RC - 3

7.4K 626 9
                                    

Ali sedang menunggu gadisnya yang sedang membereskan bukunya sambil asik berbincang ringan dengan Laras diiringi tawa ringannya. Tampaknya Prilly belum menyadari kehadiran Ali yang sedari tadi menunggunya di depan pintu kelasnya.

Terlihat mereka sedang berjalan santai menuju pintu. Seperti dugaan Ali, Prilly pasti akan terkejut ketika melihat kehadirannya, pasalnya selama ini Ali hanya menunggu Prilly di parkiran ataupun lorong kelas 10 yang dekat dengan gerbang sekolah.

Dan benar saja Prilly tampak terkejut, "Honey? Kok kamu udah di sini? Sejak kapan? Kok aku gak tahu?" Prilly memberikan banyak pertanyaan kepada Ali membuat lelaki itu tertawa.

"Kamu tuh ya, kebiasaan banget pasti kaget kalau aku di depan kelas kamu. Kelas aku tuh di atas, dan kelas kamu di bawah. Kita udah sering ketemu, bahkan tiap hari. Tapi reaksi kamu udah kayak pasangan kekasih yang LDR-an tau gak, yang cowoknya entah pergi kemana trus tiba-tiba kembali. Iya kan? Kamu pasti hanyut dalam imajinasi kamu lagi!" Ali menjawab pertanyaan Prilly dengan panjang kali lebar yang membuat Prilly melongo menganggukan kepalanya dengan tampang polos. Ali menyentil kening Prilly pelan sambil terkekeh.

"Prill, Nat, gue duluan ya. Pacar gue udah di depan," pamit Laras yang langsung dibalas anggukan oleh keduanya.

"Hati-hati ya Ras!"

"Yuk pulang!" Ajak Ali merangkul Prilly agar mendekat tetapi, justru Prilly malah melepaskan rangkulan Ali dan berlari menjauhinya.

"Inget, ini sekolahan!" Teriak Prilly yang sudah menjauh dari Ali menuju parkiran. Ali yang mendengar kalimat tersebut langsung mengejar Prilly yang sudah cukup jauh. Akhirnya mereka kejar-kejaran dilorong sekolah sambil tertawa bahagia.

Keduanya terengah saat sampai di mobil Ali. Mereka masih mengatur napasnya agar tak kesulitan bernapas.

"Kemana dulu kita?" tanya Ali saat dirasa napasnya sudah normal.

"Terserah. Apa mau di rumah aku aja?" tawar Prilly yang langsung disetujui oleh Ali. "Eh jangan deh, kamu mending pulang aja. Biar waktu kamu di rumah lebih banyak," ucap Prilly lagi yang membuat Ali menghela napasnya kasar.

"Aku gak mau bahas itu," ujar Ali dingin. Prilly langsung terdiam tanpa berniat membalas ucapan Ali, Ia mengalihkan pandangannya kesamping melihat mobil-mobil disampingnya yang juga berhenti karena lampu lalu lintas berwarna merah.

"Kamu kenapa?" tanya Ali lembut mengelus pipi Prilly.

"Gak papa." Prilly menjawab dengan singkat, padat, dan jelas.

"Bete sama aku?" tanya Ali lagi yang dijawab gelengan kepala. Ali menghela napas pelan, Ia tentu saja sangat sadar bahwa kekasihnya ini sedang badmood karenanya. Hingga akhirnya waktu 15 menit mereka di dalam mobil dengan keadaan hening.

Mobil Ali kini sudah berhenti di depan rumah Prilly. Lagi lagi Prilly masih terdiam namun tak kunjung turun.

"Kamu kenapa sih, Sayang?" Ali berusaha meredam emosinya yang ingin meluap begitu saja. Hari ini dirinya merasa sangat sulit mengontrol emosi dikarenakan Ia benar-benar sudah lelah akibat aktivitas sekolah. Namun Ali sangat tahu bahwa kekasihnya ini sama sekali tak bisa dibentak, berbicara dengannya benar-benar harus lembut dan juga penuh perasaan.

"Oke oke, aku pulang. Aku seharian ini akan di rumah terus. Aku akan keluar kalau mau berangkat sekolah, seterusnya aku tetep stay di rumah." Ali akhirnya mengalah yang justru membuat dada Prilly terasa sesak. Tiba-tiba pandangannya terlihat buram tertutup oleh air mata. Ali yang menyadari hal tersebut langsung menarik tubuh Prilly lembut masuk ke dalam dekapannya.

"Kamu kenapa Sayang? kata-kata aku ada yang salah lagi? ada yang bikin kamu gak suka?" Ali bertanya sangat lembut membuat Prilly makin terisak.

"Aku minta maaf." Hanya ucapan itu yang keluar dari bibir Prilly. Ali bahkan menautkan alisnya heran mendengar ucapan Prilly yang terkesan tak jelas.

"Aku yang harusnya minta maaf, aku gak nurutin permintaan kamu, aku udah nyakitin hati kamu." Prilly makin mengeratkan pelukannya ketika mendengar ucapan tersebut.

"Aku cuma mau yang terbaik buat kamu dan keluarga kamu. Mau bagaimana pun juga, mereka itu tetap keluarga kamu Li."

"Iya aku paham. Tapi kan kamu tau aku gak mau bahas keluarga aku disaat waktu yang nggak tepat, disaat kita berdua atau disaat mood aku lagi baik," sahut Ali. Tangis Prilly semakin kencang, Ali mengelus rambut Prilly lembut berusaha menenangkan gadisnya. "Aku cuma mau disaat lagi berdua, fokus aku dan kamu hanya ke kita, bukan malah kamu yang mikirin keluarga aku."

"Aku minta maaf." Lagi-lagi Prilly mengeluarkan kalimat tersebut.

"Iya udah gak papa kok, santai aja. Sekarang kamu masuk ya, aku akan langsung pulang dan gak kemana-mana. Nanti aku telfon Bryan ngabarin kalau aku gak jadi ikut tanding."

"Kamu ada tanding futsal?" tanya Prilly mendongakkan kepalanya menatap wajah Ali yang juga menunduk menatap wajah Prilly yang penuh dengan air mata.

Ibu jari Ali menghapus semua sisa-sisa air mata Prilly dengan sangat lembut. "Iya, main sampingan aja sih sama SMA sebelah. Gak masalah juga kalau aku gak ikut, gak ngaruh."

"Kok kamu gak bilang ke aku?"

"Tadinya aku mau izin ke kamu setelah sampai di rumah kamu, tapi ternyata kamu gak ngizinin aku untuk keluar. Gak papa kok Sayang," ucap Ali menenangkan perasaan kekasihnya agar merasa tak enak.

"Ya udah kamu masuk sana! Aku pulang ya, nanti aku kabarin kalau udah sampe rumah," ucap Ali mencium singkat kening Prilly. Prilly bergegas keluar dari mobil Ali dan menunggu hingga mobil Ali menghilang dari pandangannya.

Ali menghela napasnya kasar setelah selesai menelfon Bryan. Ia benar-benar tak ikut pertandingan malam ini. Padahal lawannya itu adalah musuh bebuyutannya sejak SMP dan Ali berniat membalasnya di pertandingan nanti malam. Namun apa buat jika Prilly sudah tak mengizinkannya.

•7•

"Nat, lo kok kemaren gak ikut tanding? Gue tanya ke Bryan katanya lo ada urusan," tanya Putra saat sedang dikantin bersama Ali dan Prilly sedangkan Laras seperti biasa membeli makanan untuk mereka berdua.

"Iya sorry Put, gue ada urusan semalam, jadi gak bisa. Gimana hasilnya?" tanya Ali menutupi kejadian yang sebenarnya. Ia tak ingin Prilly dianggap jelek dengan teman-temannya karena sudah melarang-larang Ali.

"Yah gitu deh, gara-gara lo nggak ada jadinya kalah, 8-6."

"Sorry gara-gara gue gak ikut jadi kalah. Next kalo tanding lagi gue ikut," ucap Ali berusaha menenangkan kekasihnya agar tak merasa bersalah. "Eh, gue enggak yakin bisa ikut atau nggak. Takut ada urusan mendadak," Ali langsung meralat ucapannya saat tersadar akan sesuatu. Kekasihnya tak ingin ia terlalu banyak keluar rumah dan harus sering-sering stay di dalam rumah.

"Yee, lo jadi labil ya sekarang! Katanya mau fokus futsalnya," ejek Bryan membuat raut diwajah Ali sedikit berubah.

Kalaupun Ali mau mengikuti pertandingan, itu artinya Ia harus menahan diri agar tak keluar rumah sehingga dirinya akan keluar rumah hanya saat mau tanding futsal.

"Aku mau ke toilet dulu," izin Prilly secara tiba-tiba dan tanpa persetujuan Ali Ia langsung pergi begitu saja menuju toilet. Dada Prilly terasa sesak mendengar penuturan Ali tadi. Ia benar-benar merasa sangat egois dengan melarang aktivitas Ali, padahal lelaki itu sudah mencintai hobi barunya yaitu bermain futsal.

"Aku harus apa Li? Di satu sisi aku ingin buat kamu jadi lebih baik dengan keluarga kamu, tapi disisi lain aku benar-benar jadi egois melarang aktivitas kamu," lirih Prilly dengan air mata yang terus mengalir membentuk sungai kecil dipipinya.

•8•

Ada yang mau punya cowok kayak Ali? Kalo aku sih mau😂 cariin satu plis cowok kayak gitu😂 semoga suka!

23 Juli 2017 - tangsel.
Republish 19 April 2020

Remote ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang