2

10.6K 520 4
                                    

Sehelai daun kering gugur dari atas pohon, membuat senyum Dhea terpancar. Senyumannya sangat manis, ditambah lagi dengan kerudung biru yang melambai lembut dipipinya. Ia ingat betul, setelah pertemuan itu, ia mulai sering mendapat kejadian tak terduga. Kejadian demi kejadian yang berderet, menuangkan senyum dipipinya. Mengaduk berbagai rasa yang ada dihatinya.

Awalnya, seorang guru kimia datang menghampiri Dhea yang tengah berjalan melewati kantor guru. Guru perempuan itu, meminta tolong Dhea untuk memberikan selembar kertas kepada seseorang di kelas XII Ipa 1. Setelah saling memberikan salam, Dhea pun pergi. Kelas XII Ipa 1, kelas yang berada di pojok barisan kelas lainnya. Disaat kakinya melangkah pergi, matanya melihat tulisan yang tergores didalam kertas itu. Tulisan yang tergores sangat rapih dan indah. Dibagian pojok atas kanan kertas itu pun terdapat tulisan basmallah yang anggun. Dan dibawah tulisan basmallah itulah tertulis sebuah nama 'Fakhri Aznan'. Betapa kagumnya Dhea, melihat tulisan itu. Betapa sejuk hatiya melihat tulisan basmallah, di kertas ulangan kimia itu. Segalanya terlihat sederhana, rapih dan bermakna.

Tanpa, disadari Dhea sudah berada di depan kelas yang ia tuju. Tanpa menunggu lama, ia pun menanyakan tentang seseorang yang bernama 'Fakhri Aznan'.

"Ada yang bernama Fakhri Aznan?"

"Oh iya ada. Tunggu sebentar ya, akan saya pangilkan". Jawab seorang perempuan yang berada di depan kelas.

'Oke, terimakasih'. Jawab Dhea.

Kemudian, yang di ajak berbincang pergi mencari seseorang bernama Fakhri Aznan, tak lama, seseorang yang bernama Fakhri Aznan pun mendekat ke arah Dhea. Betapa kagetnya Dhea, ternyata sesosok laki-laki yang ia cari adalah laki-laki kemarin yang ia temui. Laki-laki yang membuat tangannya gemetar. Tanpa bicara sepatah kata pun, Dhea langsung memberi kertas yang ia genggam kepada laki-laki itu. Dan berlari dengan cepat ke depan kelasnya. Tersenyum menatap pohon besar yang berdiri kokoh, melihat tangannya yang berwarna pucat dan sedang gemetar. Tangannya menggenggam dadanya yang kian berdegup kencang, rambutnya pun ikut menari dalam senyum manisnya.

"Subhanallah."

Hanya kata itu yang sanggup ia katakan, selagi hatinya terguncang.

..

Libur di hari minggu memang terasa begitu cepat, hingga lagi-lagi bertemu dengan yang namanya hari senin. Sudah Dhea duga, pukul tujuh pagi semua siswa maupun siswi sudah berkumpul di lapangan. Dengan malas-malasan Dhea melangkahkan kakinya keluar kelas dan ikut berbaris dengan teman-temannya. Ia sengaja berdiri di barisan paling belakang. Karena di belakanglah ia dapat dilindungi oleh pohon besar, dari panasnya matahari pagi. 

Lima menit awal upacara memang sangat menyiksa, namun menit berikutnya sangat membahagiakan. Sosok Fakhri Aznan kembali terlihat oleh mata Dhea. Kini, upacara terasa menyenangkan. Selagi Fakhri menikmati pembacaan undang-undang dasar 1945, Dhea malah menikmati ketampanan Fakhri.

Hingga saat dimana bagian pembacaan do’a, Dhea tetap menatap Fakhri. Walau beberapa murid sudah menundukkan wajahnya karena berdo’a, namun Dhea tetap menaikkan wajahnya. Matahari yang kian tinggi, membuat wajah Fakhri bercahaya akibat terpaan sinarnya. Wajah Fakhri yang tertunduk, ditambah panas matahari, membuat keringat yang mengalir bermuara di dagunya. Dhea tahu, saat itu Fakhri memang tak setampan saat dia sehabis berwudhuh. Namun, wajah lembutnya tetap menenangkan hati Dhea.

Tiba-tiba saja tubuh Dhea sudah terdorong ke belakang. Dan Dhea baru menyadari, ternyata upacara bendera sudah selesai. Ia hanya mampu mengikuti arus menuju ke kelasnya. Meninggalkan seonggok wajah teduh milik Fakhri.

..

Vote jika kalian menyukai cerita ini 😍 dan jangan lupa untuk selalu memberi komentar pada setiap part agar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis .. Terimakasih sudah membaca 😊

Fakhri Aznan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang