e p i l o g u e

4.2K 876 169
                                    

Udah chapter terakhir tolong kebiasaan males vomentnya diilangin ya
Kita saling menghargai ajalah :)


< 형 >  


Merasa akan sangat percuma apabila masa pemulihannya cuma dihabiskan dengan berbaring di kasur, Guanlin pun memutuskan untuk menyibukkan diri dengan menulis lirik. Nanti kalau Guanlin sudah sembuh total dan diperbolehkan pulang, dia akan mengomposisi musik dan melakukan rekaman.


Guanlin sedang sendirian di ruang ia dirawat. Kyulkyung tak bisa menjaganya karena harus sekolah. Sedangkan Wooseok, tadi ia menjaga Guanlin, tapi pamit meninggalkannya sebentar untuk menjemput Seonho yang tiga hari lalu sudah sembuh total. Lelaki itu memastikan diri untuk kembali secepatnya.


"Hyung!" terdengar suara memekik dari ambang pintu. Guanlin yang awalnya menitikberatkan fokus pada buku di depannya pun sontak memutar kepala.


Tertangkap oleh matanya presensi Seonho yang mengambil langkah seribu dalam usahanya menghampiri Guanlin. Di belakangnya ada Wooseok yang juga baru saja kembali.


"Ayah harus pergi lagi, tersangka yang berusaha membunuhmu telah ditemukan." tandas Wooseok. "Tidak apa-apa kan kalau cuma Seonho yang menjagamu?"


Guanlin mengatupkan bibirnya, enggan menjawab. Namun kepalanya mengangguk, tidak merasa keberatan.

"Jangan khawatir, Hyung mau minta apa pun, pasti akan kuturuti!" celetuk Seonho menggebu-gebu. Diam-diam Guanlin terkekeh, ia baru tahu kalau adiknya seambisius itu.


Wooseok pun tanpa sekelebat pun kekhawatiran meninggalkan dua anak kesayangannya itu untuk menangani kasus.


Meski mulai merasakan kebencian Guanlin terhadapnya perlahan pudar, namun Seonho masih setengah tidak berani untuk mengajak kakaknya itu bicara duluan. Takut-takut Guanlin malah terganggu karena ia nampak sangat berkonsentrasi menulis. Pada akhirnya Seonho cuma duduk sambil memainkan jemari. 


"Dengar-dengar kau melakukan rapping ya saat ada tugas menyanyi?" celetuk Guanlin. Seonho pun terkesiap dibuatnya.

"Ba, bagaimana Hyung tahu?" tanya Seonho.

"Waktu itu aku tak sengaja mendengar obrolan teman-temanmu saat menjemputmu pulang. Mereka bilang kau sangat keren."

"Itu... karena aku ingin jadi sekeren dirimu, Hyung..." ucap Seonho lirih, namun disertai dengan nada menggebu.

"Memangnya aku keren?" Guanlin mengernyit sambil sebelah bibirnya menyeringai.

"Hyung adalah idolaku!" tandas Seonho, kini ia mulai berani mendongakkan kepala untuk menatap wajah Guanlin.


Mendengar itu, Guanlin pun dibuat terpaku. "Kau... tidak membenciku? Aku selalu kasar padamu, bahkan gara-gara aku kau sampai terbaring lemas di rumah sakit."


Seonho menggeleng, "Aku telah membuatmu dan ayah kehilangan sosok yang kalian sayangi. Aku akan mempertaruhkan nyawaku agar hal itu tak terjadi lagi."


Si bungsu itu lantas merajut langkah mendekati ranjang tempat kakaknya itu bersandar. Guanlin pun segera merengkuh Seonho, menyalurkan seluruh sesalnya atas kesalahan yang dulu ia lakukan kepada adiknya itu. 

"Berhenti bicara seperti itu! Ini semua salahku, apa yang dulu kukatakan itu tidak benar! Kau bukan penyebab kematian ibu. Harusnya aku menjagamu dengan baik supaya ibu senang ketika melihat kita dari surga." buliran kristal bening lolos dari pelupuk Guanlin. Ia mencengkeram lengan Seonho erat.


Sang adik membalas pelukan Guanlin tak kalah erat, "Aku yakin akan ada hari di mana kau akan menerima keberadaanku sebagai adikmu. Dan kurasa hari yang telah lama kutunggu akhirnya datang. Aku sangat bersyukur."


Guanlin melepas rengkuhannya dan segera menyeka air matanya sendiri. Ada satu kata yang sedari tadi ingin ia katakan, namun terus tertahan di kerongkongan. Bahkan meskipun sudah kedapatan menangis, masih berat untuk Guanlin mengucap maaf.


"Sudah berapa banyak lirik yang Hyung tulis selama di sini?" tanya Seonho yang tak sengaja melihat buku catatan Guanlin tergeletak di atas selimut. 


Si sulung lantas mengambil catatan itu dan membuka sebuah halaman, kemudian memberikannya kepada Seonho. Mungkin ada cara lain untuk meminta maaf selain dengan tutur lisan.


"Apa ini, Hyung?" bingung Seonho.

"Aku menulisnya sambil memikirkanmu. Lirik ini kubuat untukmu." ucapan Guanlin lebih terdengar seperti ia sedang menggumam. Buru-buru Seonho membacanya karena ingin segera mengetahui isinya.


sepotong kue seharusnya tak jadi masalah

namun kala itu aku malah tersulut amarah

harusnya aku lebih banyak mendengarkanmu

bukannya membiarkanmu bicara pada angin semu

terima kasih atas susu panas yang kau buat kala itu

meski akhirnya tak kuminum dan jadi memarahimu

kau bukan tukang cari perhatian seperti yang kutuduhkan

kau adalah anak baik dengan sejuta ketulusan

maaf karena tak bisa menjadi figur kakak yang baik di kehidupanmu

yang bisa kulakukan hanya menyakiti sosokmu yang lugu

terima kasih karena tak pernah jemu menyayangiku

izinkan aku menjadi tempatmu bertumpu di masa-masa terpurukmu


- E N D -


mungkin endingnya agak mengecewakan, terutama buat kalian yang suka angst, jelas banget ini kurang nyesek. tapi dari awal aku emang mau bikin hurt/comfort. aku juga sadar kalo motivasi guanlin untuk berubah agak random. maaf banget pokoknya kalo kalian kecewa.

makasih banyak buat dukungan kalian selama ini. tanpa kalian aku enggak mungkin punya semangat buat lanjut.

  aku minta kesan kalian selama membaca story ini ya, kalau bisa kasih kritik dan saran juga biar tulisanku makin baik ke depannya :)

jangan lupa mampir ke workku yang lain ^^

Hyung • Guanlin & Seonho [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang