Sudah 5 hari semenjak kejadian di taman, dan sudah 5 hari pula Hyungseob disibukkan dengan kegiatan BEMnya sehingga belum ada waktu yang pas untuk menghubungi Woojin perihal kejadian di taman kampus itu. Dan hari ini kegiatan evaluasi sudah berakhir, sehingga Hyungseob memantapkan niatnya untuk menghubungi Woojin melalui LINE malam ini juga.
Padahal kegiatannya baru berakhir pukul 5 sore, dan bisa saja Hyungseob pergi menghampiri Woojin di gedung fakultasnya. Tapi Hyungseob berpikir, mungkin Woojin sudah pulang ke rumah―apartment―nya.
Sekarang Hyungseob, dikamar kostannya, sedang duduk diam di meja belajarnya sambil merogoh sesuatu di tasnya. Sampai akhirnya ia menemukan kertas kecil berwarna hijau yang ia cari sedari tadi.
Post-it dari Woojin yang berisi id LINEnya pada 5 hari yang lalu.
Dan akhirnya Hyungseob kembali terdiam karena bingung harus melakukan apa dengan handphonenya―yang akhirnya mencari id LINE Woojin dan menemukannya―.
"Chat nggak ya.. Chat nggak ya......" Hyungseob terus menggumamkan kalimat tersebut sambil mondar-mandir di kamarnya, terus menimang pilihan yang terus terlintas di otaknya.
Apakah ia harus mengiriminya chat duluan atau tidak?
Pemuda bersurai hitam itu berhenti dari aktivitasnya dan kembali menempelkan jemarinya dibawah dagu, "tapi gue kan mau balas budi ke dia, kenapa jadi galau begini sih?"
Hyungseob menghela napas, menghilangkan segala pemikirannya yang menyangka bahwa hal ini adalah modus untuk mendekati Woojin. Padahal tidak sama sekali.
Benarkah begitu, Hyungseob? ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Ia berdehem sebentar, kemudian jarinya―dengan penuh keberanian―mengetik sesuatu pada kolom chat LINE seusai menambahkan kontaknya terlebih dahulu.
Hyungseob: Woojin? Ini Hyungseob, anak HI.
Belum sampai 10 menit, handphonenya sudah kembali bergetar. Tapi manik hitam Hyungseob membulat―ia melongo hebat melihat sesuatu yang asing di layar handphonenya.
Woojin is calling you...
Makin paniklah Hyungseob karena niatnya hanya untuk mengabari Woojin lewat chat, tapi malah di balas telepon―dari aplikasi LINE―oleh Woojin.
"Tahan! Tarik napas, lalu buang. Seob, ayo angkat."
Setelah melakukan senam jantung karena kaget dan menarik napasnya perlahan, Hyungseob memijit tombol hijau di layar handphonenya lalu mendekatkannya pada telinganya.
"Halo..?"
"... Hyungseob?"
Hyungseob mengernyit sebentar, "iya, ini gue Hyungseob. Ada a―"
"Akhirnya kamu ngehubungin aku juga! Ya ampun, untungnya gak jadi minta kontakmu ke Haknyeon!" Sebelum Hyungseob melanjutkan ucapannya, Woojin sudah terlebih dulu memotongnya dan menjawabnya dengan antusias; Hyungseob bahkan sampai menutup sebelah matanya karena suara Woojin yang sedikit meninggi dari sebelumnya.
"Kenapa nelpon? Kangen?"
Hyungseob memutar bola matanya malas. Heol, yang nelpon duluan siapa?
"Heh, lo duluan yang nelpon," balas Hyungseob dengan kesabaran yang sudah terkumpul, "gue pingin ngomong sesuatu."
Dari ujung telepon, terdengar suara kekehan Woojin yang entah mengapa membuat jantungnya berdebar 2 kali lebih hebat dari sebelumnya.
"Ngomongin apa, hm? Serius banget?" Kali ini nada bicara Woojin terdengar santai, namun membuat jantung Hyungseob berpacu dengan cepat.
Apa-apaan sih, Woojin! Suara beratnya yang dalam itu malah membuat Hyungseob makin deg-degan, tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Admirer | JinSeob
Fanfiction❝ Sebelum janur kuning melengkung, halal hukumnya buat bikin lo jatuh cinta sama gue. ❞ Kisah tentang Park Woojin―mahasiswa Arsitektur, yang mengejar cintanya Ahn Hyungseob―mahasiswa Hubungan Internasional. [ JinSeob; Boys Love; Semi-baku; AU ― Warn...