Tentang Rasa

55 9 0
                                    

Hana menyukai Habibi. Entah sejak kapan
Pertanyaan itu tidak bisa dijawab olehnya. Yang dia tahu, dia mulai menyukai Habibi saat awal kelas sepuluh. Seseorang yang tidak dia kenal sebelumnya. Lalu, mereka berada pada satu forum yang sama. Sifatnya yang cerdas, baik, berfikir kritis membuatnya banyak disegani orang lain meskipun sebelumnya dia anak yang egois.

Hana tidak pernah mau berbicara dengan Habibi saat awal pertemuannya. Mereka hanya akan saling curi pandang dan berbicara secukupnya mengenai sekolah. Hana menyimpan cintanya dalam diam. Dia tak pernah bisa menebak kata hati Habibi dan hanya menerka dari setiap perilaku yang berbeda kepada Hana. Mereka memiliki hobi yang sama yaitu membaca. Dulu, mereka sering untuk membaca bersama di perpustakaan. Habibi yang lebih suka membaca tentang ilmu pengetahuan, sedangkan Hana yang lebih suka membaca novel.

Habibi juga anak yang pertama ia temui saat di masjid sekolah untuk sholat dhuha. Saat itu perasaan canggung masih menyelimuti keduanya, pun mungkin sampai akhir semester pertama.

                 Senyummu
           Oleh Hana Amalia

Seperti daun merindukan angin
Ku tak mampu ungkapkan
Rasa saat ku menatapmu
Dengan sebuah tawa di bibirmu
Di luar hujan turun
Begitu pula dalam hatiku
Menunggu detik waktu berjalan
Mencipta kisah yang sama
Maafkan aku yang lancang
Menyebutmu dalam doa
Merindumu dalam keheningan
Mencarimu di keramaian
Pelangi tersenyum tiba
Saat kau tertawa lepas
Saat kau mendekat pada-Nya

Hana sering menorehkan rasa dalam tinta tanpa bersuara. Dia menikmati hari-hari bersama Habibi. Bahkan saat dia melihat Habibi yang tertawa, rasanya dia tidak ingin detik jam terus berjalan.

Selama ini cintanya hanya tersimpan dalam diam. Dia tidak berani mengatakannya kepada Habibi. Masih teringat saat mereka berada pada satu kelompok mengerjakan tugas matematika.

"Hari ini pulang sekolah kumpul dulu ya mengerjakan tugas."

Habibi sebagai ketua kelompok sudah mengatur segalanya. Dia memang anak yang disegani di kelas dan termasuk anak yang cerdas, pun dengan kacamata minus yang melekat.

Bel pulang berbunyi. Seperti biasa anak-anak tidak akan pulang dulu. Mereka akan sibuk dengan organisasi mereka sendiri karena masa SMA selalu dituntut untuk berorganisasi. Berhubung organisasi Hana, Habibi, Rana, dan Anam yang saat ini sedang libur, maka mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas matematika.
Hana terlelap dalam lamunan agak panjang.

"Alhamdulillah, aku bisa satu kelompok dengan Habibi. Kalau tidak pasti aku udah bingung sendiri. Ini kan pelajaran parabola. Apaan ini, aku selalu mengantuk saat pelajaran matematika. Mendingan aku disuruh hafalan materi sejarah aja. Huh, untung saja Habibi bisa mengerjakan." kata-kata itu berada dalam lamunan Hana mulai dari awal diskusi kelompok.

"Kamu gimana sih, Han? Tulis cepetan tadi jawabannya, nanti aku lupa."

Hana terdiam cukup lama. Mencerna setiap kalimat yang keluar dai mulut Habibi. Hana tidak menyangka Habibi akan membentaknya. Bagaimana bisa? Hati Hana benar-benar terluka. Dia memang anak yang memiliki hati sensitif dan memiliki ketakutan mendalam terhadap bentakan. Dia pasti langsung menangis saat dia di bentak. Hana sudah kesal sama Habibi. Dia menulis tanpa ikhlas. Bentakan tadi begitu menyakitkan.

