3

8.1K 467 6
                                    

Sekitar pukul dua siang, Dhea pun keluar dari kelasnya dengan membawa mukenahnya yang berwarna putih. Namun, langkahnya terhenti saat didepan kelasnya ada sosok Fakhri yang sedang berbincang dengan teman sekelasnya. Angin membawa kalimat Fakhri menuju ke telinga Dhea. Dengan jelas Dhea mendengar semuanya.

"Fakhri, kamu mau shalat dzuhur tidak?"

''Oh, saya sudah shlalat dzuhur tadi, saat jam istirahat kedua. Sebaiknya, besok-besok kamu jangan shalat jam segini. Bagaimana Allah mau sayang kepadamu dan mengijabah do'a kamu? Sedangkan kamu saja selalu menunda apa yang Allah perintahkan.''

Dengan perlahan, Dhea menarik kakinya dan berbalik badan. Bagaiman mungkin ia bisa menunjukkan kebiasaan buruknya, kebiasaan yang dibenci laki-laki itu, laki-laki yang berada di depan kelasnya itu.

Dhea pun memasukkan mukenanya kedalam tas, lalu dia pun pergi ke depan kelasnya. Kini sosok Fakhri telah menghilang entah kemana. Langkah kakinya pun membesar, ia berlari menuju mushallah dengan terburu-buru.

Terpaksa ia memakai mukenah sekolah, habis mau bagaimana lagi pikirnya, daripada terlihat oleh Fakhri. Entah alasan apa yang membuat gadis itu tidak mau terlihat jelek dihadapan laki-laki bernama Fakhri. Dirinya pun juga tak mengerti tentang hal itu. Yang ia tahu, besok-besok ia akan shalat dzuhur pukul dua belas, agar dirinya bisa bertemu dengan Fakhri. Sesosok laki-laki yang baru dikenalnya.

..

Tangan mungil gadis itu, mengelus kerudung birunya itu. Sambil tersenyum sendiri dengan malu-malu. Karena ia tahu, mulai saat itulah, dirinya mengubah waktu shalat dzuhurnya. Demi bertemu dengan Fakhri. Dan semenjak itu, setiap shalat dzuhur ia bertemu Fakhri di mushallah. Seringnya, ia sengaja mengikat tali sepatunya dengan lama, agar dirinya bisa melihat Fakhri. Karena setiap kali ia melihat Fakhri, hatinya akan merasa tenang dan damai.

Hembusan angin sore memang menghanyutkan kenangan. Namun gadis itu juga tahu, bahwa angin pagi melahirkan sebuah kenangan yang baru. Ia ingat betul, setelah upacara itu, esoknya ia datang sangat pagi. Bukan karena ia ingin datang pagi, namun karena jam dirumahnya mati dan ia terburu-buru datang ke sekolah.

Sesampainya di sekolah jam 6.15 wib. Sedangkan, biasanya ia datang lima belas menit sebelum jam tujuh. Yang menurut versi Dhea, itu masih pagi buta. Ia membawa motornya dengan kencang, hingga saat di sekolah ia baru sadar bahwa ia datang kepagian.

Di sekolah, memang baru ada beberapa murid yang sudah datang. Namun, dikelasnya belum ada siapapun. Karena ia agak takut, jadi dia hanya menunggu di depan kelasnya. Angin pagi yang sangat dingin dan penuh oksigen memberi tamparan kecil, yang membuat wajah Dhea sangat segar.

Kemudian, Dhea membuka tasnya dan mengeluarkan buku matematikanya. Dua puluh soal ia kerjakan. Berbagai macam coretan memenuhi buku tulisnya. Memang pelajaran matematika adalah pelajaran kesukaan Dhea. Itulah sebabnya terkadang di waktu luang atau bosan, Dhea mengerjakan soal-soal matematika. Hingga waktu tak terasa menunjukkan jam setengah tujuh. Lima belas menit sudah ia lewati.

Pulpen birunya masih tersimpan dalam tangan mungilnya. Namun, matanya menatap ke arah gerbang sekolah. Sosok Fakhri hadir dengan pesona tersendiri. Rambut hitam Fakhri tersapu lembut oleh angin pagi. Membuatnya semakin tampan. Dhea memperhatikan sosok itu hingga sosok itu masuk ke dalam kelasnya.

Tak lama setelah itu, Dhea pun ingin melanjutkan hobbinya itu. Namun, ia baru menyadari bahwa sedari tadi tanganya telah membuat garis panjang di halaman bukunya yang kosong. Sedangkan dirinya, hanya mampu terdiam dan tertawa kecil. Menyadari betapa bodoh dan lucu dirinya.

Hati kecilnya kemudian berkata dengan senyum dan rasa kesal yang beraduk.

"Padahal hatiku tengah berdegup dengan hebat. Padahal ragaku tiba-tiba membeku. Padahal perhatianku terus-menerus tertuju padamu. Sedangkan kau hanya biasa saja."

..

Vote jika kalian menyukai cerita ini 😍 dan jangan lupa untuk selalu memberi komentar pada setiap part agar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis .. Terimakasih sudah membaca 😊

Fakhri Aznan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang