu duduk di samping Diana yang berbaring menghadapnya. Hanya senyum itu yang ia ingat.
'God, forgive me. Just for tonight, let my brother behind me.' Kata Diana dalam hati, lalu semuanya gelap.
~~~
Barangnya sudah siap. Diana keluar membawa ransel dan kopernya. Sudah saatnya kembali ke rumahnya di Indonesia.
Tinn..tinn..
Bunyi klakson taksi yang ia panggil untuk menjemputnya. Setelah mengunci pintu, ia hanya melirik rumah bernuasa putih abu-abu itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Bandara Brisbane, pak." Kata Diana setelah memasuki taksi.
"Baik, nona." Jawab supir taksi dengan ramah.
Sembilan jam sudah terlewati, Diana turun dari pesawat dan terpampang jelas disana tulisan selamat datang. Setelah kopernya ungunya sudah diambil ia keluar dengan tangan yang satu sibuk mencari driver Uber car.
"Diana?" Seorang pria datang memastikan apa yang dia lihat. Merasa terpanggil ia hanya menoleh ke sumber suara.
"Wah, ternyata aku tidak salah lihat. Kau abis dari mana?" Tanya pria itu ramah.
"Brisbane." Ucap Diana sekenanya.
"Mau ku antar pulang? Gratis, kok." Tawar pria itu yang sempat mengintip apa yang Diana lakukan di Iphone-nya.
"Tidak, terimakasih." Tolak Diana halus.
"It's okay, I'm free now. Rumahmu ga pindahkan?" Pria itu sedikit memaksa sekarang.
"Iya."
"So, what are you waiting for? Come on. Aku ga akan ngapa-ngapain, percayalah. Aku takut dengan Glen." Ucap pria itu, Diana menoleh mendengar nama yang disebutkan barusan. Diana langsung memencet cancel di Iphone-nya. Pria itu langsung mengambil alih koper ungu milik Diana dengan menghela nafas berat.
"Kau masih ingat aku, kan?" Tanya pria itu lagi setelah mobil meninggalkan Soerkarno Hatta Airport.
"Masih," Diana tetap menatap ke jalan yang di depannya.
"Siapa??" pancing pria itu dibalik kemudinya.
"Bang Gerry." Ucap Diana menoleh pria yang disebutnya Gerry. Gerry tersenyum menatap perempuan disampingnya.
"Kamu ngelanjutin dimana sekarang Dee?" Gerry membuka topic baru.
"SMA Satu Bangsa." Ucap Diana tetap tanpa menoleh.
"Wow! Terus abis itu kemana?" Tanya Gerry lagi.
"Lanjutin ke Brisbane."
"Ohh.." Gerry hanya ber-oh ria. Tetap fokus mengemudi, Gerry memberikan Iphone nya ke Diana.
"Apa?" Tanya Diana bingung.
"Berikan nomor mu."
"Sudah." Gerry kaget dengan Diana yang menuruti permintaannya.
"Wah, thank you. Lihat aku sekarang punya no telpon wanita cantik. Diana memutar bola matanya. Gerry melihat respon itu, ia senang.
"Tunggu, setau aku anak SMA mulai sekolah kemarin Senin, kok kamu baru dateng Rabu?" Tanya Gerry mengingat fakta itu.
"Sengaja,"
"Kenapa?"
"Males,"
"MOPD maksudnya?"
"Iya."
"Emang boleh??"
"Boleh kali." Ucap Diana sekenanya, karena ia tidak tau harus jawab apa. Ia sudah meminta izin untuk tidap mengikuti MOPD, atau Masa Orientasi Peserta Didik itu dengan alasan harus mengurus ini itu di Brisbane.
"Kamu ini." Gerry langsung mengacak lembut rambut Diana, yang hanya dibalas dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Sorry." Ucap Gerry lagi menarik tangannya. Mereka pun tenggelam dalam pikiran masing-masing.
'Abang..' panggil Diana pada Glen, abangnya dengan pilu.
TO BE CONTINUED
****
Kurang lebih kamar di rumah Brisbane kaya gitu, cuma biar ga bingung ajah ngebayanginnya.
thank you udah mau baca dan komen ^-^
KAMU SEDANG MEMBACA
Ben.
Teen FictionHujan deras membasahi sudut kota ini. Ia hanya meninggalkan genangan dan kesejukan di tempat ia terjatuh. Terlebih lagi matahari perlahan menghilang dari keberadaannya. 'Sempurna.' Dengan menghirup udara khas sehabis hujan, Ben bergumam dalam hatiny...