"Jimin, kenapa melamun terus? Makanlah, sayang."
"Aku ingin, tapi kenapa selama seminggu ini rasa sandwich nya jadi sangat berbeda."
"Ah itu pasti karena eomma yang membuatnya, sayang."
'Hah?'
"Aku tahu itu, siapa lagi yang akan membuatnya selain eomma."
"Bukan eomma, chim. Selama ini taehyung lah yang selalu membuatnya."
Lalu jimin terdiam mendengarnya. Dan namjoon menyadari hal itu. Tapi tetap saja, rupanya dia masih salah paham.
"Seokjinie, jangan menyebut namanya didepan jimin lagi. Dia masih trauma. Syukurlah anak itu sekarang bahkan tidak berada di sekolah yang sama dengan jimin."
"Aku selesai."
"Tapi, chim. Kau belum makan apapun."
"Ayah, bisakah aku pindah sekolah?"
"Kenapa mendadak sekali. Bukankah kau tidak suka kalau pindah sekolah dan membuat teman baru?"
"Aku hanya ingin pindah. Kalau tidak bisa, ya sudah."
"Bukan begitu, chim."
Jimin tidak mendengarkan ayah ibunya yang berteriak memanggil namanya. Dia lebih memilih untuk mengambil tas dan helm nya. Lalu pergi melesatkan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi menuju ke tempatnya bermain. Padahal jelas-jelas dia sedang mengenakan seragam sekolah saat ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Taehyung meringkuk diantara gang kecil dekat tempat sampah sampai seseorang mengguncangkan bahunya.
"Kau baik-baik saja?"
Tanya orang itu. Tapi taehyung tidak menjawabnya, karena dia sudah tidak memiliki tenaga lagi.
"Irene!! Ayo cepat. Kita harus bersiap untuk pindah, sayang."
"Ayah, kemarilah."
Kemudian lelaki paruh baya itu menghampiri anaknya.
"Kenapa dia?"
"Bolehkah kita membawanya ke amerika?"
"Sayang, untuk apa? Kita berikan saja dia uang."
"Tapi dia adalah temanku, namanya taehyung. Dulu kami pernah satu kelas waktu sekolah menengah."
"Tapi, dimana orang tuanya?"
"Aku tidak tahu."
"Apa kau kabur dari rumah, nak?"
Taehyung menggelengkan kepalanya.
"Ah bukankah jimin adalah saudaramu waktu itu?"
Taehyung menitikkan air matanya. Bahkan hanya dengan menyebut namanya saja, terasa begitu menyakitkan baginya. Mengingat betapa jahatnya jimin yang sudah membuatnya diusir dari rumah, dikeluarkan dari sekolah, bahkan diberhentikan dari tempat kerjanya.
Karena taehyung melihat semuanya, bagaimana jimin menghamburkan banyak uang didepan pemilik kedai hanya untuk membuatnya di pecat.
Taehyung pikir, dengan membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Jimin tidak akan lagi mengganggunya. Nyatanya, anak itu benar-benar tidak bisa berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Balas Dendam
FanfictionPenindasan yang diterima Taehyung adalah kesalahan terbesar yang pernah dilakukan oleh Jimin.