Guanlin membenci kenyataan bahwa Seonho harus terlahir dan merenggut satu-satunya kebahagiaan yang ia miliki.
Kusarankan menyiapkan beberapa lembar tisu, karena kamu akan diajak untuk larut dalam penggalan kisah Seonho yang pilu.
Sepulang sekolah, Wooseok menjemput kedua anaknya yang memiliki jadwal pulang bersamaan. Ia berencana mengunjungi makam almarhumah ibu dari anak-anaknya.
Wooseok sengaja menjadikan jok depan sebagai tempat untuk meletakkan keranjang bunga. Tujuannya adalah supaya Guanlin dan Seonho bisa duduk bersebelahan. Lelaki itu memang tak berharap banyak, setidaknya anaknya sedikit mengikis celah yang telah lama mereka renggangkan, itu sudah cukup.
Seonho tersenyum cerah saat melihat mulut kakaknya dalam keadaan penuh. Guanlin tengah asyik mengunyah choco pie yang Seonho berikan sebagai hadiah ulang tahun tadi pagi.
Ia memang membawanya ke sekolah. 3 bungkus sudah raib karena teman-temannya minta secara paksa dan 1 bungkus lainnya ia berikan kepada seseorang. Di sekolah Guanlin sudah memakan 2 bungkus dan membuatnya masih menyisakan 6 bungkus.
Seonho ingin tanya apakah Guanlin menikmati hadiah yang dia berikan. Tapi keberanian di dalam dirinya belum terkumpul setelah ia habiskan tadi pagi—saat Seonho sekonyong-konyong mendekap Guanlin sambil terisak pilu.
Tanpa diduga, Guanlin menyodorkan kerdus choco pie itu di hadapan Seonho. Anak itu pun tertegun sejenak, ia mendongakkan kepalanya untuk menatap Guanlin.
"Ambil. Kalau mau." Guanlin berkata sangat lirih. Hampir bisa disebut suara infrasonik.
"Hyung saja yang makan. Aku membelikannya untukmu." Seonho setengah takut menimpali ujaran Guanlin karena kakaknya itu tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.
Guanlin kembali menarik kardus itu dari hadapan Seonho. Ia beringsut mengambil satu bungkus dan meletakkannya ke atas paha Seonho. Sebenarnya lebih tepat disebut melempar.
"Terima kasih, Hyung." Seonho meremas sebungkus choco pie pemberian Guanlin dengan perasaan haru yang menggebu.
Di sisi lain, kakaknya itu sudah enggan untuk menoleh ke arah Seonho. Guanlin masih terlalu gengsi untuk mengakui kesalahannya selama ini. Namun sebenarnya ia mulai bisa membuka pikirannya. Guanlin tak seharusnya sebenci itu kepada Seonho.
Semua berawal sejak Guanlin mengenal gadis itu. Sosok yang terlihat amat cerah di mata Guanlin. Senyum meneduhkannya, tutur lembutnya kala berbicara, seakan mampu menuntun Guanlin menuju pola pikir baru.
"Meski tanpa ibu, aku tidak mau adikku tumbuh dengan perasaan kurang cinta dan kasih sayang. Aku akan menjaganya seperti dulu ibu menjagaku. Jadi, dia tetap akan punya sosok ibu dalam hidupnya."
"Kakak malah sayang padanya meskipun Ibu Kakak meninggal setelah melahirkannya?"
"Ya ampun, Guanlin... Kamu bicara apa sih? Semua itu sudah kehendak Tuhan. Ya, meskipun awalnya aku merasa sangat sedih dan hampir menyalahkan Tuhan atas kepergian ibu, aku bahkan tidak nafsu makan selama seminggu. Tapi lambat laun, aku mulai sadar bahwa larut dalam keterpurukan bukanlah hal yang seharusnya kulakukan. Adikku adalah hadiah terakhir dari ibu, sekaligus hadiah yang terindah."
"Mengapa Kakak menganggapnya yang terindah?"
"Saat hamil, ibu selalu menjaga kesehatannya. Ia bahkan menahan diri untuk tidak makan makanan yang sangat ia sukai. Selama hamil, aku tetap tidur dengan ibuku. Pernah ia berkata, 'Ah, Kyulkyung... ibu senang sekali karena kau akan memiliki adik. Tadi ibu USG dan ternyata dia adalah laki-laki. Sebentar lagi kau tidak akan sendirian. Nanti kalau kau sudah dewasa, dia yang akan menjagamu dari orang-orang yang menyakitimu. Suatu hari, jika kau pulang kemalaman, maka dia yang akan menjemputmu dan mengantarmu selamat sampai rumah. Kau pun harus selalu menyayanginya, ajarkan padanya tentang kasih sayang antarsaudara. Kelak setiap orang akan memilih kehidupannya masing-masing. Namun mereka tetap tak boleh lupa dengan siapa mereka menghabiskan waktunya sebelum memiliki kehidupan baru dengan orang lain'. Aku bahkan masih mengingat ucapan ibuku, tak kurang satu frasa pun."
TBC
hayooo ngaku kalian yang dibilangin orang tua ngenyel, ehh pas gebetan yang bilangin malah diiyain WKWKWK
ihh nulis sambil nangis inget adek w :( dia tuh anaknya pasif banget, enggak bakal gerak kalo enggak disuruh. bahkan dalam hal sekecil potong kuku dan cuci muka. padahal udah 14 tahun. tapi dia baik banget, headset kita kan sama, kupikir dia pakai punyaku jadi aku minta headsetnya, dia enggak pake banyak ngomong langsung ngasih padahal lagi asik nge-youtube. Eh pas balik kamar aku liat headsetku ngegantung di sebelah jaket. huhuhu bego banget T_T
btw aku baru sadar di chapter awal2 kan aku nulis panggilan Seonho ke Guanlin itu 'Kak' terus tiba2 ganti jadi 'Hyung' hahaha gak sadar sumpah XD tapi ya udah lah ya biarin aja begitu aku males ngegantinya :v
VOMENT JUSEYOOO ~~~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku pake kyulkyung karena... ya suka aja dia cantik HAHAHA