"Dasar ya orang, apa nggak bisa ngomong lebih lembut?"
Hana menggerutu kesal saat dia menyetir motornya saat pulang sekolah.

Keesokan harinya Hana masih terlihat marah dengan Habibi. Dia kesal.dengan perilakunya kemarin yang membuatnya menangis.

Pov Habibi

"Bi ini penyelesaian tugasnya."

"Iya, makasih. Kok kamu yang berikan, bukannya Hana ya yang mengerjakan?"

"Iya, tapi tadi Hana nitip ini untuk kamu." ucap Rana yang langsung pergi meninggalkan Habibi.

Entah kenapa Hana menjauhiku. Sejak aku membentaknya kemarin, dia seperti lebih kesal kepadaku. Matanya pun seperti menahan tangis. Tapi, aku kan tidak bermaksud membentaknya. Itu hanya volume suaraku saja. Habibi semakin diselimuti rasa bersalah kepada Hana. Dia memang memiliki suara yang besar dan mengikuti organisasi kebudayaan nembang bahasa jawa di sekolah. Habibi merasa kehilangan saat Hana benar-benar menjauh dari hidupnya.

"Han."

"Hmm." Hana menjawab tanpa melihat Habibi sekalipun. Dia tetap fokus membaca novel yang ada di genggamannya.

"Hadap belakang dong."
Kata itu membuat Hana sedikit risih. Dia sebenarnya tidak bisa berlama-lama marah kepada Habibi. Tapi, dia juga kecewa karena bentakannya kemarin. Akhirnya Hana hanya diam tanpa menjawab apapun.

"Aku minta maaf, Han. Jika kemarin aku membentakmu."

Kata itu begitu saja terucap dari mulut Habibi. Sebelumnya dia bukanlah anak yang gampang minta maaf karena dia memang anak yang egois. Hana terkaget. Dia tidak menyangka Habibi akan minta maaf padanya.

"Ya." suara itu begitu dingin. Seperti Hana yang tetap tidak mau menghadap ke Habibi.
Habibi hanya terdiam. Dia tidak tahu bagaimana caranya dia meminta maaf kepada Hana.

Dia mengoyak rambutnya bingung.
Guru sejarah akhirnya datang
Biasanya beliau akan memberikan kuis kepada murid dan siapa saja yang bisa akan ditambah pointnya.

"Sebutkan peradaban dunia yang ada di India dimana sebagai tempat bangsa Arya saat itu."

Semua anak diam. Begitu pula dengan Hana yang kemarin lupa belajar karena kesal kepada Habibi. Sebenarnya Habibi tahu jawabannya, tapi dia memberi kesempatan kepada temannya.

"Kamu Hana. Jawab pertanyaannya!"

Hana gelagapan. Dia terdiam cukup lama. Bingung apa yang harus dikatakan kepada gurunya.

"Mohenjodaro, Han.
Habibi mendekatkan bangkunya kedepan dan membisikkan jawaban kepada Hana tanpa sepengetahuan guru dan temannya.

"Mohenjodaro, Bu."

"Iya, satu point untuk Hana."
Semua anak bertepuk tangan. Hana hanya terdiam
Bingung kepada sikap Habibi yang tadi membantunya.
                     ***
Enam bulan berlalu. Hana semakin dekat dengan Habibi. Dia menyukai Habibi dan menjaganya dalam diam.Mereka selalu memperebutkan nilai tambahan. Mereka sudah tidak lagi canggung.

"Kapan kamu pembinaan?"

"Hari ini."

"Ya udah, berangkat sana. Nanti aku izinkan ke gurunya."

Hana hanya tersenyum. Akhir-akhir ini mereka akan saling mendukung. Mereka sangat dekat dan saling memperhatikan. Waktu kian cepat berlalu, semua cerita manis dengan Habibi hanya akan menjadi kenangan seiring berjalannya detik waktu.

🌸

"Ada satu hal yang membuatku bahagia, yaitu selalu melihatmu tertawa bersamaku."

Angin Memeluk AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang