Part 3

11 2 0
                                    

Mila duduk di teras kontrakan sambil bersandar pada tiang, menatap kosong ke jalanan yang mulai lengang.

Yusuf menghampiri Mila kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Kau kenapa, Mila? "

"Aku merindukan orang tuaku, bagaimana keadaan mereka sekarang? " jawab Mila dengan nada sendu tanpa menoleh ke arah Yusuf yang sedang menatapnya.

"Kau ingin menelponnya? Pakai saja ini. " Yusuf menyodorkan ponselnya ke hadapan Mila, namun Mila hanya menggeleng lemah.

"Kenapa? " tanya Yusuf heran.

"Aku bingung harus mengatakan apa? Aku tidak mau sampai mereka khawatir apa lagi sampai kecewa dengan keadaanku sekarang. " Mila mengulum bibirnya menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

Yusuf menatap Mila dengan tatapan sendu. Sejujurnya dia juga bingung harus mengatakan apa kepada orang tua Mila.

"Setidaknya kau kabari mereka saja dulu bahwa kau baik-baik saja, agar mereka tidak khawatir. Justru kalau kau tidak mengabari mereka, mereka pasti akan sangat khawatir. "

Mila menoleh ke arah Yusuf masih dengan wajah menahan tangis.
Yusuf kembali menyodorkan ponselnya. Mila tampak berpikir sejenak, kemudian mengambil ponsel itu dan menekan beberapa nomor.
Tak lama panggilannya pun tersambung.

"Hallo, bu. Ini Mila. " suara Mila sedikit bergetar.

"Ya ampun Mila, kenapa kau baru mengabari ibu sekarang. Ibu sangat khawatir di sini, ayahmu juga terus saja menanyakanmu. " terdengar suara dari sebrang sana.

Mila tersenyum getir. "Maafkan aku, ibu. Ponselku rusak jadi aku tidak bisa menghubungi kalian. Ini nomor Yusuf, kalo ada apa-apa ibu hubungi saja nomor ini."

"Oh... Jadi begitu. Tapi kau baik-baik saja kan di situ? "

"Aku baik-baik saja bu. "

"Kau sudah mendapatkan tempat tinggal? "

"Sudah, bu. Ibu tidak usah khawatir. "

"Syukurlah kalau begitu. Apa kau sudah makan? "

Mila menggigit bibirnya, namun air matanya lolos begitu saja. Ia sangat merindukan ibu dan ayahnya, sangat.

"Sudah, bu. Ibu kenapa belum tidur? "

"Bagaimana ibu bisa tidur? Anak perempuan semata wayang ibu pergi ke kota sudah hampir dua hari tanpa kabar. "

"Maafkan aku. Lalu bagaimana kabar ayah dan ibu? " tanya Mila.

"Ibu baik-baik saja, kalau ayahmu dia masih belum bisa menggerakkan sebagian tubuhnya sama seperti saat terakhir kau melihatnya. "

Dada Mila terasa sesak membayangkan wajah ayahnya sekarang.

"Apa ayah sudah tidur? "

"Dia baru saja tertidur. Dia sempat menangis karena mengkhawatirkanmu. "

Mila memejamkan matanya, menyesal karena tidak mengabari mereka dari kemarin.

"Sampaikan maafku pada ayah, katakan aku sangat merindukannya. "

Air mata Mila kembali luruh, namun ia masih bisa menahan isakkannya. Ia memang sangat dekat dengan ayahnya.

"Iya, pasti besok ibu sampaikan. "
"Lalu bagaimana, apa kau sudah mendapatkan pekerjaan?"

Deg.

"....."

Mila terdiam beberapa saat.

"Hallo, Mila. Apa kau masih di situ. "

Friendship To Be RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang