l i m a

3.4K 952 187
                                    

JANGAN LUPA VOMENT YA ^^


‹ 형 › 


Karena memiliki sedikit waktu luang, Wooseok memutuskan untuk mengajak anak-anaknya pergi ke rumah kakek mereka. Lama rasanya tak berkunjung, pun ayahnya juga sudah berkali-kali meneleponnya dan bilang bahwa ia merindukan Seonho dan Guanlin.


Perjalanan yang ditempuh menggunakan mobil itu berakhir setelah Wooseok berkendara sejauh empat puluh kilometer dari rumahnya. Setelah melepas sabuk pengaman, Seonho pun bergegas membuka pintu rumah sang kakek.


Anak itu mendapati kakeknya tengah berjalan menuju pintu untuk menyambut kedatangan putra dan anak kesayangannya. Buru-buru Seonho berlari untuk memeluk dan menciumi kakeknya.


Pelukan untuk Seonho pun ia lepas sejenak untuk menyapa Guanlin, cucu yang juga ia sayangi. "Kau bertambah tampan." puji sang kakek sembari mengelus pucuk kepala Guanlin lembut dan ditanggapi dengan senyuman simpul olehnya.


"Kau terlihat lelah, Guanlin?" tanya sang kakek.

"Ya, aku sedikit tidak bersahabat dengan perjalanan darat." ucap Guanlin lantas dengan gontai merebahkan dirinya ke sofa.

"Tidurlah di kamar, sofa bisa membuat punggungmu sakit." ujar pria paruh baya itu yang langsung dituruti oleh Guanlin. Si sulung itu pun beranjak dari sofa dan segera menuju kamar.


"Seonho tidak lelah?" tanya kakek.

"Bagaimana bisa aku lelah di perjalanan menuju rumah kakek yang sangat ingin aku temui?" Seonho bicara sambil memamerkan deretan gigi susunya.

"Dasar tukang cari perhatian!" decak Guanlin yang kebetulan belum berjalan jauh dari mereka.

"Guanlin, berhenti bersikap dingin pada adikmu!" sang ayah yang baru saja selesai memarkirkan mobil tiba-tiba saja berceletuk dengan nada agak tinggi.

"Tsk, terserah!" Guanlin memilih tak acuh dan memasuki kamar untuk tidur, seperti tujuan awalnya.


Tuan Seunghyun menyambut kedatangan Wooseok dengan senyuman takzim. Akhirnya putra kesayangannya itu datang juga untuk menemuinya.

"Kau sehat, nak? Lihatlah, betapa tirusnya pipimu sekarang. Kau pasti terlalu sibuk bekerja."

"Kalau tidak bekerja, mau dengan apa aku membiayai dua anak ayamku yang menggemaskan itu?" balas Wooseok yang disambut tawa kecil oleh sang ayah.


Mereka pun berbincang-bincang di ruang tamu. Banyak hal yang mereka bahas, dari sekolah Seonho dan Guanlin, proyek apa saja yang saat ini sedang Wooseok tangani, sampai kabar kerabat yang beberapa waktu lalu mengunjungi rumah Tuan Seunghyun.


"Jangan seperti Jiyong yang terlalu sibuk dengan bisnisnya di luar negeri. Lihat, istrinya diam-diam menikah lagi dengan seorang dokter. Anak-anaknya pun terlantar dan enggan pulang ke rumah." titah Tuan Seunghyun menceritakan keponakannya dengan tangan masih erat merangkul Seonho.

"Sebenarnya aku juga menyesal, karena tidak banyak waktu memperhatikan pertumbuhan mereka, aku jadi lupa mengajarkan mereka tentang kerukunan antarsaudara. Terutama pada Guanlin." ujar Wooseok dengan kepala tertunduk.


"Ayah enggak seharusnya menyesal. Ini semua salah Seonho." anak yang sedari tadi diam dan menyimak obrolan kakek dan ayahnya itu tiba-tiba buka suara.

"Seonho, apa yang kau katakan, nak?" tegur sang ayah.

"Ini semua salah Seonho karena sudah terlahir. Andai tidak ada Seonho, andai ibu lebih memilih hidupnya sendiri daripada menyelamatkan aku yang tidak berguna ini... mungkin sekarang Guanlin Hyung sudah bahagia bersama ibu dan ayah."


‹ 형 ›

Hyung • Guanlin & Seonho [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang