Ini sudah tiga bulan gadis itu koma. Dan selama itu juga aku selalu datang mengunjungi nya. Walau jadwal manggung ku bersama the soul begitu padat, tapi aku tetap menyempatkan diri ku datang kemari. Mengamati wajah nya dan menemani nya.
Sebuah kerlipan cahaya memantul dari leher yunna. Sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan ini memantulkan cahaya dari sebuah kalung yang tersemat di leher yunna.
Aku mendekat untuk melihat kalung itu. Beberapa saat tubuh ku berhenti tepat di samping ranjang yunna.
Tunggu. Aku merasa mengenal kalung itu, lebih tepat nya bandul kalung itu. Tangan ku terulur ke arah leher yunna. Menarik pelan bandul kalung itu.
Ini.
Aku membelai cincin perak yang menjadi bandul kalung yunna. Cincin ini. Aku menunduk pelan. Berusaha agar melihat cincin itu dari dekat dan dengan seksama.
Di sisi bagian dalam cincin itu terukir sebuah kalimat Mein Herz Gehört Dir.Cincin ini. Aku menatap wajah yunna tak percaya. Bagaimana bisa dia memiliki cincin ini. Cincin yang aku berikan kepada seorang gadis kecil cantik , cinta pertama ku.
Flashback on.
"Yunna, aku akan pindah ke seoul." Ucap ku ketika kecil kepada seorang gadis kecil di samping ku.
"Oppa, akan pergi."
"Nde."
"Pergi meninggalkan yunna." Ucap sedih seorang gadis kecil nan cantik yang duduk di samping ku.
"Mian. Tapi oppa berjanji ketika besar oppa akan mencari mu. Dan oppa tak akan pernah meninggalkan mu lagi karena yunna calon pengantin oppa." Ucap ku bersungguh sungguh meyakinkannya.
"Pengantin oppa?"tanya gadis itu binggung.
"Nde, pengantin wanita oppa. Yunna maukan menjadi pengantin oppa?"
"Nde." Jawab yeoja kecil itu mantap sambil menganggukkan kepala nya.
"Yunna harus berjanji jangan pernah dekat dengan namja lain. Dan tunggu oppa, arra."
"Nde, oppa."
"Lihat cincin ini. Cantikkan."
"Nde , oppa."
"Yang ini untuk yunna, dan yang ini milik oppa. Cincin ini merupakan simbol cinta oppa pada yunna. Dan oppa janji akan memakaikannya di jari yunna di hari pernikahan kita, arra."
"Nde oppa."
"Simpanlah cincin ini, jangan sampai hilang. Arraseo."
"Arra oppa. Oppa janji akan mencari yunna dan jangan dekat dengan yeoja lain."
"Nde, oppa janji."
"Yunna sayang oppa." Ucap yunna kecil sambil memeluk ku. Dan aku membalas pelukan itu lebih erat sebelum aku pergi meninggalkannya. Pergi bersama keluarga ku pindah ke seoul.
Flashback off"Yunna. Ka..kau yunna gadis kecil ku. Cinta pertama ku." Ucap ku sambil menatap nanar ke arah yunna yang terus saja tertidur tak sadar kan diri.
"Bagaimana bisa ini terjadi? Bagaimana mungkin aku tak mengenali mu. Astaga yunna."
"Maafkan aku. Maafkan aku. Maafkan aku yunna." Aku teringat perlakuan kasar ku ketika dia mencoba menghentikan ku meminum soju, tapi aku malah mendorong tubuh nya dan membuat nya terluka.
"Maafkan aku yunna. Maafkan aku yang tak mengenali mu. Maafkan aku yang melupakan janji ku pada mu. Maafkan aku yang membiarkan eunso masuk dalam hidup ku. Maafkan aku."
Aku menggenggam tangan nya erat. Berharap dia merasakan betapa besar rasa rindu ku pada nya. Yeoja pertama yang membuat ku mengenal kata cinta. Yeoja pertama yang membuat ku ingin segera dewasa dan menikah. Yeoja yang membuat aku selalu bersikap dingin kepada Yeoja lain.
"Yunna, ku mohon bangun lah. Apakah kau tak ingin melihat ku lagi. Mengapa kau terus saja tidur. Apa kau ingin menghukum ku karena tak mengenali mu. Ku mohon yunna bangun."
Tit..tit..tit..
Tak ada respon apapun dari tubuh yunna. Air mata ku sudah keluar sejak tadi. Kini aku mengerti mengapa Yeoja ini terus mendukung ku. Mengapa dia rela mengorbankan nyawa nya untuk menyelamatkan diri ku. Karena dia Yeoja kecil ku. Calon pengantin wanita ku.
Kini aku mengerti mengapa aku dan eunso tak bisa bersatu sekeras apapun aku berusaha mempertahankan hubungan kami.
Itu semua karena dia, Yunna. Yeoja inilah alasan nya. Karena yeoja ini masih terus menunggu ku. Menunggu ku datang mencari nya. Menunggu ku menepati janji ku pada nya. Janji ku menjadikan nya pengantin wanita ku dan memakai kan cincin ini di jari nya.
Tiiit...tit..tiiit..tiiiit....tit..tiiiiiiiiiitttttttttttt....
Aku menoleh ke mesin detak jantung itu. Suara mesin itu meliking panjang dan menunjukkan sebuah garis lurus. Aku menatap yunna panik.
Tuhan jangan katakan kepada ku jika yunna.
Aku semakin panik ,, rasa ketakutan akan kehilangan nya begitu dalam.
"Yunna..!!yunna..!!" Teriak ku kencang sambil mengguncang tubuh yunna. Berharap dia bisa mendengar panggilan ku.
Oh tuhan jangan ambil yunna sekarang.
"Ku mohon yunna bangun. Jangan tinggalkan aku."
Di saat seperti ini, aku seperti orang bodoh dengan wajah panik dan ketakutan. Dengan panik aku menekan tombol darurat , agar dokter segera datang ke ruangan ini. Aku menekan tombol itu berkali kali agar dokter segera datang kemari.
Aku menatap yunna takut. Aku takut kehilangannya. Aku tak mau dia pergi.
"Yunna bangun. Ku mohon jangan tinggalkan aku. Ku mohon. Kau bilang akan menunggu ku. Kau bilang kau mencintai ku. Ku mohon bangun, jangan tinggal kan aku." Ucap ku sambil mengenggam kedua tangan yunna. Memberikan kehangatan kepada nya.
"Yunna bangun. Kau harus bangun. Jangan tinggalkan aku. Jangan pergi. Kau masih harus mendengarkan semua permintaan maaf ku. Ku mohon bangun, yunna." Ucap ku frustasi dengan suara lirih ku. Air mata ku sudah mengalir sejak tadi. Tapi tak ada respon dari tubuh yunna. Bahkan monitor detak jantung itu tetap menunjukkan sebuah garis lurus.
Dengan tergesa gesa dokter dan beberapa perawat memasuki kamar ini.
"Yunna dengar, kau harus bangun. Kau harus menepati janji mu. Kau bilang kau ingin menjadi pengantin ku. Maka kau harus menepati janji itu. Jika kau meninggalkan ku, aku akan membenci mu."ucap ku semakin kalang kabut dan frustasi menatap wajah yunna
"Tuan , anda harus keluar."ucap seorang perawat kepada ku.
Aku menoleh dan melihat dokter mulai memeriksa keadaan yunna.
"Uisa, ku mohon selamatkan yunna. Ku mohon selamatkan dia." Ucap ku tercekat dan penuh pengharapan.
"Nde ,tuan. Kami akan melakukan segala macam cara untuk menyelamatkan nya. Mohon tunggu di luar, tuan." Ucap perawat lain.
Aku menatap yunna dan merekam wajah nya dalam memori otak ku. Dengan enggan aku keluar dari ruangan itu. Berjalan lunglai keluar. Menyandar kan punggung ku di dinding lorong rumah sakit.
Apa yang harus ku lakukan? Aku tak ingin kehilangan nya. Ada ribuan kata yang ingin aku ucapkan pada nya. Aku mencintai nya dan tak ingin dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oneshoot
Short Storykumpulan oneshoot, twoshoot dan short story Sebagian repost ff dari blog, warning , story for young adult , belum di edit ulang. List oneshoot: ~Mine (end) ~My Ignorance (end) ~I'm Backstabber (end) ~Another Luna (end) Onhold nunggu ide nulis onesho...