1008 : Pulang

4 1 0
                                    

'Kaya pernah liat,' Gumam Vianca setelah melihat seseorang di samping Diana tadi. Ia tetap memutar otak mencari wajah pria tersebut.

"Cantik." Ben menginterupsi lamunan Vianca.

"Siapa?" Mengerutkan kening seraya bertanya pada Ben.

"Temen lu tadi," Jawab Ben santai, masih tetap fokus dengan jalanan.

Sentilan pun jatuh di leher kokoh Ben tepat sasaran.

"Gila lu ya!" Ben mengusap lehernya yang sekarang kulit kuning langsat itu menunjukan bercak merah.

"Lu yang gila! Iya sih gue tau temen gue cantik. But, I've told you, don't ever try to touch my friend." Geram melihat kelakuan abangnya yang suka tergoda dengan perempuan cantik.

"Iye iye." Ucap Ben yang kesal karna sentilan Vianca.

~~~~

"Diana, ayo masuk." Kata seorang pria menginterupsi pandangannya dari layar iphone-nya.

"Aku udah nungguin kamu, ayo masuk." Sebelum duduk di samping pengemudi Diana sudah memencet cancel di aplikasinya.

Sejak bertemu dengan Gerry, Diana belum mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya mengedarkan pandangannya pada jalanan. Kosong. Pikiran Diana kosong, seperti tidak ada topic yang perlu dipikirkan oleh otak cerdasnya itu.

"Diana," Gerry melirik sedikit pada perempuan cantik disebelahnya, lalu kembali fokus ke jalanan. Yang dipanggil hanya menoleh.

Tangan kiri Gerry mencari sesuatu di dashboard, lalu mengambil secarik kertas dari sana. Tak butuh waktu lama ia memberikan kertas tersebut pada Diana.

Bagi Diana yang terlihat disana adalah jadwal sekolah Diana selama 1 semester.

"Itu aku minta dari wali kelas kamu, biar aku tau kapan kamu masuk dan kapan kamu pulang." Jelas Gerry. Diana hanya tetap membacanya dan menaruhnya kembali ke dashboard di depannya.

Mobil mazda putih itu sudah masuk kompleks rumah Diana. Yang artinya sebentar lagi akan sampai di rumah Diana.

"Dee, aku langsung ya, masih perlu ke kantor lagi." Selesai Gerry mengucapkannya, mobil sudah sampai di tujuan.

"Gak apa-apa, makasih bang." Diana melepaskan seatbelt.

"Diana," panggil Gerry ketika Diana ingin membuka pintu. Diana hanya menoleh manatap pria maskulin di sebelahnya, yang sudah dipastikan. Jika di luar sana perempuan seumur Diana, melihatnya akan kagum dan tak akan mengalihkan pemandangan indah itu. Tapi berbeda dengan Diana, ia hanya menatap datar dan dingin.

"Ga jadi, masuk sana, istirahat ya, bye." Ucap Gerry membatalkan kalimat yang ingin dilontarkannya, lalu tersenyum hangat. Diana hanya mengangguk sekali lalu keluar, dan masuk ke gerbang rumah tanpa menoleh ke mobil yang sudah mengantarnya.

Melihat Diana sudah masuk rumah, Gerry langsung menginjak gas untuk kembali ke kantor.

"Kamu, seneng apa keganggu sih aku anter gini?" pertanyaan yang seharusnya diajukan pada perempuan di sebelahnya tadi.

Entahlah, Gerry hanya merasa tidak bisa membaca apa yang dirasakan oleh Diana saat hampir setiap hari mengantar Diana ke sekolah.

Gerry bingung apa yang harusnya dia lakukan, satu alasan mengapa ia tetap berusaha.

Keluarga Landovi.

.

.

.

TO BE CONTINUED

Merci beaucoup :*

18/7/2017

Ben.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang