4

7.3K 400 14
                                    

Sepanjang pelajaran matematika, Dhea hanya terdiam membisu karena dirinya sudah sangat mengerti tentang pelajaran yang satu itu. Pelajaran olahraga pun berlanjut. Dhea serta teman-temannya pun berganti pakaian olahraga. Setelah itu mereka berkumpul di lapangan basket. Lapangan yang terletak di depan kelasnya.

Sebelum melakukan tes, seperti biasa Dhea akan memimpin murid perempuan untuk melakukan pemanasan. Olahraga merupakan pelajaran terbaik kedua setelah matematika, menurut versi Dhea. Dirinya sangat menyukai kedua pelajaran itu. Selebihnya, minat dia hanya biasa saja kepada pelajaran lainnya.

Tes basket pun dimulai dari laki-laki terlebih dahulu. Lalu setelah itu barulah perempuan yang tinggal menunggu namanya dipanggil sesuai absen. Setelah lama menunggu, akhirnya giliran Dhea. Ia hanya harus memasukkan bola basket kedalam ring basket untuk tiga kali. Ia memegang bola itu dengan perlahan, dipantul-pantulkan bola itu ke bumi sampai tiga kali sebagai pemanasan. Rambut keriting yang ia kuncir menari-nari seperti cheerleaders, menambah kobaran semangat Dhea. Bola pertama yang ia luncurkan, masuk dengan sempurna ke dalam ring. Lalu, bola kedua pun ia luncurkan dan dengan mudahnya masuk ke dalam ring. Seperti biasa, temannya akan bersorak ria.

Dhea pun memantulkan bola basket itu lagi. Namun, matanya tiba-tiba saja menangkap sosok Fakhri. Yang tengah terduduk di depan kelas, sedang menonton pertandingan. Dalam sekejap, ia sudah tahu bahwa Fakhri baru saja menyelesaikan ulangan fisika. Dan kini Fakhri sedang menunggu teman-temannya yang kebagian ulangan ronde dua. Dirinya merasa diperhatikan, sedangkan yang memperhatikan biasa-biasa saja.

Dhea jadi salah tingkah dan tanpa feeling dia langsung saja melempar bola basket itu. Dia tak melihat kearah mana bola itu pergi, matanya langsung berpaling ke arah Fakhri. Ternyata bola basketnya tidak masuk ring, namun hanya menyentuh bibir ring. Namun, bola itu memantul kembali kearah Dhea. Dan bola itu mengenai bagian kiri kepala Dhea. Ia sangat kaget dan kemudian badannya terlempar ke bawah, sorakan semangat dari teman-temannya berubah menjadi gelak tawa. Termasuk Fakhri, Dhea melihat lewat sudut matanya jika Fakhri tersenyum tipis melihat dirinya terjatuh.

Entah harus senang atau malu, dirinya hanya tertawa ringan sambil mengelus kepalanya. Dan kemudian pergi ke sisi lapangan. Dia pun duduk mengistirahatkan tubuhnya. Daun-daun kering kemudian berguguran, membuat kesan bahwa senyuman Fakhri memang benar adanya. Keraguan akan salah lihat senyuman Fakhri pun larut. Beberapa rambut yang terlepas dari kucirannya itu hanyut dalam angin sejuk. Dirinya hanya tersenyum memandang Fakhri, namun yang dipandang malah asyik berbincang dengan teman sekelasnya.

..

Pelajaran olahraga memang berlangsung sampai jam 12 siang. Namun karena tes sudah selesai pukul 10, jadi semua murid sekelas Dhea pun bermain basket. Namun, tidak seperti biasanya Dhea masuk ke dalam dan membaca novel berwarna hitam. Dia pun kembali keluar, manatap pohon besar itu dan membaca novelnya.

Tak terasa riakan cerita membalut kenyamanan Dhea. Hingga tanpa sadar novel itu sudah habis dibaca olehnya. Dilihatnya jam dinding kelasnya menunjukkan pukul setengah dua belas. Dengan cepat, Dhea mengambil baju seragamnya dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian olahraga yang ia kenakan.

Lima belas menit kemudian, Dhea pun keluar dari kamar mandi yang berada di sebelah kelasnya. Tepat saat Fakhri keluar dari kelas. Dengan cepat, Dhea berlari menuju kelasnya. Mengambil mukenahnya dan pergi ke mushallah.

Sayangnya, sesampainya di teras mushallah, Fakhri sudah tidak ada. Yang tersisa hanya sepasang sepatunya yang tertata rapih di depan mushallah. Akhirnya, Dhea pun memutuskan untuk masuk ke mushallah dan mengerjakan empat rakaat shalat dzuhur.

Seusai shalat, dengan cepat Dhea keluar dari mushallah dan memakai sepatu. Sepatunya memang sudah ia pakai, namun talinya belum ia ikat. Nanti saja menunggu Fakhri, pikirnya. Yang ditunggu pun tak lama keluar bersama teman-temannya. Namun, Fakhri sedang asyik berbincang dengan teman-temanya hingga tak menghiraukan lingkungan sekitarnya, tak menghiraukan Dhea. Hingga selesai mengikat sepatu, Fakhri dan teman-temannya masih asyik berbincang dan pergi. Meninggalkan Dhea, padahal dirinya sudah menunggui. Dengan cepat, dia mengikat tali sepatunya dan segera pergi meninggalkan mushallah.

..

Vote jika kalian menyukai cerita ini 😍 dan jangan lupa untuk selalu memberi komentar pada setiap part agar aku bisa lebih baik lagi dalam menulis .. Terimakasih sudah membaca 😊

Fakhri Aznan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang