Chap 3 - Awal permulaan

4.3K 326 5
                                    

"Aku pulang" Naruto masuk ke rumah sambil melihat tamu yang sepi. "Hah aku rasa ibu tidak ada lebih baik aku main saja hehe" ucap riang Naruto sambil sedikit berlari ke kamarnya.

>>> sore hari
"Hoi bodoh. Bangun cepat masak sesuatu. Aku lapar" ucap ibu Naruto sambil melempar dengan kasar ke wajah Naruto yang kaget dengan lemparan bantal.

"Ahh ibu. Ia akan aku masakkan sesuatu" seru Naruto langsung lari menuju ke arah dapur.

"Haha untunglah anak itu bergerak cepat. Tidak sia-sia rotan atau sapu yang selalu menemani nya."

Rotan dan sapu dua benda yang selalu menemani Naruto selama tinggal dengan ibunya setelah perceraian orang tua mereka. Naruto tinggal dengan sang ibu setelah hak asuh yang jatuh kepada ibunya. Setelah perceraian, Naruto sering mendapat bentakan, makian, hinaan bahkan perlakuan kasar dari orang yang dianggapnya ibu itu. Sebenarnya Naruto ingin tinggal bersama ayahnya setelah SMA tapi ia tidak tau dimana ayahnya atau apakah ayahnya merindukannya.

Ibunya selalu bilang bahwa Naruto adalah anak sial makanya mereka bercerai dan ayahnya tidak ingin mengasuh Naruto. Itulah sebabnya Naruto selalu diam karena dia beranggapan dia selalu sendirian. Ayahnya membuangnya dan ibunya selalu membencinya.

Terkadang Naruto selalu berfikir apa benar ayahnya membuangnya. Tapi itu mungkin saja. Sudah berapa tahun Naruto tidak berjumpa dengan ayahnya bahkan mendengar kabarnya.

Naruto selama ini tidak memiliki banyak teman. Hanya Kiba dan Shikamaru teman baiknya sejak sekolah dulu. Mereka selalu menemani Naruto saat tertawa, menangis, gembira, sedih atau pun bersikap tidak jelas lainnya. Intinya bagi Naruto, jika aku memiliki kekayaan, aku ingin mereka juga merasakannya. Menurut Naruto, jika ia senang. Ia akan membaginya pada kedua temannya.

Suatu hari merasa ingin melakukan seauatu eh bukan hal yang tidak-tidak tapi ia ingin jalan atau bermain games. Lagian ibunya bekerja sampai malam atau pagi hari jadi Naruto selalu merasa kesepian dan sendiri di rumah. Tapi karena keinginannya tersebut, ia harus tidur di luar rumah.

»flashback

Naruto pov
" Naruto, kau kemana hari ini? Apa kau harus pulang lagi?" Bukan tanpa alasan berkata demikian. Selama ini jika sekolah telah usai aku selalu pulang sekolah dan tidak kemana-mana. Ibu selalu marah jika aku pergi. Dia bilang "anak bodoh cukup sekolah tidak butuh jalan-jalan" jadi selama ini aku selalu pulang ke rumah jika bel sekolah berbunyi. Tapi hari ini aku ingin pergi keluar maksudnya aku ingin jalan jalan seperti mall atau ke game center. Teman teman selalu menceritakan keseruan mereka saat pergi ketempat-tempat seperti itu.

"Hmmm. Aku pikir aku ingin ikut denganmu jika tujuanmu ke game center atau mall Kiba" Kiba adalah teman yang selalu apa yang kuinginkan jadi aku sangat dekat dengannya. Lagipula aku rasa tidak apa jika aku pergi sekali. Bukankah ibu tidak tahu. Yah itu pemikiran awalku karena selanjutnya aku tidak tau akibat perbuatanku ini.
Naruto pov end

>>skip time

"Hey, darimana kau jam segini baru pulang? Apa sekarang kau harus membersihkan sekolah sampai-sampai kau baru pulang jam 8 hah?" Ketika Naruto masuk ke rumah betapa terkejutnya melihat sosok yang ia pikir tidak akan dia lihat sedang duduk dengan tatapannya yang menusuk.

"Ibu... ah maafkan aku ibu. Tadi aku pergi sebentar" Naruto yang ketakutan pun langsung menundukkan kepalanya saat melihat tatapan ibunya itu. Saat dia mendengar langkah kaki yang mendekat semakin menggigil tubuh kecil Naruto seolah-olah berharap dengan tubuh kecilnya dapat melindungi dari rasa 'sayang' ibunya itu.

Drap.. drap.. drap
Plaaakkkkkkkk
Brakk..

Sakit dan terkejut itulah yang dirasakan Naruto saat ibunya mendekat dan memberikan rasa 'sayang' pada anaknya itu. Sebenarnya Naruto sudah mempersiapkan diri hanya tetap saja rasa itu tetap menyakitkan. Yang Naruto lakukan hanya diam karena jika ia berbicara maka rasa itu akan semakin bertambah.

"Bagus sekali kau jalan jalan keluar. Apa ini yang selalu kau selalu lakukan ketika aku tidak di rumah hah? Pergibermain sepuas kau disana. Siapa yang mengajarimu hah! Aku tidak mengizinkan kau pergi bermain bukan?" Bentak ibu Naruto sambil memegang ikat pinggang di tangnnya.

"Maaf ibu maaf......Tidak ....ibu aku baru sekali keluar seperti ini...
Aku tidak berbohong" jawab Naruto sedikit lambat karena rasa takutnya.

"Dasar anak pembohong. Enak saja kerja mu. Anak sial. Sebenarnya aku tidak mau mengurusmu kau tahu jika bukan karena ibumu mati. Aku sebenarnya ingin kau juga mati. Kau hanya bisa menyusahkan. Dasar anak tidak berguna."

Mati. Naruto tau ibunya mati karena sakit yang di deritanya. Dan wanita inilah yang mengasuhnya karena ibunya yang asli ingin ia berada di tangan yang tepat maka pengasuhan Naruto jatuh pada bibinya yakni Karin Uzumaki adik sepupu dari ibu Naruto, Uzumaki Kushina.

"Malam ini kau tidak boleh tidur di rumah. Kau akan tidur di luar malam ini. Ayo ikut aku. Keluar kau." Wanita yang diketahui sebagai ibu Naruto menyeret Naruto keluar rumah.

"Ibu maafkan aku ibu... sungguh maafkan aku.. aku tidak mau di luar. Jangan di luar ibu. Diluar sangat seram ibu. Ampun ibu... maaf ibu" ronta kecil Naruto saat sang ibu menyeretnya tanpa mendengar permohonan Naruto.

Brukkkk
"Malam ini mau tidur disini. Jangan berani-berani kau masuk ke dalam rumah jika belum jam 6. Awas kau" setelah mengatakan itu Karin langsung masuk ke rumah

Naruto hanya menangis atas kesalahannya. Bagaimana mungkin ia akan tidur di luar. Langit sedang mendungnya dan guntur serta kilat sedari tadi berbunyi saling memanggil. Jika ia tidak lupa harus pulang ia pasti akan pulang tapi Naruto terlalu asyik bermain sampai lupa waktu.

"Ayah, ibu, nii-chan tolong Naru. Disini gelap, dingin Naru takut hiks hiks" sepanjang malam Naruto hanya meringkuk di teras rumah sambil menahan tangis dan memeluk tubuhnya.

>>> flashback end

Semenjak itu Naruto tidak berani melakukan kesalahan lagi, ia takut pada ibunya. Ia tidak ingin merasakan hal itu lagi. Jika mengingat hal itu Naruto selalu merasakan ketakutan dan tubuhnya menggigil.

Setelah selesai menyiapkan makanan dan berkemas, Naruto memanggil ibunya alias bibinya Karin Uzumaki dan menuju kamarnya.

Tok tok tok
"Ibu, makanan nya sudah siap" ucap Naruto dan melihat Karin yang keluar dari kamar.

"Lambat sekali . Aku lapar bodoh" ucap kasar Karin tanpa mengucapkan terima kasih atau bahkan tersenyum.

"Maaf ibu"
"Dasar tidak berguna"

Hanya kata maaf mendengar kata kasar untuk kesekian kalinya yang dikeluarkan oleh Karin.

_tbc

Maaf ya chapter ini mungkin membosankan. Belom dapat ide. Diusahain chap depan ada sasunaru kok. Hehe maafkan Khei  😅

I'm aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang