"Hyungseobbbb!"
Sosok bersurai hitam yang dipanggil namanya hanya menoleh singkat sebelum kembali memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
"Ih Hyungseob, ayo notis aku!"
"Apaan sih, Hoon? Ganggu gue aja lagi beresin tas."
"Hehe ampun ndoro," sosok mungil bernama Park Jihoon didepan Hyungseob hanya menyengir lebar lalu duduk di kursi kosong didepan Hyungseob, "temenin gue fotokopi berkas yuk? Tadi kak Hwanwoong nyuruh gue, katanya harus jadi besok."
"Berkas apaan?"
"Proposal buat BEM. Ayolah temenin aku, Seobbie sayang―"
"Iya iya gue temenin, tapi jangan dilanjutin gembelnya. Menajiskan tau gak." Hyungseob menghela napasnya lalu setelah selesai membereskan barang-barangnya, mereka pun pergi ke koperasi kampus yang―tentu saja―menggunakan motor bebek Hyungseob.
Hyungseob udah tahu modusnya Jihoon, karena koperasi kampus itu jaraknya jauh dan Jihoon males nungguin bus layanan kampus buat pergi kesana.
Sampai disana, Hyungseob dibuat melongo lagi karena suasana koperasi cukup ramai―dan di dominasi oleh mahasiswa baru yang sepertinya tak kuat dengan paper di awal masuk kuliah.
"Ini koperasi rasa kantin banget?" Hyungseob ngedumel sebentar, kemudian melihat Jihoon sudah masuk ke dalam kerumunan tersebut, "Heh Jihoon, kalo lo sampe ilang, gue tinggal beneran!"
Seusai meneriaki Jihoon dari tempatnya, Hyungseob pun beralih duduk ke salah satu bangku panjang yang sudah terdapat seseorang disana. Hyungseob sih bodo amat siapa orangnya, yang penting ia duduk dan tidak pegal-pegal selama menunggu Jihoon.
Namun sepertinya keberuntungan belum berpihak kepadanya.
"Lho, Hyungseob sayangku?"
..... Ingin rasanya Hyungseob mengumpat dan pindah dari tempatnya, kalau saja ia bisa.
Karena disaat ia duduk di samping seorang pemuda, seluruh bangku di dekatnya juga sudah terisi penuh dan Hyungseob sangat anti untuk duduk lesehan disini karena kotor.
Masalah utamanya kali ini adalah karena pemuda disampingnya adalah Park Woojin, pemuda yang menjadi pantangan dan seseorang yang sangat dihindari oleh Hyungseob.
"Ngapain lo disini?" Ucap Hyungseob dengan nada ketus, sementara sosok bersurai cokelat―ah, Woojin mengganti warna rambutnya beberapa waktu yang lalu―hanya terkekeh melihatnya.
"Emangnya gue gak boleh disini? Kan lumayan bisa ketemu jodoh gue disini."
"Siapa jodoh lo? Dongbin anak Teknik Komputer?" Hyungseob membalas seraya menunjuk salah satu pemuda yang ikut mengantri diantara kerumunan tersebut.
Woojin hanya membalasnya dengan cengiran lebar―tolong jangan buat Hyungseob mati di dalam karena gingsul itu, dong!
"Jodoh gue kan lo, Seob."
"Jijik banget sih anjir," walau Hyungseob mengatakannya dengan judes, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa wajahnya langsung memerah karena gombalan menyebalkan tersebut, "terus lo ngapain disini? Bukan karena ngikutin gue kan?"
Sosok disamping Hyungseob meliriknya singkat dan datar, "lah pede banget lo jadi orang."
"Ish lo mah, anjing!" Muka Hyungseob kembali memerah lalu memukul bahu Woojin sedikit kencang; membuat yang di pukul mengaduh kesakitan.
"I-iya bercanda doang kok, sayang," Woojin tersenyum lebar lalu mencubit pipi Hyungseob pelan, "gue nemenin Hyunmin sama Haknyeon buat tugasnya mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer | JinSeob
أدب الهواة❝ Sebelum janur kuning melengkung, halal hukumnya buat bikin lo jatuh cinta sama gue. ❞ Kisah tentang Park Woojin―mahasiswa Arsitektur, yang mengejar cintanya Ahn Hyungseob―mahasiswa Hubungan Internasional. [ JinSeob; Boys Love; Semi-baku; AU ― Warn...