Battle 5

159 15 3
                                    

Beberapa jam sebelumnya

---Higekiri P.O.V---

Anko ternyata tidak sekuat dugaanku.
Aku tidak begitu tertarik lagi dengannya.

Selama kami memasuki hutan, aku terus bertarung melindungi Anko.

Apa dia sadar kalau aku sudah terluka seperti ini?

Kalau dia mau menyuruhku bertarung mati-matian, akan kulakukan. Tapi bukan berarti karena aku mau melindunginya.

Aku hanya ingin berguna. Itu saja.

Aku berhenti untuk melawan mereka. "Mikazuki, Kogi, kalian duluan saja. Jaga Anko-chan untukku."

"Anija!! Kau jangan gila!!"

Aku meninggalkan mereka. Aku melawan tantou-tantou kecil pengganggu lalu tachi, lalu uchigatana. Aku mengalahlahkan tujuh musuh.

Aku melawan sambil mundur. Aku melawan sendirian. Jadi aku harus pandai mundur. Musuh yang datang ada delapan. Di belakangnya masih ada lagi.

Ini baru medan perang... Sekarang aku mengerti perasaan Genji Tsuna. Bertarung sendirian seperti ini rasanya mengerikan...

Aku tidak tahu apakah aku senang atau takut. Tangaku gemetaran dan ingin segera menebas mereka. Selama masih menjadi pedang, aku hanya menebas dan menebas, tidak peduli apakah tuanku sedang takut atau tidak.

Aku menikam naginata yang datang. Aku mendorongnya sampai menabrak pohon. Tubuhnya langsung pudar dan pedangku terbebas.

Aku menyayat naginata lainnya yang datang, melakukan hal yang sama karena aku harus cepat membereskan mereka...

Crash!!

"Tonbokiri..."

"Higekiri. Kami datang untung membantu tuanmu."

Para Toudan datang. Dua tim. Tim Tonbokiri dan Tim Taroutachi. Senjata mereka rata-rata uchigatana, wakizashi, dan odotachi. Tidak ada tantou. Baguslah. Memangnya mereka bisa apa di tempat seperti ini?

"Higekiri, di mana tuanmu?"

"Mereka membawanya ke tempat aman. Aku di sini mengulur waktu."

Tonbokiri menepuk bahuku. "Tuanmu adalah pemimpin yang hebat. Kami merasa terhormat bisa bertarung melindunginya."

Terhormat?


---Hizamaru P.O.V.---

Anija lama sekali. Kami sudah jauh di depan. Hari juga sudah mau gelap. Kami memutuskan untuk bermalam di tengah hutan.

"Aruji, kau masih bangun?" Aku menurunkan Aruji ke atas tumpukan daun untuk alas tidur.

"Hik! Aruji... Hik! ...pasti lagi mabuk... Hik! Mana ada saniwa yang ikut perang begini? Hik!"

"Fudou, arigatou. Kalau kau tidak tahu hutan ini..."

"Yaa walau aku ini... Hik! ...tantou langka... Hik! Aku masih dikirim untuk ekspedisi satu kali! Hik!"

Menyedihkan. Bahkan Fudou diberi kesempatan untuk bertarung. Aku dan anija dikurung di citadel.

Aku menggenggam tanga aruji yang dingin. Keringat dinginnya terus keluar. Tubuhnya gemetaran. Sesekali meringis kesakitan. Tapi sekarang dia kelelahan. Dia hanya menatap kami sambil menitikan air mata.

Jadi manusia itu rasanya sedih. Apalagi melihat aruji seperti ini. Aku sangat sedih.

Drrrt... Drrrtt...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lords of Time (Hiatus For A While)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang