2nd : P L E A S E

336 56 16
                                    

"Halo, ada apa bu?" Hyungwon berbaring di kasur sambil berbicara pada handphone nya.

"Bagaimana kabar anak ku?" Ujar ibunya di sebrang.

"Baik.. Semuanya baik." Lirih Hyungwon pelan sambil memegangi wajahnya. Sama sekali tidak baik, harinya benar-benar kacau saat ini. Sangat kacau.

"Apa kau sudah berkencan dengan Wonho hm?" Ibunya terdengar antusias disana.

Hyungwon hanya bisa tersenyum miris mendengarnya, "Ibu! Kau mendukung anak mu menjadi gay?"

"Hey~ apa salahnya? Aku tau kau menyukainya dari dulu! Jangan berbohong pada ibu!"

Hyungwon menghela nafasnya, ibunya benar-benar tidak normal. "T-tidak, aku tidak menyukainya!"

"Dengar, sebelum aku berpacaran dengan ayah mu aku memaksanya untuk mendekati pria lain tapi ia malah jatuh cinta padaku lalu–"

"Cukup!! Aku bosan sudah mendengarnya." Seru Hyungwon di telpon, sudah ratusan kali ibunya bercerita tentang hal itu.

"Ya ya~ baiklah, apa Wonho ada di rumah? Aku ingin berbicara padanya."

"Dia sedang tak ada disini." Sekarang Hyungwon benar-benar merasa bersalah karna berbohong pada ibunya.

"Kalian tidak bertengkar kan?" Tanya ibunya intens.

Hyungwon terhenti sejenak, Wonho..


.

.

.            

.

.


"Siapa kau?" Ucap seorang pria dengan rambut berwarna silver dengan sedikit warna yang entah warna apa itu.

"Siapa yang datang?" Terdengar satu suara lagi dari dalam.

"Kau meninggalkan boxer mu di rumahku." Hyungwon mengangkat benda laknat tersebut dengan wajah datar.

Wonho mengambilnya dengan cepat, dia terlihat malu sepertinya. Malu malu anji*ng.

Sebenarnya Hyungwon tidak akan peduli jika ada seseorang di apartement Wonho, tapi situasi kali ini berbeda. Pria asing tersebut hanya menggunakan kemeja yang terlalu besar di tubuhnya. Lalu, Wonho hanya menggunakan celana pendek tanpa baju sama sekali. Bagaimana Hyungwon bisa tahan melihatnya?

"Pergilah, jangan ganggu aku." Ujar Wonho dengan pandangannya yang dingin.

Dan kesekian kalinya Hyungwon hanya  bisa tersenyum melihatnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti kata-katanya.

"Baiklah, kalau itu mau mu." Ia berbalik lalu berjalan menjauh dari kediaman Wonho.

Hanya karna benda laknat itu ia harus mengalami kejadian ini. Seharusnya ia ikuti kata-kata Wonho saja saat di telepon.

Brug!

Ia tersadar dari lamunannya, "Ah, maaf." Ujarnya sambil membungkuk.

"Kau mau cari gara-gara hah!?" Seru pria tersebut pada Hyungwon dengan tatapannya yang tajam.

"Sekali lagi aku minta maaf." Ia kembali membungkuk.

Forgotten Angel. [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang