Part 26

152 10 0
                                    

Suasana kelas prilly sangat gaduh karena memang sedang ada rapat yang membuat guru guru free mengajar hari ini. Prilly masih memikirkan tentang surat itu. Ia gelisah dan takut, kenapa akhir akhir ini ia seperti di teror?. Pertanyaan macam itu yang selalu terngiang di otaknya.

"Heh prill, loe nglamun aja kenapa sih? Loe mikir sesuatu? Cerita dong" cerocos gritte yang berhasil membuat prilly kesal.

" loe bisa gak datang tuh jangan ngagetin, trus kenapa coba tuh mulut ngomel aja. Diem bentar napa sih. Huh" kesal prilly yang membuat gritte menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

" hehe sorry kali prill.. loe kenapa sih? Siapa tau gue bisa bantu apa yang loe bebanin?"

" nggak ada, oh ya ntar loe pulang duluan gak papa tte. Soalnya gue ada urusan. Ntar gue naik taksi aja" jawab prilly ragu.

" beneran nih? Emang urusan apa? Kan loe gak pernah tuh mau sangkut paut sama kegiatan sekolahan?" Selidik gritte.

" emm ituu.. emhh .. gu..gue mau ke rumah sinta. Ah iya kerumah sinta mau ngerjain tugas PKN." Jawab prilly terbata bata.

" ohh.. emang sih sinta katanya mau ngerjain tugas pkn. Brrti sama elo.. ya udah. Soalnya gue udah ngerjain dirumah kemaren."

" iya, oo iya gue ke sinta dulu ya. Mau ngasih tau dia soal tugas pkn"

" giliran tugas pkn aja gugup, kalau tugas seni budaya di entengin, dasar nyebelin" omel gritte yang tak di gubris sama sekali oleh prilly.

Prilly mulai mencari sinta yang notabennya selalu membuat prilly cemburu. Bagaimana tidak, hampir setiap hari ia selalu bersama kekasihnya yang memang kelasnya tak jauh dari kelas prilly itu.

" Sin " teriak prilly yang menemukan sinta bersama rasya.

" kenapa sayang??" Ucap sinta yang menggoda prilly.

" ahh elu mah gue cari kemana mana ternyata mojok disini" omel prilly.

"Heh mulut lo ya, siapa yang mojok . Kita kan di gazebo orang orang pada ngelihat kali" elak sinta yang tak trima dengan ucapan prilly.

" haha .. santai aja kali.. gue becanda doang, eh sya gue pinjem sinta dulu yah.. ntar gue balikin dan ambil semau loe.." ucap prilly menggoda sinta

" haha bisa aja loe prill.. ya udah ambil aja gue juga mau ke kantin, aku kekantin dulu ya sayang" ucap rasya yang semula menatap prilly lalu menatap sinta dan di respon anggukan oleh sinta

" cieelah.. sayang*an segala deh" sindir prilly.

" kenapa pril. Tumben nyari gue?" Tanya sinta.

"Ehh gak papa kok, cuma mau minta bantuan sedikit. Mau yaa pliss.." mohon prilly

" iyee iyee gue bantu, bantu apaan?"

Priy mulai membisiki sinta, dan sinta mulai setuju dengan apa yang diminta prilly.. apa lagi kalau bukan perihal membohongi gritte. Bukan bermaksud berbohong. Tapi ia tak mau sahabatnya yang bawel itu akan bertindak yang tidak diinginkan masalah surat itu.

"Oke gue bantu" ucap sinta akhirnya.

" makasih yaa.. nih kan bentar lagi pulang. Gue mau siap siap dulu. Loe ntar jalanin apa yang gue omongin tadi yah." Kata prilly seraya pergi meninggalkan sinta dan hanya di respon dengan mengacungkan jari jempol yang artinya oke.

Bel pulang sudah berbunyi, semua muridpun mulai keluar dari kelas masing masing. Namun tidak dengan prilly. Ia masih setia duduk dan berfikir tentang surat itu.

"Ehh prill gue pulang dulu ye? Ati ati loe ntar " kata gritte berlari keluar kelas.

" siapa sih yang nglemparin kertas itu. Apa gue harus nurutin dia ke lapangan sekarang?" Gumam prilly seraya menuju ke lapangan.

Ia sudah berada di tengah lapangan belakang kelasnya itu sesuai permintaan si penulis surat itu. Suasana sekolah sudah sangat sepi. Ntahlah, ia merasa bimbang. 20 menit ia menunggu tapi belum juga ada tanda tanda orang yang akan menemuinya.

" apa gue dikerjain?" Kata prilly yang hampir emosi.

" gak ada yang ngerjain loe." Kata seseorang dibelakang prilly. Prilly kaget. Jelas saja kaget. Cowok yang ia kenal baru baru ini dengan sifat yang cuek, pendiam dan susah ditebak itu berada tepat di belakang prilly. Prilly tercekat, nafasnya memburu. Jantungnya berdetak hebat saat tau ali mulai mendekat. Sedekat udara untuk ia bernafas.

"Ini benar adanya, jjur gue naruh hati sama loe. Sejak awal ketemu gue mulai suka sama loe. Maaf kalau gue suka bikin loe greget, bikin loe marah tiap ketemu. Itu semata untuk ngebuat loe bisa deket dan ngomong sama gue...." ali menghela nafas panjang

" gue sadar, selama ini gue sayang dan cinta sama loe, dan mungkin ini terlalu cepat.tapi ini lah kenyataan yang harus gue ungkapin ke elo." Ali mulai memegang tangan prilly dan ia menatap prilly lekat membuat prilly bingung akan keadaan ini

" gue cinta sama loe, gue sayang sama loe. Munafik kalau gue bilang gue gak suka loe.. prill.. loe mau kan jadi pacar gue, jadi penyemangat hidup gue?" Tatapan yang biasanya tajam, perlakuan yang biasanya dingin kini berubah menjadi sendu dan romantic. Prilly tercengang. Entah apa yang membuatnya bahagia dan takut.

" Sorry Li, gue.. gue gak bisa"

Degghh....

"Oke gak papa. Seenggaknya gue udah ngungkapin keganjalan hati gue" ali mulai melepas tangannya dan beranjak pergi meninggalkan prilly.

" iya li gue gak bisa, gak bisa jauh jauh dari loe, gue sayang sama loe dan gue... gue mau jadi pacar loe " teriak prilly yang berhasil membuat ali berhenti dan berbalik menatap prilly. Ali tersenyum.dan berlari mendekati prilly

" loe.. loe beneran nerima gue" tanya ali yang dibalas anggukan oleh prilly.

" makasih yaa.. makasih.. kamu udah percaya sama aku. Maaf aku gak sopan nembak dengan cara kayak gini" ali memeluk prilly sangat erat.

"Iya iya, udah ah yuk pulang". Ntar ada yang ngeliat ribet ntar. Ucap prilly melepas pelukan.

" sayang.." Panggil ali

" ii...iya" ucap prilly gelagapan.

" haha.. gak usah grogi gitu dong sayang. Kan kamu udah jadi pacar aku. Jadi gak ada grogi grogian" ucap ali. Prilly cengengesan.

Mereka mulai menuju ke parkiran dan bergegas pulang. Karena mereka sudah lumayan lama disana.

Karena cinta bukan dari berapa lama kita mengenal
namun dari bagaimana kita saling mengerti untuk sebuah rasa nyaman

Because Of Love (ali prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang