Light (Chapter 8)

103 5 0
                                    

***

            Jason meremas botol Vodka yang sedang dipegangnya. Bagaimana bisa dia menyukai pacar sahabatnya sendiri? Akal sehat Jason mungkin tidak berjalan sehat, dia tidak mungkin menyukai Isabella yang baru saja dia temui kemarin malam. Lelaki itu menjambak rambutnya frustasi. Dia tidak mengerti, bagaimana bisa?

            Dia berjalan tepat kedepan meja rias dikamarnya itu. Membanting botol Vodka yang semula dipegang tangannya sampai mengeluarkan suara ketus, suara hentakan yang begitu hebat. “Berani-beraninya kau mencintai gadis itu!” Bicaranya dalam hati seakan-akan berbicara dengan dirinya yang terpantul dicermin. Tangannya mengepal sempurnya layaknya ingin meninju.  “Aaaaaaa!” Berbarengan dengan teriakannya itu, dia juga meninju cermin yang tidak salah apa-apa. Tangannya memar, tangannya berdarah.

            “Kenapa bisa begini? Kau tidak seharusnya begini, Jason.” Ucapnya lagi kepada dirinya yang sudah pecah-pecah dipantulan cermin di depannya. “Aku tidak boleh seperti ini, dia milik Justin!” Serunya sekali lagi seakan belum puas untuk berteriak. Dia seperti benci dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa?

            Arrrg. Kemudian dia menatap botol Vodka yang dia taruh di meja tadi. Memegangnya gemas, seakan botol Vodka itu cerminan kemarahannya yang benar-benar meluap. Darah ditangannya mengucur deras di botol. Mengerikan, sangat mengerikan.

            Dia kembali menghempaskan botol Vodka itu ke cermin yang sudah dia tinju barusan. Apa yang terjadi pada dirinya? Frustasi hebat membayanginya. Kaca di depannya sekarang sudah tandas. Hanya tersisa kayu-kayu bekas tempat cermin yang tadi ia tinju.

           

            “Jason! Apa yang kau lakukan di dalam sana?!” Suara tinggi yang mengherankan bersarang di balik pintu kamar pria itu.

            “Oh, Jason. Kau benar-benar membuatku takut!” Suara itu kembali memasuki telinga Jason.

            “Arrg. Pergi. Aku tidak apa-apa!”

            Shh. Darah segar benar-benar menetes sempurna dilantai. Yap, kalian tahu? Jason memang mempunyai sifat yang buruk. Jikalau dia merasa terdesak atau frustasi, dia akan mengunci diri di dalam kamar dan tidak jarang barang-barang di kamarnya itu hancur. Entah apa namanya, Syndrome?

***

            “Temui aku sepulang kerja, okay?” Balasan Isabel hanyalah mengangguk patah-patah. Tidak sanggup berkata apa-apa saat manager-nya itu mengajak dirinya pergi bersama. Apakah nanti dia akan bertemu dengan seorang Justin dikemudian? Peduli setan.

            Jujur, mungkin sekarang dirinya lebih memilih seorang Justin yang lebih menyebalkan daripada harus menemani Noel untuk berbincang. Pasalnya, Noel akan mencurahkan seluruh isi hatinya padanya. Kau tahu? Sejak seminggu kemarin Isabel belum bisa bicara atau memberi saran kepada tuan bermata hijau tersebut.

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang