Ia menatap gadis yang sedang tersenyum lucu ini dengan heran. Bisa-bisanya gadisnya ini membawa tempat bekal yang besarnya mirip dengan rantang piknik.
“Kamu mau kerja apa mau piknik sih, Riss?”
Gadisnya yang tadi tersenyum lucu kini merengut sambil mencebikan bibirnya. “Kerja lah. Aku tuh bawa ini biar kamu sarapan. Kata Pak Kevin kamu hampir nggak pernah sarapan, kan?”
“Kevin told you, huh? Emang dasar comel banget tuh cowok.” Dengusnya sebal, namun sedetik kemudian kedua sudut bibirnya entah mengapa reflek tertarik untuk tersenyum. “Jangan bilang kamu suruh aku berangkat pagi gara-gara ini?”
Gadisnya hanya mengangguk sambil meringis, menampakkan lesung kumis kucing di kedua pipinya. Membuatnya gemas. “Aku nggak nyuruh kok. Aku Cuma bilang kalo kamu mau jemput aku, pagian dikit.”
“Sama aja kali, Yang.”
“Yaudah sih kalo nggak mau. Alvan juga mau kok kal–”
Buru-buru di cekalnya tangan gadisnya sebelum melangkah lebih jauh ke kosannya Alvan yang ada di sebelah kosan milik Rissa. “Kenapa banget deh ngancemnya mesti gitu.”
“No, I’m not, Oliver.” Kekehnya pelan. “Ini kamu mau sarapan disini apa di kantor?”
“Di kantor aja yuk. Biar bisa berduaan.” Ucapnya sambil menyeringai evil yang langsung dibonusi Rissa dorongan di pipinya dengan tangannya.
“Siapa bilang berduaan? Orang aku ini juga bawain Pak Kevin. Jadi kita makannya bertiga.”
“Loh, kok–”
“Rissaaa– Eh lagi ganggu ya?”
Sialan kucrut sipit satu ini ! Udah tau ganggu masih aja tanya !
“Enggak kok, Van. Kenapa?” Si Alvan sipit ini malah meringis sambil memegangi perutnya.”Dih. Buruan masuk tuh di dalem ada Elenna.”
“Elenna doang?”
“Sama Risca. Si Tania udah ke Lamongan.”
“Ke Lamongan? Jauh banget. Yaudah deh, numpang makan yee…” Yang membuat matanya tiba-tiba melotot sampai mau keluar waktu si Alvan-Alvan sipit ini dengan seenak udelnya menarik kedua pipi gadisnya.
Kemudian menatapnya tajam dengan mata sipitnya itu.“Baek-baek situ sama Rissa ! Tak gibeng tau rasa ntar !” Tambahnya cengengesan kemudian masuk ke dalam kosan Rissa sambil mengucapkan salam lantang-lantang.
“Betah banget kamu temenan sama orang sinting kek gitu?”
“Sembarangan ! Gitu-gitu temenku tau !” Ia meringis geli ketika Rissa dengan brutal menonjok lengannya. Bukan, bukan tonjokan manis khas cewek tapi juga bukan tonjokan khas cowok. Mungkin karena tangannya yang isinya cuma tulang sama kulit kali ya, mangkannya rasanya lumayan juga.
“Iya deh, iya. Mendingan kita berangkat aja deh.” Balasnya sambil merangkul bahu gadisnya dan mengusap lembut puncak kepala Rissa yang tertutup kerudung yang senada dengan warna kemeja gadisnya yang tertutup blazer.
“Yo.” Panggil gadisnya ini ketika ia baru saja duduk di jok kemudi.
“Hm?”
“Nanti pulang anterin ke apartemennya Mbak Andin mau?”
“Andin?”
“Mas Radit.”
“Oh, Radit. Iya deh, apa sih yang enggak.” Candanya yang langsung mengundang tawa kencang Rissa. “Eh, udahan dong, Yang ketawanya. Ntar tiba-tiba kamu sesek napas gara-gara keabisan oksigen susah loh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovey Dove
RomanceCarissa seorang gadis periang yang hidup mandiri bersama ketiga sahabatnya harus bertemu dengan masalah baru yang ia temui ketika cintanya berpihak pada Mario, pemilik hotel tempatnya menjalankan tugas sebagai mahasiswa magang sebelum skripsinya. Na...