EMPAT

24 8 4
                                    

※※※

Tak peduli seberapa besar masalah yang akan ia hadapi, mereka, orang orang yang kamu sayangi, akan membelamu tanpa ragu hingga mati.

※※※


Langkah kaki Farrel yang memburu membawanya melewati koridor menuju tempat dimana biasanya Adit dan kawan kawannya nongkrong, wajahnya merah padam karna menahan emosi membuat sebagian siswi bergidik ngeri ketika melihat sorot matanya.

Terlihat beberapa siswa tengah asik berbincang sambil sesekali tertawa, ketika Farrel sampai. Tanpa dikomando, matanya menelusur mencari sosok yang selalu berhasil membuatnya naik darah.

Yang dicari pun akhirnya muncul. Ia sedang duduk santai, kedua kakinya menyilang di atas meja. Farrel melihat wajahnya, tak ada ekspresi wajah bersalah sedikitpun disana, membuatnya semakin geram.

Dengan gerakan cepat, Farrel berjalan mendekati Adit. Ia segera menarik paksa kerah cowok itu hingga berdiri tepat di hadapannya. Terlihat Adit begitu terkejut mendapat perlakuan tak pantas semacam ini.

Perilaku Farrel menarik banyak perhatian. Para siswa siswi yang tadinya lewat, kini mendadak berhenti dan mulai mengerubung. Mereka penasaran dengan apa yang membuat Farrel bisa semarah ini. Kini mereka menjadi pusat perhatian.

Farrel menghentikan tangannya yang hendak meninju wajah Adit, ketika ia menyadari satu hal. Matanya tak sengaja menangkap bekas tinjuan di sudut bibir Adit hingga mengeluarkan cairan merah kental. Jelas sekali bahwa itu luka baru. Selain itu, tadi pagi wajah Adit tidak babak belur seperti ini. Dan yang menjadi pertanyaan Farrel saat ini adalah siapa yang baru saja menghajar Adit sebelum Farrel?

"Kenapa nggak jadi? Hah?! Baru sadar kalo lo telat?!" Adit malah menantang. Ia menepis tangan Farrel dari kerah serangamnya dengan kasar.

Farrel diam, tak berniat menjawab. Amarahnya sedikit terkendali karena rasa pemasarannya. Ia tahu kalo ada orang yang telah mendahuluinya memukul Adit. Tapi siapa?

"Lo mau hajar gue kan?! Pukul sini pukul!" Adit meninju pipinya sendiri berulangkali.

"Siapa?" Farrel bertanya mengenai siapa yang memberi bogeman di pipi kanan Adit. Ia berusaha menetralkan emosinya untuk sementara, setidaknya sampai mendapat jawaban pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

"Temen lo tuh!" Adit menoleh pada Samudra yang baru saja sampai. Farrel menoleh. Tak lama, Neva datang berusaha menerobos masuk ke dalam kerumunan.

Samudra yang tak tahu menahu hanya memberikan tatapan bingung.

"Temen gue? Siapa?" Tanya Samudra.

"Arnav." Jawabnya singkat sambil melengos. Mendengar nama itu disebut, Neva kembali mengingat kejadian tadi pagi dimana ia menabrak cowok datar itu.

"Ha? Arnav? Kok bisa?" Samudra nampak terkejut setelah mendengar pernyataan dari Adit barusan. Pasalnya, Arnav itu tipe cowok yang tidak akan berkelahi jika tak ada alasan yang benar benar membuatnya marah. Apalagi kalau menyangkut orang orang terdekatnya. Seperti halnya dua bulan lalu, Arnav pernah menghajar mantan pacar kakaknya hingga tulang tangan cowok brengsek itu patah dan masuk rumah sakit hampir sebulan lamanya. Ia merasa tak terima kalau ada orang yang menyakiti orang orang tersayangnya.

ARNEVVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang