I'm Pregnant?

4.9K 255 7
                                    

Pair : kagehina

"Kageyama kun.."
"Hmm?"
"Sepertinya ada yang aneh di perutku?"
"Maksudmu Hinata?"
Kageyama pun menyentuh perut Hinata.

"Tidak ada yang aneh. Tapi tunggu dulu. Apa kau gendutan?"
Tanya kageyama memegangnya lebih intens.

"Hmm.. Benarkah? Apa aku gendutan?"
"Iya. Sixpackmu sepertinya hilang."
"Heh?? Benarkah? Aku gendutan?!"
Kaget Hinata menyentuh perutnya.

"Memang benar, sixpacknya hilang. Tapi kenapa keras?"
Tanyanya menekan perutnya sendiri.
Kageyama tampak berpikir.

"Atau jangan-jangan kau hamil?!"
Pekiknya tiba-tiba membuat Hinata kaget.
"Ha..hamil?"
"Iya! Ingat waktu itu kita tidak pakai pengaman?!"
"I..iya.. Itu karena kageyama kun tidak bisa menahannya!"
"Karena itu kau, aku tidak bisa menahan diri."
Ucapnya tersenyum senang.

"Mau periksakan ke dokter?"
"Iya."
"Besok aku akan mengantarmu ke sana."
"Baik. Kau sudah janji."
"Iya. Aku akan pulang cepat dan membawamu ke sana."
Balas kageyama. Hinatapun tersenyum senang.

"Hinata. Aku akan sedikit telat. Kau pergi dulu. Aku akan menjemputmu di rumah sakit nanti."
Ucap Kageyama di telepon.
"Baik."
Balas Hinata kecewa. Dia sudah menunggunya tapi Kageyama membatalkan janjinya.

Kageyama langsung melesat ke rumah sakit tempat di mana Hinata berada.
Kageyama sedikit kaget mendengar Hinata di rawat karena kecelakaan dari sang resepsionis ketika kageyama bertanya di mana ruang dokter bersalin.

Kageyama langsung menuju ke ruang yang disebutkan.
Dia langsung membuka pintu kamar Hinata tanpa ragu.
Dan terlihat Hinata yang terlelap dengan selang infus darah terpasang di tangannya.

"Hinata!"
Panggilnya membuat Hinata membuka matanya.

Dia menatap Kageyama.
Kemudian berpaling.

"Hinata.. Maafkanku.."
Ucapnya menghampiri Hinata.

"Jangan mendekat! Aku tidak ingin melihatmu!"
Balas Hinata membuat Kageyama kaget.

"Hinata.. Maafkanku. Aku tidak akan mengulanginya."
"Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihatmu!"
Pekiknya lagi mulai emosi.
Dokter yang mendengar keributan di dalam kamar Hinata segera menerobos masuk.

"Tolong jangan membuat pasien tertekan. Pergi dari sini seperti yang di katakannya."
Ucap sang dokter pada Kageyama.
Kageyama pun keluar dari kamar Hinata.

"Dokter! Apa yang terjadi dengan Hinata?!"
"Akibat kecelakaan itu, Hinata kehilangan bayinya."
Jawab dokter membuat Kageyama tercengang.

"A..apa?! Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!"
"Dan sekarang Hinata dalam masa kritis. Tolong jangan buat dia emosi, dia baru saja mengalami pendarahan hebat. Tolong pahami keadaan pasien."
Kageyama mengangguk mengerti.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?!"
Pekiknya kesal. Kageyama meninju dinding keras di depannya dengan sekuat tenaga membuat tangannya berdarah.
Dia mulai frustasi.

"Sial!!"

"Dokter!! Dokter!"
Pekik suster tiba-tiba yang keluar dari ruang Hinata.
Kageyama yang melihatnya langsung masuk ke dalam kamar Hinata.
Dia melihat Hinata yang meringis kesakitan.

"Hinata?!"
Pekik Kageyama.
"Jangan mendekat!"
Balas Hinata sambil memegangi perutnya.

"Hinata kumohon! Biarkanku bersamamu. Jangan melarangku untuk bersamamu. Kumohon Hinata! Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku akan menepati semua janjiku" Aku tidak akan mengulanginya!"
Sesal Kageyama memohon pada Hinata.

"Semua sudah terlambat! Aku sudah kehilangan dia! Aku sudah kehilangan dia!"
Pekik Hinata menangis.

Kageyama berlutut di depannya.

"Aku mohon.. Maafkanku.. Biarkanku bersamamu. Ku mohon Hinata.."
Ucap Kageyama lirih.

Hinata tidak lagi bisa membalasnya, dia benar-benar kesakitan.
Tanpa mempedulikan larangan Hinata, Kageyama memeluk Hinata.

"Maafkanku Hinata.."
Isaknya.
Hinata menangis.

"Aku kehilangan dia.. Aku kehilangan dia.. Aku membencimu kageyama.."
Ucap Hinata disela-sela tangisnya membuat Kageyama semakin menyesal.
Kageyama memeluk erat Hinata.

"Hinata.."
Panggil Kageyama yang merasakan tubuh Hinata tidak lagi bergerak.
"Hinata! Tidak! Buka matamu Hinata!!"
Panggil Kageyama mulai panik.

"Jangan tinggalkanku! Aku minta maaf! Jangan tinggalkanku! Hinata!!!"

"Hinata!!!"

Pekiknya.





"Kageyama kun?"

"Hinata!"
Ucapnya memeluk erat Hinata yang tidur di sampingnya.

"Maafkanku! Jangan tinggalkanku!"
Pekiknya memeluk erat Hinata.

"Mimpi buruk?"
"Aku bermimpi kau meninggalkanku."
Balasnya, Hinata mengusap kepalanya.
Dia seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan ibunya.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu?"
"Kau juga membenciku dan pergi.."
"Kenapa aku membencimu?"

"Aku tidak menepati janjiku padamu."
"Hmm.. Tentu aku akan membencimu jika kau mengingkari janjimu."

"Hinata.."
"Janji tetap janji. Kau harus menepatinya kageyama kun."
"Maafkanku. Tidak akan ku ulangi."
"Baiklah. Kali ini kumaafkan."
Ucapnya mencoba menyemangati Kageyama yang terlihat menyesal.
Dia mengusap kepala Kageyama dengan lembut.

"Hiyaa! Apa yang kau sentuh!"
Marah Hinata saat Kageyama meraba perutnya.

"Hinata, apa kau gendutan?"
"Benarkah?"
"Apa kau hamil?"
"Hah?!"
"Kenapa aku hamil?!"
"Karena di mimpiku kau hamil dan perutmu membesar."
"Heh?! Mimpi apa itu!"
"Aku tidak tahu. Tapi.."
"Tapi apa?"
Tanya Hinata melihat raut wajah Kageyama yang terlihat sedih.

"Bukan apa-apa. Aku sangat bahagia ketika melihatmu hamil. Itu mimpiku selama ini."

"Maaf aku harus hancurkan mimpimu. Aku tidak akan pernah mengandung. Buang jauh-jauh mimpimu kageyama kun."

"Aku tahu itu! Tapi aku masih berharap begitu."
Ucapnya lirih menenggelamkan wajahnya ke perut Hinata.

"Maafkanku.."

Hinata mengusap kepala Kageyama.
"Kau boleh mencari wanita yang bisa melahirkan anakmu."
Ucap Hinata.

"Aku tidak mau! Aku hanya mau anaknya Hinata!"
Balas Kageyama seperti anak kecil.

"Jangan bicara di perutku! Geli!"
Balas Hinata mendorong kepala Kageyama menjauh.

Kageyama menengadahkan kepalanya ke atas menatap Hinata.

"Apa kau ingin aku bersama wanita lain?"
"Aku tidak mau.. Tapi kalau kau mau seorang bayi. Aku tidak akan melarangnya."
Jawab Hinata jujur.

"Tapi aku tidak bisa melakukannya jika itu bukan kau."
Ucapnya kembali menenggelamkan kepalanya ke perut Hinata.

"Mau berapa kali pun kita lakukan, aku tidak akan bisa hamil kageyama kun."
"Aku tidak peduli. Asal itu kau, aku tidak peduli dengan yang lain. Hanya Hinata yang kumau."

"Terima kasih."
Ucap Hinata senang.

"Mimpimu akan hilang kalau bersamaku."
Sambung Hinata.
"Aku tinggal membuat bayi tabung. Dan dia akan lahir, kita akan membesarkannya dengan bahagia."
"Hahaha..."
Hinata hanya tertawa mengenai rencana konyolnya.

"Aku serius! Aku akan melakukannya kalau kau mengizinkannya!"
"Tidak ada salahnya jika kau mau mewujudkan mimpimu."
"Terima kasih. Aku mencintaimu."
Ucapnya mengecup Hinata.

"Mari lakukan hingga kau hamil."
Lanjutnya mendorong Hinata kembali berbaring ke kasur.
Hinata memeluknya.

"Aku juga mencintaimu. "
Balasnya dengan wajah merona. Membuat Kageyama menegang segera.

"Aku akan membuatmu hamil!"


Fin💕

I'm Pregnant?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang