(6)

50 4 0
                                    

Carla berjalan di koridor, langkahnya pelan dengan mata liar menatap lantai yang terinjak sepatu putih yang dikenakannya pemberian azka minggu lalu.

Lasya menghela nafas berat dengan mendongak menatap langit langit atap.
Fikiran nya tak karuan, pandangannya kosong sekilas menoleh ke arah belakang memastikan tak ada seorangpun yang berjalan dibelakangnya saat ini.

Ketika menoleh pertama, lasya tak menyadar bahwa Alfen membuntutinya wajahnya ia putar kembali menatap hal didepannya. Tak lama hatinya tersentak ketika membayangkan wajah pria yang belum lama ditatapnya. Lasya menoleh untuk yang kedua kalinya.

Sekarang tatapannya berubah nanar, mulutnya mangap dan matanya membulat sempurna setelah melihat wajah Alfen terpampang nyata dihadapannya. tangannya reflek melayang ke pipi kanan alfen, dengan cepat ditangkisnya dan di tarik nya lengan lasya hingga tubuh mungil lasya menubruk dada bidang alfen.

         
                           ***

Flashback.
"Lasyaaaaaaa!!! Teriak seseorang di balik pohon tepat di samping luar gerbang.

Lasya yang merasa mempunyai hak milik atas namanya menoleh cepat,bola matanya berkeliling tetapi seluruh siswa terlihat tenang dengan terus berjalan memasuki gerbang. Kebetulan posisi lasya sudah berada di lingkungan sekolah atau sudah di dalam gerbang.
Lasya mendengus pelan lalu melanjutkan tujuannya untuk segera menuju ke kelasnya.

  " gue harus ikutin dia hehe.." batin alfen.                 
     
                          ***

Di sepanjang jalan alfen berjalan tepat di belakang lasya berjalan.
Langkahnya lunglai melamban seakan menikmati ketukan ketukan sepatu yang menapak di lantai,
mendadak lasya menghentikan langkahnya. Alfen yang merasa menabrak sesuatu di depannya  terkaget, lasya mendongak menatap lurus numik mata alfen, begitupun sebaliknya.
Sudut bibir alfen mulai menyungging senyum ke arah lasya, lasya yang mendapa perlakuan seperti itu dari alfen masih terdiam.

Lasya menyeimbangkan sorot matanya menatap alfen.
Sebelah alisnya terangkat mengisyaratkan tanya.

"Seharusnya kemaren lo gak usah bantuin gue, tanpa bantuan lo juga gue bisa kok! bersalah banget kan gue kalo sampe lo ikut in gua tiap hari!!!" ucap lasya kesal, Lasya menghela nafas panjang dengan membuangnya kasar wajahnya berubah sangat kesal.

"Kalo gua gak bantu lo kemaren, lo bisa Bermasalah di sana oon." jawabnya enteng sudut bibirnya tersenyum kecil dengan di elusnya puncak rambut lasya. Lasya yang merasa ada yang merusak kedamaian rambutnya menepis cepat. hingga alfen tidak merasakan sentuhan dari rambut lasya sehelaipun.

"Itu sepele, gak buat gua mati juga kan?!" jawab lasya.

Alfen mengerutkan dahinya hingga kedua ujung alisnya menyatu. "Mati?bukan, bukan itu!!"

"Seharusnya gue gak pindah ke sekolah ini kalau disini gua bakal ketemu cowo mesum kayak elo." tangan Lasya menunjuk nunjuk dada alfen, tetapi itu semua tak membuat alfen goyah karena perkataan lasya barusan. Alfen mencekal pundak lasya, lasya yang merasa ada sentuhan di pundaknya, melotot tajam pada alfen. Sontak Alfen menjauhkan tangannya pada pundak lasya. "Serba salah, kalo di samping lo sya," batin alfen.

Just loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang