Light (Part 6)

114 3 0
                                    

***

Isabella Merlin’s Point Of View

            Jika ingat malam itu, rasanya aku mau mati dibuatnya. Aku sangat tidak menduga aku masih mengingat kejadian dua tahun lalu itu. Fuck this mind, why you can’t forget him?

            Bulu kudukku menegang. Merinding rasanya mengingat itu lagi. “Ah, c’mon Isabella. You can do this!” Bisikku disaat-saat aku merapihkan gaun-gaun rancangan terbaru designer disini bersama pegawai disini juga, namanya Olivia Vindrey.

            Bagus. Itulah yang berdengung diotakku. “Bel, coba lihat ini!” Aku menatap gaun yang Oliv lihatkan kepadaku. Hm, bagus. “Bagus, ini sangat bagus, Liv.”

            Tanganku kemudian menyentuh kain berwarna merah marun tersebut. “Bagaimana jika kau beli ini?” Katanya tiba-tiba mengagetkanku. “Hah? Membeli ini? Kau tidak salah, Liv?” Aku terheran-heran mendengar perkataan gadis berambut coklat brunette barusan. Tapi boleh juga, mungkin aku akan membeli ini.

            “Berapa harganya, Liv?” Aku mencari-cari lebel harga dibagian leher gaun ini. “$70” Sambetnya cepat. Tidak terlalu mahal untuk kelas gaun yang sedikit tinggi ini. Mungkin aku akan membelinya.

            “Biar aku yang beli!” Seru seseorang yang berada dibelakang kami berdua. Aku memalingkan kepalaku tepat 90 derajat dan melihat Justin berada disana. Ugh, apa yang dia lakukan disini?

            “No. I will buy with myself.” Ucapku secepat kilat.

            “No. I will buy it to you!”

            “No!”

            “Yes!”

            “No!”

            Kurasa pertentangan ini tidak akan selesai jika aku tidak menduluinya untuk membeli ini. Aku lekas berlari ke kasir sambil menarik tangan Oliv.

            “Bel, kari—“ Isabella terus saja menarik Oliv sampai ke kasir. “—kariawan tidak boleh membeli, Bel. Maafkan aku” And I was like “what?” Mengapa Oliv tidak berbicara dari awal? Seketika saja hatiku hancur berkeping keping dan wajahku terasa memanas.

            “I’ve already told you, princess. Biar aku yang membelikannya untukmu.” Dia berbicara dengan senyum seperti setan, dan sepertinya dia memang setan.

            Arrr. “Up to ya, Mr. Justin.” Ucapku sopan, atau mungkin mengejek?

***

            “I will pick you up at 7.” Ucapnya dalam telfon dan langsung mematikan sambungannya. Dasar pria bodoh.

            Aku beranjak dari tempat tidur dan ingin mandi, kemudian... ponselku berbunyi kecil-kecil membuatku kembali ke tempat tidur.

            “Oia, Sayang, Pakai gaun yang sudah kubelikan itu ya!”

            Aku bingung, kenapa Justin bisa tiba-tiba baik sekali kepadaku? Aku tidak mengerti dengan semua itu. Aku bahkan belum bisa merangkum seluruh perlakuannya kepadaku. Kadang dingin, kadang galak, kadang menyebalkan, dan kadang dia baik seperti ini. Dasar lelaki aneh.

            Aku bembasuh tubuhku sambil memikirkan itu semua. Memikirkan semua yang telah terjadi padaku akhir-akhir ini. Noel, oia, kemana dia sekarang? Bahkan aku tidak melihatnya ditempat kerja. Arrr. Sudahlah aku harus cepat-cepat.

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang