"Harusnya aku tahu konsekuensi dalam mencintai. Namun, aku justru mengulang kisah yang sama."
Kali ini adalah hari dimana Hana sudah tidak terlalu disibukkan dengan olimpiade nya. Kemarin, baru saja dia pulang dari Malang pukul 5 sore. Di grup ekstra keagamaan nya sudah ramai perilah PHBI yang tinggal menghitung hari.
"Han, sudah dapat uang nya kah?" Ucap Naura yang bertemu dengan Hana.
"Sudah kok, tapi masih dibawa bendahara kelas 11."
"Segera diambil ya, soalnya kan nanti mau dikasihkan setiap sie untuk membeli sesuai yang mereka butuhkan."
"Iya, insyaallah."
Hana pun menyelesaikan tugas sekolahnya yang masih menumpuk karena lama dia tinggal untuk bimbingan. Bisa dibilang hari ini adalah hari sibuknya di sekolah.
"Han, sudah buat tugas matematika yang tabel sin, cos, tan?"
"Belum sih, Habibi. Mungkin nanti ya. Aku harus segera minta ulangan harian susulan Sejarah dulu."
"Semangat, Han. Soalnya mudah kok buat mu. Hafalkan saja nama candi, detail peperangan, dan kitab di kerajaan."
"Yaaah, itu mah gak gampang." :(
Mereka pun tertawa bersama sebelum Hana melanjutkan tugasnya untuk membuat makalah tentang peradaban di dunia.
***
Hana sedang berhadapan dengan guru sejarahnya yang bernama Pak Agus. Kini, dia harus mengerjakan soal di ruangan guru saat waktu istirahat tiba.
"Ini sudah selesai, Pak."
"Loh, cepat sekali. Ya sudah, silahkan kembali."
Hana pun segera kembali ke kelas karena Bu Indah sebagai guru sosiologi sudah bersiap untuk masuk ke kelas. Namun, banyak teman-temannya yang masih di luar kelas padahal ini sudah bel masuk.
"Selamat siang." Bu Indah masuk kelas.
Semua siswa berhamburan duduk di bangku mereka masing-masing.
"Kali ini kita akan quis sebelum kalian harus belajar sendiri selama 1 bulan ke depan. "
"Hah?"
"Ya, Bu Indah mau cuti untuk melahirkan. Jadi, kalian akan ibu berikan tugas selama 1 bulan ke depan yang harus dikerjakan di buku catatan. Nanti, kalau ibu sudah masuk lagi, buku itu harus dikumpulkan."
"Siap, Bu."
"Sekarang, saatnya quis."
Suasana kelas pun menjadi sedikit gaduh karena mereka memang suka dengan adanya quis sosiologi. Mereka akan memperebutkan nilai dengan menambah point saat menjawab secara tepat.
Akhirnya, kejadian terulang lagi. Kelompok Hana mendapatkan point terbanyak, dan kelompok Habibi mendapatkan point terendah hari ini. Hana pun menatap Habibi dan keduanya saling tertawa. Entahlah, mungkin mereka menertawakan semangat mereka yang saling memperebutkan nilai sehingga seperti musuh bebuyutan yang tak sabar melabrak lawan bicara.
Saat bel pulang dibunyikan, saat itu lah semua siswa berhamburan untuk langsung pulang. Namun, tidak untuk Hana. Hari ini adalah saatnya dia untuk mengadakan rapat gladi bersih event PHBI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Memeluk Air
Teen FictionProlog Angin selalu identik dengan perusak. Dimana ia selalu dianggap perusuh saat orang lain sedang menyapu. Angin dianggap bencana saat hembusan nya terlalu besar. Bahkan angin yang terlalu besar menandakan hujan datang dan akan menyebabkan bencan...