Part 1

24 5 5
                                    

Mulmed: Lee Hi (tapi cuma foto doank)

Sebenernya ini bukan pertama kalinya aku nulis cerita-cerita kayak gini, sejak SMP aku emang udah suka nulis-nulis cerita yaa walaupun cuma mentok di tengah jalan karena kehabisan ide, tapi ya ada juga yang sampe ending. Hehee

Tapi ini pertama kalinya aku nulis di wattpad, maaf kalo ceritanya masih berantakan ataupun ngawur soalnya masih belajar juga.

Sedikit gemeter juga pas mau mencet tombol publikasikan. (Lebayy)
Tadinya ga pede buat dipublikasikan, karena takut ga ada yang baca, takut ga ada yang suka, takut ga bisa ngelanjutin ceritanya karena udah kehabisan akal, dan masih banyak lagi ketakutan-ketakutan lainnya hehee (jiahh curhat)

Tapi setelah diyakinkan sama seseorang (ciehhh 😀) bahwa ga ada salahnya mempublikasikan, perkara ada yang baca atau nggak, ada yang suka atau nggak itu mah urusan belakangan. Yang penting kita sudah menyalurkan pemikiran dan hayalan kita. (ceilehh bahasanya)
Jadi deh aku pede-pede'in buat publikasiin (^_^)v

Ini cuma fiksi ya, jadi mohon maaf kalo ada kesaamaan cerita, alur, ataupun nama tokohnya dengan penulis yang lain. Tapi cerita ini murni hasil dari pemikiranku sendiri.

Semoga kalian suka 😄

Happy reading ya ^^

_______________

"September yang kelam" pikirnya kesal.
Mila menghapus air matanya dengan kasar.

"Sudah jatuh tertimpa tangga pula" mungkin itu peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Mila saat ini.

Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya. Semua orang berlarian mencari tempat untuk berteduh, tak terkecuali Mila.
"Sial. Kenapa harus turun hujan pula di saat seperti ini. "
Mila memilih meneduh di depan sebuah toko yang sudah tutup, masih di area terminal.

Pandangannya tertuju pada seseorang di warung sebelah yang tengah menyantap makanan.
Ia memegang perutnya yang terasa lapar. Kemudian ia memilih untuk duduk di emperan toko itu siapa tau itu bisa membantunya menahan lapar.

"Ya Tuhan... Apa seperti ini rasanya menjadi gelandangan? Tapi aku tidak ingin menjadi gelandangan, aku datang ke ibu kota ini untuk bekerja bukan untuk menjadi gembel. Tapi apa yang terjadi pada diriku sekarang??"

Tangisnya pecah seketika, terbayang wajah ayahnya yang sedang terbaring lemah di rumah, terbayang wajah ibunya yang menangis penuh harap padanya ketika ia akan berangkat. Ia memilih untuk menenggelamkan wajahnya di atas lutut dengan kedua tangan membingkainya.
"Ya Tuhan... Tolong aku" gumamnya.

Seolah Tuhan mendengar doanya.
Tiba-tiba seseorang mengguncang bahunya. "Mila, apa yang kau lakukan di sini? "

Mila langsung mengangkat wajahnya. Dan wajah di hadapannya tampak terkejut.
"Ya Tuhan... Apa yang terjadi padamu? "

"Yusuf" Mila kembali terisak.
Yusuf mengusap air mata di wajah Mila.
"Kenapa kau menangis seperti ini Mila, ada apa denganmu? "

"Ku kira aku tidak akan bertemu denganmu. " ucap Mila di sela tangisnya.
Yusuf menangkup wajah mungil di hadapannya dengan kedua telapak tangannya.
"Kau sulit sekali dihubungi. Aku khawatir karena ini pertama kalinya kau ke kota. Sudah dua jam lebih aku menunggu dan mencarimu di sini. Kenapa kau tidak menjawab teleponku dan tidak membalas pesanku? "

"Ketika aku sudah berada di dalam bus, awalnya aku duduk sendirian. Kemudian begitu di tengah perjalanan setelah aku selesai menelponmu ada seorang bapak-bapak tua duduk di kursi sebelahku. Kemudian kami sempat mengobrol lalu dia menawariku minum. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Sesampainya di terminal kondektur bus membangunkanku. Ketika itu aku baru sadar tasku sudah hilang begitupun ponselku. " terang Mila sambil terisak.

Friendship To Be RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang