육 ㅡ 6.

136 36 5
                                    

Suara alarm yang khas dari handphone bermerk Samsung milik Sanaㅡia terlalu malas untuk mengganti nada alarmnyaㅡmenggema di kamarnya.

Sana buru-buru bangun untuk mematikan alarmnya dan

tidur lagi.


"KAK SANA AYO BERANGKAT!" seru Dahyun dari lantai bawah.

Lama tidak mendengar jawaban apapun dari Sana, akhirnya Dahyun pergi ke kamar milik Sana untuk memastikan sendiri apakah kakaknya itu masih bersiap-siap atau sudah berangkat lebih dulu.

"ASTAGA KAK SANA! INI TUH UDAH JAM 6.20!" teriak Dahyun.

Sana yang tadi baru saja kembali tidur langsung bangun dan pergi ke kamar mandi.

"DAHYUN TOLONG LIATIN SEPATU KAKAK!" teriak Sana dari dalam kamar mandi.

"Iyaaaaa!" jawab Dahyun kemudian ia pergi untuk mengecek sepatu kakaknya yang baru dijemur kemarin.

Sana keluar dari kamar mandi cepat-cepat tanpa memedulikan lantai yang sudah basah akibat air yang menetes dari tubuhnya.

Buru-buru ia memakai seragam sekolahnya, karena Sana tidak bisa terlambat di tahun pertamanya di SMA.

Baru saja ia ingin mengambil tas yang berada di samping tempat tidurnya,

"HUEEEE. DAHYUN TOLONGIN! KAKAK JATOH"


namun Sana terpeleset.



ㅡ ♡♡♡♡♡ ㅡ



Yaelah????? Kenapa ini????

Yuta menurunkan kaca helmnya kemudian memperhatikan kerumunan orang-orang di depannya.

"Gusti nu agung!"

"Itu darahnya banyak banget!"

"Tolong panggilin ambulance dong ibu, bapak yang punya nomornya?"

Hah? Apaan? Kecelakaan?

Yuta menepikan motornya dan ikut bergabung dalam kerumunan orang banyak tersebut.

"Saya aja yang telfon," sahut Yuta.

Yuta mengeluarkan handphonenya dan mengetik beberapa nomor,

"Halo Om? Om ini Yuta, tolongin Yuta dong ini kejebak macet soalnya ada kecelakaan."

"Dimana Yut?"

"Kearah lampu merah pokoknya, sebelah pabrik baju itu."

"Oke, ambulancenya sebentar lagi berangkat"

"Makasih om," jawab Yuta.

Ia menepuk pundak bapak-bapak yang tadi minta dipanggilnya ambulance.

"Ambulance nya dalam perjalanan ke sini pak," ujarnya lalu langsung pergi meninggalkan kerumunan itu dan naik motornya.

Yuta melirik jam tangannya, jam menunjukkan pukul 06.40 yang artinya lima menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.

Yuta menaikkan kecepatan motornya dan melaju sangat cepat. Motornya bukanlah motor-motor yang biasa anak lelaki gunakan, motornya scooter sehingga tidak secepat motor ninja.

"Silahkan bergabung sama anak-anak lainnya, nak Yuta." ujar mang Andi selaku satpam sekolah.

"Yaelah mang, telat berapa menit doang?" ujar Yuta merayu mang Andi agar diberi ijin masuk.

"Ndasmu, udah 15 menit telat kamu. Udah kesana gih," suruh mang Andi kepada Yuta sambil menunjuk barisan anak-anak yang datang terlambat.

Dari kejauhan, Yuta dapat melihat Jisoo, pacarnya, berdiri di paling belakang barisan tersebut.

"Ahelah tai," umpat Yuta. Ia masih belum melupakan kesalahan Jisoo tempo hari.

Yuta menyalami guru BK 'kesayangan' semua murid, pak Ipul.

"Hehehe, pagi pak." sapa Yuta.

"Pagi dari Hongkong. Jam berapa ini Yuta?" tanya pak Ipul sambil tetap memegang tangan Yuta.

"Waduh gak tau pak, masa saya gak dibolehin masuk sih?" tanya Yuta sok polos.

Kalo mau tabok silahkan.


Hehehe gak deng.

"Buat anak-anak kelas 10, jangan dicontoh ini kakak kelasnya ya?" seru pak Ipul kepada anak-anak kelas 10 yang juga datang terlambat, "sana masuk barisan."

Yuta pun berjalan masuk ke barisan itu dan berdiri di sebelah teman sekelasnya, Jimin.

"Lah, tumben lu disini Jim?" tanya Yuta begitu ia melihat Jimin.

"Tadi macet, ada kecelakaan. Lu ngape?" jawab Jimin.

"Gua juga tadi kejebak macet, gara-gara kecelakaan."

"Lah ngapa yang sampe duluan gua?"

"Gua tadiㅡ"

"Kamu masih kelas 10 udah terlambat aja," seru pak Ipul.

Yuta tidak melanjutkan kalimatnya, ia mengalihkan fokusnya kepada pak Ipul dan seorang adik kelas yang berada di depan.

"Maaf pak-" jawabnya.

"Siapa nama kamu?" tanya pak Ipul.

"Saya? Eungㅡ Minatozaki Sana, pak." jawab Sana lagi.

"Kenapa kamu terlambat, Sana?"

Sana menunduk, bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan pak Ipul.

"Nggg, gini pak-" jawabnya ragu-ragu.

Ia tidak mau dipermalukan oleh jawabannya, namun ia tidak bisa memikirkan jawaban lain.

"Tadi saya kepeleset. Anu saya kebentur lantai, sakit, saya nangis dulu tadi."

Murid-murid yang terdapat dibarisan tersebut langsung tertawa mendengar jawaban Sana, sementara yang menjawab hanya menunduk menahan malu.

"Ada-ada aja kamu," jawab pak Ipul. "Yaudah sana masuk barisan."

"Iya pak."

Semuanya masih tertawa, begitupun Yuta.

Ada-ada aja sih?  pikirnya.

Jisoo yang menyadari tawa Yuta, menatap Sana tidak senang.


《 a.n 》

ANNYEONG! Haloooo!
Gue mau bilang terima kasih lagi buat kalian yang udah baca cerita absurd ini ....... apalagi buat kalian yang ngevote dan nyimpen story ini di library kalian T.T

Segitu aja ya, salam sayang dari diriku untuk kalian :) huhuhu. ♡♡

snapgram :: yutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang