Ch 9 - Hukuman

6.4K 475 112
                                    

Taehyung akan mencium kedua belah bibir jimin, tapi diurungkannya karena si manis itu semakin memejamkan matanya dengan erat begitu nafas taehyung menyebar dipermukaan wajahnya yang cantik sempurna.

Lalu diputuskannya untuk mencium kedua mata jimin yang sedikit membengkak, mungkin efek menangis dalam jangka waktu yang cukup lama.

Jimin membuka matanya ketika taehyung mengangkat wajahnya kembali. Lalu mereka saling menyelami jendela menuju hati masing-masing untuk beberapa saat. Sampai kemudian taehyung berujar..

"Aku mencintaimu, jimin."

Lalu taehyung memalingkan wajahnya. Dan jimin mengerti. Cinta milik lelaki itu padanya pasti begitu menyakitkan. Sampai-sampai si mungil itu menangis karenanya.

"Kenapa kau menangis hum?"

Tanya taehyung yang kemudian menangkup wajah yang senantiasa mempesona dimatanya itu, tepat setelah didengarnya isakan jimin yang kembali menggetarkan tubuh yang kini sedang berada dibawah kungkungannya.

"Hiks.. Hiks.. Aku.. Hiks.. Aku tidak mengerti.. Hiks.. Hiks.. Tae-"

Jimin mendapatkan kecupan dibibirnya.

"Cintaku tidak bisa kau mengerti. Hanya biarkan aku membuatmu merasakannya, jimin."

"Hiks.. Hiks.. Tapi-"

Taehyung memberikan kecupan kedua. Lalu meminta izin dengan lembut pada jimin.

"Tolong, perbolehkan aku merasakanmu."

Suaranya begitu besar, tapi mampu disampaikan dengan nada yang lemah namun kuat akan makna dan maksud dari apa-apa yang diinginkannya. Karena kemudian jimin yang sudah berhenti menangis kini mengalungkan tangannya dileher taehyung seraya berujar..

"Aku takkan senang jika kau bersikap lembut, tae."

"Maka biarkan sikapku yang lembut ini menjadi balasan untuk prilakumu yang begitu kasar, jimin."

Kata taehyung tegas. Seraya melepaskan tangan jimin dengan hati-hati. Kemudian menciumi punggung tangannya seperti seorang putri raja. Karena lelaki itu tahu, jimin justru akan semakin tersiksa dengan perlakuannya sekarang ini.

"Aku akan membuatmu merasa terhina untuk mendapatkan air susu yang begitu murni atas air tuba yang kau berikan padaku, park jimin."

"Tae-"

"Kau akan malu bahkan hanya untuk memperlihatkan wajahmu ini padaku dengan begitu angkuh, seperti yang sering kau lakukan di masa lalu."

Kata-kata taehyung telah berhasil membuat jimin menangis kembali.

"Hiks.. Jangan.. Hiks.. Hiks.. Tae.."

Tangis jimin seraya memalingkan wajahnya ke sisi kanan. Karena taehyung tengah menelusuri lehernya dengan kecupan-kecupan kecil.

"Jangan menangis, jimin-ah. Aku takkan berbuat kasar padamu."

"Tidak, tae.. Hiks.. Hiks.. Kumohon.. Hiks.. Hukum aku-"

"Aku takkan bisa melakukannya sekalipun kau melenyapkan nyawaku setelah kau sebabkan kematian untuk kedua orang tuaku, jimin... Biar kuberi kau hak penuh untuk menghukum dirimu sendiri."

"Tapi, tae-"

"Satu bulan dari sekarang, aku akan menikahi seorang wanita yang telah meyelamatkanku dari penindasan yang kau lakukan."

"Kau hiks.. Kau tidak tahu, taehyung.. Hiks... Hiks.. Apa kau tidak tahu?!!! Aku ini.. Hiks.. Hiks.. Aku sudah terjatuh sejak dulu.. Hiks.. Tapi aku hanya-"

[End] Balas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang