1

20.1K 748 9
                                    

Hembusan angin di sore hari, melambai dengan lembut. Membuat gadis berkerudung biru, perlahan menjatuhkan air mata dari mata sebelah kanannnya. Ia hanya bisa duduk menatap pohon besar yang berdaun rimbun. Sedangkan teman-temannya yang tengah bercakap-cakap tak dihiraukan oleh dirinya. Pohon besar yang di hadapannya membuat gadis itu menjatuhkan pikirannya pada saat ia di SMA dulu. Pohon besar yang terletak di depan kelasnya, yang menaungi mimpi- mimpi dan harapan-harapan gilanya. Dimana ribuan daunnya mampu menjadi saksi dan menceritakan segala kisah tentang dirinya, hidupnya, serta hatinya. Acara reuni SMA yang kian ramai, sayup-sayup tak terdengar oleh kedua telinga gadis itu. Tetesan cerita yang jatuh, lambat laun semakin pekat.

Tujuh tahun lalu, ketika gadis itu sedang duduk di depan kelas, tepat dihadapan pohon besar yang sedang ia tatapi sekarang. Mengenakan seragam putih abu-abu, rambut yang ia gerai tertiup perlahan oleh angin lembut. Seakan, angin menyisir rambutnya dengan kasih sayangnya. Ia sangat menikmati kelas barunya, karena kini ia mulai memasuki kelas dua belas. Novel yang ia genggam, mulai terlepas dari tangan mungilnya. Matanya terpaku kepada sesosok laki-laki yang berjalan mendekati pohon, kemudian berbelok memasuki kelasnya. Kelas yang berada di antara dua kelas dari kelas gadis itu. Gadis itu hanya bisa terpaku, melihat ketampanan sesosok laki-laki itu. Betapa teduh wajah laki-laki itu, betapa anggun senyuman yang diluncurkan laki-laki itu, dan betapa tegas wibawa yang dibawakan laki-laki itu. Gadis itu hanya bisa menatap kagum sampai laki-laki itu masuk ke kelasnya.

Setelah beberapa menit kemudian, ia baru menyadari bahwa novelnya telah jatuh. Tangan mungilnya pun mengambil novel itu, namun ia sadar bahwa sedari tadi tangannya sangat gemetar. Dan ia tak bisa bohong, bahwa hatinya pun ikut gemetar dengan hebat. Entah, angin apa yang membuat hatinya gemetar. Namun, ia baru pertama kali merasakan gejolak ini , karena tak pernah ia melihat laki-laki sampai tak sadar dalam kurun waktu yang cukup lama.

Tak lama, seorang guru pun mendekat kelas gadis itu. Dan gadis itu lalu memasuki kelasnya dengan langkah tak menentu. Saat, nama ‘Dhea Shafira’ disebutkan, gadis itu hanya terdiam dan mengangkat tangannya dengan pelan. Padahal, namanya telah dipanggil berkali-kali, namun dirinya baru menyadari. Selama jam pelajaran berlangsung pun, Dhea tidak terkonsentrasi dengan materi maupun guru yang menerangkan di depan kelas. Pikirannya masih terpaku kepada laki-laki itu. Ketika saat ia bertemu laki-laki tadi.

...

Vote jika kalian menyukai cerita ini 😍 dan jangan lupa untuk selalu memberi komentar pada setiap part agar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis .. Terimakasih sudah membaca 😊

Fakhri Aznan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang