Chapter 1

730 44 11
                                    

Hai I am back with new story.

Sebenarnya ini sudah pernah aku publish di platform lain, tapi aku publish lagi di sini untuk para pencinta Sasusaku. 

Shipper RaLi sabar dulu ya. After Sagaras nggak ditinggalin kok, cuma aku lagi kangen sama Sasusaku.

.

.

.

(Warning: ada scene rate M nya dikit)

.

.

.

Happy Reading Guys...

Disclaimer: Sakura, Gaara, Sasuke, Naruto, shikamaru ataupun Ino bukan milikku. Mereka buatan Kishimoto Masashi-Sensei

Sang Emerald menatap sendu pohon sakura yang bermekaran di taman sekolahnya dari balik jendela, pandangannya kosong, emerald yang biasanya berbinar entah mengapa saat itu terlihat redup, seakan jiwa pemiliknya tak lagi di sana.

Benar, jiwa sang gadis merah muda melalang buana, otaknya mau tak mau kembali mengingat konversasi sahabat dan kekasih sahabatnya.

Flashback On

"Mendokusei, ada apa? Dari tadi kau diam" Pertanyaan terlontar dari sang pemuda berambut nanas yang sedari tadi memejamkan mata. Namun, orang yang ditanyai tak menjawab, sang gadis Barbie malah menghembuskan nafas kasar.

"Sakura" ucapnya lirih

"Uchiha lagi?"kembali sang nanas bersuara yang direspon dengan anggukan pelan kekasihnya. Lalu keduanya kembali diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"mengapa dia tak menyerah saja?" satu kalimat yang diucapkan kekasihnya mampu membuat atensi sang Barbie sepenuhnya berpaling pada orang di sampingnya.

"kenapa kau mengatakan hal seperti itu, Shika? Kau tak tahu bagaimana perjuangan Sakura selama ini" ucap sang gadis Barbie dengan nada lebih tinggi. Sang nanas hanya menghembuskan nafasnya pelan

"maksudku kalau memang Sasuke tak suka dengan Sakura, tak mungkinkan dipaksakan?"

"Tapi-"

"Ino bayangkan kalau kau jadi Sasuke, setiap detik kau ditempeli oleh orang yang sedikitpun tak kau sukai, kira-kira bagaimana perasaanmu?" Sang nanas berucap dengan nada mengantuk dan pelan, Ia tak ingin menyulut amarah kekasihnya

"dari mana kau tahu, kalau Sasuke tak punya perasaan pada Sakura huh?" Nada Ino semakin meninggi, Ia tak terima sahabatnya dijelek-jelekkan seperti itu. Shikamaru kembali menghembuskan nafas pelan, sepertinya harapannya tidak terkabul.

"Mendokusei Ino, coba ingat apa pernah sedikitpun Sasuke memperhatikan Sakura? Kau tentu tahu sudah berapa kali Sakura menyatakan perasaannya dan tentu kau juga tahu apa jawaban Sasuke"

"Tapi Shika-" Ucapan Ino terpotong, Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, segala yang dikatakan kekasihnya benar adanya. Tanpa sadar matanya memanas, memikirkan penderitaan yang telah dilalui Sakura selama ini.

"Mendokusei, kalau kau tak mengerti juga terserah Ino. Aku hanya kasihan melihat Sakura yang terus terjerat pada seseorang yang bahkan tak pernah peduli keberadaannya" dan tangisan itu semakin deras mendengar kalimat selanjutnya, benar segala yang dikatakan kekasihnya walaupun menyakitkan tapi tak bisa Ia tampik kebenarannya.

"hiks...hiks...sakura...shika apa yang harus kulakukan untuk membantunya....hiks...?" Shikamaru tak menjawab, Ia menarik tubuh Ino bersandar di pelukannya.

Tanpa kedua orang itu sadari, ada orang lain di sana. Kepalanya tertunduk hingga helaian merah muda itu menutupi wajahnya yang telah basah, satu tangan mendekap mulutnya sendiri, menahan segala isakan agar tak terdengar siapapun.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang