Light (part 12)

113 9 1
                                    

Isabella Merlin’s Point Of View

To: Isabella

 

Good morning, Princess.

          Aku mengecek ponselku pagi ini dan melihat satu pesan itu, dari Justin. Tanpa sadar aku tersenyum sangat manis sehabis membaca pesan dari Justin pagi ini. Aku menaruh ponselku di bawah bantal dan kemudian kembali tersenyum ke arah lagit-langit kamarku.

          “Empat hari lagi.” Guamku pelan.

To: Justin.

 

Good morning J

          Aku membalas pesannya sangat singkat. Tidak biasanya pagi-pagi seperti ini Justin mengirimiku pesan seperti ini. Dia tidak pernah melakukan sejak kami bertengkar waktu itu dan seterusnya. Cukup senyum yang menghiasi wajahku kali ini.

Tok.. tok.. tok...

 

          Aku mendengar suara ketukan pintu kamarku. Mau apa seseorang mengetuk pintu kamarku pagi-pagi? Tidakkah dia tahu jika itu sangat mengganggu? Oh Tuhan, tolong aku.

          “Ya?” Ucapku berbarengan dengan pembukaan pintu kamarku. Di sana sudah ada Justin berdiri tegap dengan menggunakan kaosnya dan celana panjangnya yang melorot. Oh Tuhan, bisakah orang ini membuat kejutan setiap hari untukku?

          Justin mengerucutkan bibirnya. Menggemaskan. “Morning kiss?” Mintanya. Apa? Dia gila.

          Aku hanya tersenyum samar dan kemudian masuk lagi ke dalam kamar. Aku juga membiarkan pintu kamarku terbuka. “Isabella,” Panggilnya. Suaranya masih terdengar dari ambang pintu kamarku. Mengapa dia tidak masuk?

          “Apa?” Jawabku sedikit berteriak. Aku mengambil ponselku dan berniat berpura-pura mengacuhkan Justin. “Mau apa pagi-pagi ke rumahku? Apakah kau tidak ada pekerjaan?” Tanyaku yang masih terpaku pada ponsel.

          “Jadi kau mau aku untuk pergi dan mengurus pekerjaanku?” Sejak kapan seorang bad boy seperti Justin mempunyai pekerjaan? Kukira, pekerjaannya hanya bersenang-senang di Club malam.

          “Aku tidak yakin kau mempunyai pekerjaan.” Ucapku menyindirnya.

         

          Sedetik kemudian, Justin berbaring di atas kasurku. Tepatnya di sampingku. Oh shit, apa yang dia lakukan?

          “Mau apa kau?!” Ucapku dengan nada yang paling mengancam. Entah apa, aku merasakan dia tersenyum kepadaku walaupun aku tidak melihat wajahnya.

          “Memangnya tidak boleh? Aku ‘kan pacarmu, masa tidak boleh?”

          “Kau baru jadi pacarku. Belum suamiku, tahu!” Tangan besar Justin sudah terasa melingkar di pinggangku. Hangat, dan aku pun tidak ingin untuk melepaskannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang