BAB 6 : Bola Emas

94 31 31
                                    

Sebelumnya...
Sekitar 5 langkah lagi untuk Nana berada tepat di samping Rey. Tapi sayang, langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti. Membuat moodnya yang baik tadi menjadi hancur seketika. Karena satu orang.

Siapa lagi kalau bukan.

Rey...
.
.
.
.
.
Nana terdiam saat di lihatnya Rey merangkul seorang cewek. Cewek itu cantik, putih, tinggi dan bodynya itu loh. Kata anak sekarang body goals.

Rey dan cewek itu sempat terdiam beberapa saat dan kembali berjalan ke arah depan dekat senior-senior lainnya. Nana yang melihatnya secara langsung hanya mematung tak berdaya. Hanya rasa perih yang perlahan di rasakannya. Perih yang di akibatkan oleh rasa sakit hati dan cemburu. Shilla dan Gita yang melihat dari kajauhan. Mulai mendekati Nana dan memberi semangat untuk membuat Nana kembali normal.

Tak berselang lama, Angga sang Ketua Osis memperingati bahwa sebentar lagi acara pembukaan MOS hari ketiga dan hari terakhir di mulai. Dengan berat hati, Shilla dan Gita terpaksa meninggalkan Nana sendirian karena mereka berbeda kelompok asuhan. Nana hanya mengangguk lemas dan mulai bergabung dengan kelompoknya.

~~Br(ok)en~~

Atas kejadian tadi mood Nana sangat-sangat hancur. Membuatnya gampang marah kepada siapa pun. Contohnya saja sekarang. Ada seorang cowok yang tidak sengaja menginjak kaki kanannya dan mendapat omelan panjang dari Nana. Randy yang melihat perdebatan itu langsung turun tangan untuk memisahkan keduanya. Dan Randy memberi Nana peringatan pertama.

Tak lama dari kejadian barusan. Sebuah daun jatuh dan nyangkut di atas poninya. Membuat Nana kesal dan memaki-maki daun tersebut. Berbagai makian yang terlontar dari mulutnya dengan cukup keras. Sehingga terdengar oleh beberapa orang yang berada tidak jauh darinya dan melaporkan kejadian itu kepada Randy. Randy mendatangi Nana dan memberi peringatan kedua agar Nana diam.

Nana yang sudah mendapat 2 peringatan hanya diam dan semakin menambah unmoodnya. Dia kesal. Dia marah. Dia muak. Dia cemburu. Dia sangat ingin melupakan kejadian dimana Rey merangkul cewek itu tapi tetap saja tidak bisa terlupakan. Ingatan itu selalu saja muncul seperti sengaja untuk memanas-manasinnya dan langsung membuat kondisi hatinya menjadi sakit (lagi).

"Pssssttt. Lo yang lagi gerai rambut. Lo gak kenapa-kenapakan?"

Nana mendengar sebuah bisikan yang menurutnya sangat De Javu. Tapi tidak dia hiraukan.

"Jangan-jangan lo beneran budeg lagi."

De Javu (lagi). Dengan cepat Nana membalikkan badannya dan Tada... Yang berbisik tadi adalah cewek yang juga berbisik dan melemparinya dengan kerikil saat MOS hari pertama.

"Lo kan cewek yang waktu itu."

"Hehe iya. Lo kenapa? Gue liatin dari tadi lo kayak orang patah hati gitu."

Nyes!

Tepat sekali dugaan cewek yang berada di depannya ini. Patah hati. Benar, Nana lagi patah hati karena ulah Rey tadi. Tapi tentu saja dia tidak akan mengakuinya apalagi di depan cewek yang membuat dia hampir terkena hukuman 2 hari yang lalu.

"Patah hati? Gue? Ya gaklah. Sok tahu lo."

"Dari cara lo ngomong aja udah ngasih tahu kalau lo lagi patah hati. Hehe." Kekeh cewek yang entah siapa namanya itu.

Br(ok)enTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang