Rahmania 01 - demi gerbang sekolah

243 13 0
                                    

Gadis manis yang kini mengenakan seragam putih abu-abu tengah duduk dengan santainya di halte, gadis cantik lagi manis itu dengan seksama memperhatikan lalu lalang kendaraan yang tengah sibuk di hari senin. Gadis yang menguncir kuda rambut hitam legamnya yang berkilau sehat itu dengan pancaran sinar matanya yang meneduhkan mulai bangkit dari duduknya, gadis itu merapikan seragamnya dan menaiki bus yang akan mengantarkannya ke sekolah.

"Nia..."

Gadis manis yang baru menaiki bus itu merasa ada yang memanggilnya, suara itu masuk ke area pendengarannya dan reflek tubuhnya mencari dari mana asal sumber itu.

"ah, hai" gadis itu sudah mendapatkan pencariannya, di belakang ah tidak lebih tepatnya tempat duduk paling belakang ada siswi yang memakai seragam sama dengannya dan itu teman satu bangkunya.

"Nia sini duduk" Lira siswi satu bangku gadis yang disebutnya Nia memberikan tempat padanya untuk duduk dengannya yang memang bangku belakang disamping tempatnya duduk masih kosong.

Langkah Nia terarah menuruti Lira dengan berjalan pelan, suasana didalam bus memang tidak terlalu ramai tapi tidak juga sepi karena memang ini jam para anak sekolah sibuk menuju tempat menimba ilmu bekal masa depan, investasi tepat.

"wah Nia aku kira kamu sudah berangkat tapi ini tidak biasanya bukan?" Lira heran mendapati Nia satu bus dengannya yang ia tau gadis disebelahnya ini pasti sudah duduk dibangku kelas dan hanya dia sendiri. Bisa dibilang Nia orang kedua yang datang kesekolah setelah penjaga sekolah yang memang tugasnya membuka kunci ruangan di sekolah.

"iya, orang yang biasa aku repoti sedang ada praktik di sekolahnya jadi dia tidak bisa mengantar" Nia menatap Lira temannya yang memang kalau sudah mood untuk bicara tidak akan ada habisnya kecuali jika ia sedang dalam kondisi buruk maka Nia lah yang akan bersabar mengajaknya berbicara. Perjalanan di dalam bus menuju sekolah tak dirasakan lama oleh kedua orang yang masih asik mengobrolkan berbagai hal yang berbau tentang sekolah dari tugas hingga hal menarik lainnya.

"neng sekolah pertiwi kan?"

Kedua orang itu secara otomatis menengok bersamaan karena nama sekolah yang mereka tuju disebutkan oleh kernet bus yang ia naiki dan mengangguk serempak setelahnya

"udah kelewatan neng" jelas abang kernetnya

"yah... stop bang" Nia membetulkan letak tas punggungnya dan Lira yang memberikan ongkos bus mereka. Keduanya turun dari bus seraya mendesah, bisa-bisanya mereka asik ngobrol sampai sekolahnya terlewat. Bukan hanya jarak satu bangunan tapi ini sudah melewati sepuluh jejeran bangunan ruko, tempat SMA Pertiwi 01 memang terletak di pusat kota jadi disekitar sekolahnya banyak ruko

"hah... hah... Rahmania" teriak Lira akhirnya dengan nafas yang masih terengah mendapati paginya dengan temannya harus berolahraga dulu dan orang yang dipanggilnya masih tertinggal dibelakang, oh ya ampun.

Sekolah mereka adalah sekolah dengan disiplin tinggi, gerbang sekolah akan tertutup ketika jam menunjukkan 07.00 WIB dan sekarang hanya kurang satu menit lagi gerbang didepannya akan menutup yang artinya satpam dengan leluasa menutup gerbang tanpa rasa belas kasih ketika siswa-siswi yang terlambat merengek mencoba untuk bisa mendapat tatapan iba dan gerbang sekolah dibuka untuk mereka. Apa siswa-siswi yang terlambat harus pulang? Tentu tapi sebelum pulang mereka akan mendapat mukadimah dari BK lengkap dengan aksi memanggil para wali muridnya jika memang siswa-siswi yang terlambat sering melakukannya

"Lira, aku hah.. capek" Nia berdiri dengan tangan berkacak pinggang bukan untuk menyombongkan diri melainkan karena ia masih mengatur tempo bernafasnya yang terengah "kamu tau kan aku itu gak minat dalam bidang olahraga apalagi lari begini hah.." lanjut Rahmania

"haaa aku tau tapi ini keadaan genting jadi kita harus melakukannya" mendengar tawa Lira membuat Nia ikut terkekeh merasa aksi lari mereka lucu hanya demi gerbang sekolah

"kalian masih mau ketawa-ketiwi diluar gerbang?" suara pak satpam membuat tawa Rahmania dan Lira tertahan

"ah iya pak bentar" Nia menanggapi ucapan pak satpam dengan menegakkan tubuhnya dan mengatur nafasnya supaya normal kembali setelah aksi lari dan tertawanya bersama Lira

Hari itu mereka memang lolos dari mukadimah BK dan juga lolos dari buku catatan siswa-siswi yang kerajinan telat. Nia dan Lira memasuki gerbang dengan tawa masih terlihat jelas dari keduanya. 

ini cerita yang pernah saya posting dengan judul yang sama hanya saja saya hapus karena dalam tahap revisi. sekarang selamat menikmati jalan cerita RAHMANIA yang fresh dan alur yang lebih rapi. 

Vote dan Komen kalian membantu saya untuk berkarya dan silahkan Share cerita ini

R A H M A N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang