DELAPAN

26 2 1
                                    

※※※

Ikatan paling bermakna adalah ikatan persaudaraan. Tak kan pernah putus, karna sesungguhnya, jiwa mereka menyatu.

※※※


Farrel tengah duduk manis di balik kursi kemudi mobil Neva. Sedangkan Neva yang ada di sampingnya hanya menatap ke luar jendela mobil. Neva mengenakan kaos abu abu dengan celana jeans panjang yang biasa ia kenakan.

Di jok tengah, mama Neva tengah duduk di apit dua bocah kembar yang tak lain dan tak bukan adalah Raka dan Rafa. Mereka kini berada dalam perjalanan menuju rumah neneknya. Papanya berjanji akan menyusul nanti malam.

"Nanti ada acara apa sih ma?" Neva angkat bicara saat Farrel memberhentikan mobil karena ada lampu merah.

"Itu nenek ngadain makan malem keluarga besar. Kan kita udah jarang banget ngumpul bareng Nev."

"Makan malem? Kan ini baru jam segini ma. Kok kita udah kesana?" Neva melirik jam tangan putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ia heran, padahal ini masih pukul tiga lebih tujuh belas menit. Dan mamanya tadi bilang makan malam? Nggak salah?

"Kan mama mau bantu nyiapinnya juga kan Nev."

Neva hanya bergumam untuk menanggapi penuturan mamanya.

Tak lama, mobil putih milik Neva telah berhenti dan terparkir dengan manisnya di halaman rumah yang cukup luas. Rumah neneknya memang tak terlalu jauh dan hanya perlu waktu setengah jam atau paling mentok satu jam untuk sampai di sana.

Neva melangkahkan kaki dengan santainya meninggalkan mamanya.

"Woi Nev! Nih gendong si Raka!" Farrel berteriak, ya karena Neva tau Farrel sangat tidak bisa dalam hal mengurus bayi. Jangankan mengurusi, menggendong saja masih takut takut.

Neva menoleh ke belakang sambil terkekeh pelan, "Lo aja! Sekalian belajar jadi bapak!" Gadis itu melanjutkan langkahnya menuju pintu rumah yang didominasi warna cream dan coklat ini.

Neva masuk tanpa mengetuk pintu karena ia menganggap rumah neneknya adalah rumahnya sendiri.

Baru selangkah Neva melewati ambang pintu, tiga makhluk astral langsung menyerbu Neva.

"NEVAAAAAAA!!!!!!!!!" Ucap mereka hampir bersamaan seraya berlari ke arah Neva.

Sial, Neva tak sempat menghindar. Seakan menjadi gula yang sedang di serbu semut. Mereka memeluk Neva erat tanda kerinduan mendalam yang mereka rasakan.

"Ih, lepas ih, lebay banget elah." Neva mencebikkan bibirnya seraya berusaha mengurai pelukan dari tiga cowok ini.

"Ye, gue kangen tau!" Seorang cowok berwajah imut sekaligus paling muda di antara mereka angkat bicara. Telinganya disumpal dengan earphone berwarna putih. Dan siapa lagi sepupu Neva penggemar musik selain Aiden?

"Terus Lo ngapain ikut ikut peluk? Kangen juga?" Neva mengalihkan pandangan ke arah Samudra yang kini hanya cengengesan nggak jelas.

"Ye gue juga kangen kale!"

"Ya ampun Nev! Lo bisa tinggi juga ternyata!" Neva memutar bola matanya malas karena mendapat sebuah sindiran halus dari Cakra. Ya, waktu terakhir mereka ketemu itu waktu Neva masih kecil dan terbilang mungil. Sebenarnya sih dirinya yang dulu sama yang sekarang itu sama saja, tetap mungil.

"Heh bro! Wah gilee makin ganteng aja Lo bro!" Cakra berkomentar ketika melihat Farrel yang baru masuk sambil menggendong bayi. Segeralah Farrel memberikan bayi itu pada mamanya yang sudah duduk di sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARNEVVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang