Rahmania 06 - Penyihir Hatiku

79 6 4
                                    

Langkah kaki terasa serasa ringan layaknya bulu angsa yang tertiup angin, mengantongi antasida juga menenteng air mineral ditangan kiriku sedangkan tangan kananku membawa biskuit. Memperhatikan setiap arah di taman sekolah, mencari bahkan menyelidik celah-celah cahaya matahari yang menerobos masuk dalam rimbunnya taman hijau yang sekolah punyai. Tak membiarkan terpaan lembut angin yang menggoda, aku memfokuskan pandanganku pada gadis manis yang hari ini membiarkan dahinya tertutupi poni dengan rambut ikat kudanya yang kencang, gadis yang membuat aku berlari untuk terus memandangnya bahkan ingin selalu ada disampingnya.

"kamu disini Rania?"

"huh?" serentak dengan keterkejutannya tubuh Rania yang sedang berada pada posisi jongkok, reflek limbung kebelakang.

"kamu gak apa-apa?" aku sungguh tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir yang melandaku, melihat Rania masih dengan keterkejutannya

"Nazar, bikin jantungan aja deh"

"sorry, gak bermaksud kok"

"it's oke tapi gak ada lain kali, paham?"

"sure. Sudah dapat bahan tugasnya?"

"ah, aku baru mengitari seperempat taman sekolah tapi tenagaku lumayan terkuras, bahan apa yang bisa aku dapatkan?"

"nah, makan dan minum dengan baik"

Antasida, biskuit juga air mineral yang berada di penguasaanku kini berada pada Rania. Toh memang itu aku belikan untuknya.

"kamu?"

"aku tau"

"jangan bilang..." selidik Rania penasaran

"aku bisa lihat dan otakku bisa berpikir dengan baik, jadi apa yang aku bawa itu cukup membantu kondisimu bukan?"

"oh syukurlah"

Aku bisa mendengar helaan nafas Rania lega, jika aku tidak sok tau dari apa yang Rania perlihatkan sudah jelas menunjukkan bahwa rahasia yang hanya Lira tau itu dibongkar kepadaku, tapi itu memang kebenarannya bukan? Janji tetap janji, aku harus bisa menepatinya.

"terima kasih, tapi apa kamu tidak mau mencari bahan tugasmu sekarang? Apa dengan memandangku lekat-lekat kamu bisa menyelesaikan tugas flora khas Indonesia? Apa begitu?"

"kamu bisa secerewet itu?"

"upss, maaf"

Raniaku bisa memberikan pertanyaan beruntun seperti itu? Gadis cuek terhadap lawan jenis yang mendapat gelar tersirat "the mysterious girl" sekolah baru saja melakukannya? Wah.. apa efek maghnya seperti itu?

"sanah cari bahan tugasmu ketua kelas"

Rania meninggalkan tempatnya, berlalu dari hadapanku. Harusnya Rania sadar bahwa aku ingin lebih dekat dengannya tapi malah aku tertinggal di sini.

"Rania, tunggu..."

Berlari seperti anak kecil yang kehilangan benda kesayangan, aku mengejar langkah Rania yang entah bagaimana sudah jauh dari jangkauan. Kaki rampingnya yang tak jangkung bisa membuat jarak begitu jauh denganku? Aishh.. cepat juga jalannya.

"kamu tuh berisik yah Zar" Rania kesal terhadap tingkahku yang memang terlalu berlebih

"ketua kelas ya harus berisik, biar semua anggotanya tertib Rania" kilahku yang tak ingin Rania merasa makin kesal terhadapku

"iya terserah apa katamu saja" Rania tanpa menatapku kian memburu langkah kakinya, menajamkan penglihatannya mencari bahan tugas hari ini.

"apa aku boleh mencari denganmu Rania?"

Menunggu jawaban yang aku tunggu justru yang ditunggu memilih diam dan sibuk meneliti tumbuhan yang ia jumpai. Aku sungguh takan menyerah ketika kesempatan untuk dekat dengannya digelar depan mata begini.

"ah itu bunga anggrek, kamu sungguh pintar memilih tumbuhan Rania" aku mencoba membangun obrolan dengan Rania

Apa kalian tau apa yang aku dapatkan? Dia hanya melirikku sekilas dan setelah mencatat nama tumbuhannya ia berlalu lagi tanpa brucap, satu hurufpun tidak. Sungguh gadis yang misterius.

Aku mencoba mengimbangi langkahnya dengan tetap berada disamping kanannya .

"anggrek yang tadi kamu tulis memang jenis flora terbanyak di Indonesia, tumbuhan yang indah juga menawan itu bisa tumbuh di daerah Tropika loh tapi juga terdapat pada daerah Sirkumpolar bahkan Tropika Basah" panjangku berbicara agar Rania tak diam lagi

"hem"

Ish.. apa dia benar-benar gadis yang kesakitan waktu di kelas tadi? Apa maghnya secepat kilat raib dalam tubuhnya? Dia benar-benar terlihat jauh lebih baik ketika bersikap acuh terhadap yang lain. Sabar Zar, sabar... cinta butuh tekad dan perjuangan 45. Hanya hal itu yang bisa aku lakukan untuk menyemangati diri menghadapi si mysterious girl seperti Rahmania.

"ternyata kamu benar-benar mendengarkan penjelasan flora dengan baik ya Rania"

Gadis yang aku buntuti ini masih enggan mengucapkan kata dari bibir tipisnya yang berwarna merah muda sehat itu. Kini justru memicingkan pandangannya padaku, entah apa yang ingin ia sampaikan.

"ah, itu tumbuhan daun Sang" aku mencoba mengalihkan tatapan tajam Rania yang jika tidak aku alihkan serasa ingin memakanku detik ini juga

Rania masih menatapku curiga dan segera aku menunjuk kearah daun sang yang aku katakan tadi pada Rania

"sudah sana kerjakan tugasmu" suara Rania tegas agar aku tidak membuntutinya lagi

"ah kalau dikerjakan bersama akan lebih cepat bukan?" aku berkilah mencoba mempertahankan kedekatanku dengan Rania

"terserah" itu satu kata yang singkat tapi yang mampu membuatku kian bebal terus berada disampingnya hingga tugas flora selesai dikumpulkan.

Rahmania sungguh mampu menyihir hatiku. Ketika sikapnyaacuh tak menerimaku justru aku lebih acuh meninggalkan rasa sakit. Meninggikankeyakinan bahwa hatinya dapat aku raih lambat sekalipun. Belajar dari sifatair, tetesannya dapat mengikis batu perlahan-lahan. Aku hanya perlu terusmencoba, bertahan juga hati yang siap tulus untuknya. ketulusan akan sampaipada yang lain saat kita benar-benar menampilkan apa adanya hati kita, bukankata-kata tulus yang keluar dari lidah yang mudah menghianati.


akhirnya bisa ketemu draf Rahmania lagi jadi bisa di post, terima kasih buat kalian yang kasih semangat ke author berupa vote.

R A H M A N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang