Darah macam berdesir hebat, ketika Puan berpapasan dengan dirinya— sang Tuan yang tersayang.
Seketika tubuh kaku, lemas ditempat— bak melihat manusia sempurna didepan mata.
Sang Tuan akhirnya duduk ditepi kursi berukuran mini, mengenakan jas biru yang berkalungkan mendali kecil.
Puanpun tak hentinya melirik kekiri, kearah sang Tuan yang sedang sibuk bergurau kecil.
Entah dapat dorongan dari mana, sang Puan berniat untuk meminta foto sebagai kenang-kenangan.
Dan saat malam tiba, niatnya sudah bulat penuh semangat. Sebab ini akan menjadi foto pertama— bersama sang Tuan yang selama ini Puan dambakan.
Namun pada akhirnya, niatnya seperti terhempas begitu saja— runtuh seketika.
Sebab sang Tuan sedang bersiap untuk pulang— sembari membonceng gadis barunya.
—9445
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Kenangan Luka
شِعر"Karena sejatinya, akulah yang telah meletakanmu pada seluruh mimpi-mimpiku."