Mobil yang Ali kendarai berhenti disalah satu butik terkenal. Prilly mengernyit heran, untuk apa mereka ke sini?
"Turun yuk?" Ali turun terlebih dahulu kemudian membukakan pintu untuk kekasihnya dengan senyuman yang sangat manis.
Masih dengan rasa bingung, Prilly hanya mengikuti Ali yang menarik lembut pergelangan tangannya.
"Eh Ali, udah datang," sapa seseorang di dalam butik yang tidak Prilly kenal.
"Iya Tan. Oh iya, ini Prilly, pacar Ali. Prill, ini Tante Amara, pemilik butik ini." Ali memperkenalkan keduanya membuat mereka saling berjabat tangan dan melemparkan senyum.
"Prilly."
"Amara."
"Jadi ini yang mau dimake up, Li? Yuk Prill," ujar Amara yang masih membuat Prilly terdiam.
"Sayang, ayo! Ikutin tante Amara." Ali ikut membuka suara saat kekasihnya tak kunjung bergerak.
"Eh iya, oke oke." Rupanya Prilly sempat melamun membuat ia tak mendengar ajakan pemilik butik serta kekasihnya yang sudah memerintahkan.
Prilly saat ini menurut saja. Memakai pakaian yang diberikan, serta duduk dimeja rias tanpa tahu apa yang akan terjadi pada dirinya.
Beberapa saat kemudian, Prilly tampak sudah selesai dengan setelan gaun berwarna hitam dengan model sabrina, rambut yang dicurly pada bagian bawah dan tak lupa sepatu high heels 4 cm berwarna senada dengan gaunnya. Make up natural menyempurnakannya malam ini. Perfect.
Bahkan Prilly benar-benar kagum dengan penampilannya kali ini. Make up nya sangat natural, sehingga Prilly tak terlihat tua sama sekali. Wajah baby face yang ia punya membuat semua terlihat sempurna dari atas hingga bawah.
Ia keluar menghampiri Ali yang sedang berkutat dengan ponsel ditangannya. Terlihat sudah memakai jas berwarna hitam dengan kemeja dalam berwarna putih. Serasi dengan gaun yang juga Prilly kenakan. Sedikit heran kapan kekasihnya itu berganti pakaian.
"Li," panggil Prilly membuat fokus Ali langsung mengarah padanya. Tetapi Ali tak merespon apapun, melainkan hanya terdiam menatap Prilly tanpa kedip. Prilly yang tak mendapat respon apapun, merasa bahwa kini penampilannya tak cocok dengan yang Ali mau.
"Aku aneh ya?" Tanya Prilly membuyarkan Ali yang masih menatap Prilly tanpa kedip.
"Kamu cantik," puji Ali membuat pipi Prilly terasa memanas. Tangan Ali terulur mengusap lembut pipi gadisnya.
"Tapi, kamu siapa ya? Bidadari dari mana yang secantik ini? Boleh kenalan nggak?" Ali melontarkan kalimat bertubi-tubi yang membuat tawa Prilly pecah.
"Kamu apaan sih." Pipi Prilly sudah merah bak kepiting rebus. Kekasihnya ini sangat bisa membuatnya melayang terbang tinggi.
"Yaudah yuk," ucap Ali menggapai tangan Prilly untuk digenggam.
"Tante, Ali duluan ya! Makasih banyak ya, Tan!" Pamit Ali disaat Amara baru keluar dari dalam membuat ia hanya mengangguk beserta senyuman manis yang mengiringi mereka pergi.
"Kita mau ke mana sih, Li?" Pertanyaan Prilly sedari tadi tetap sama, ke mana tujuan mereka pergi? Namun Ali sama sekali tak menjawab, melainkan hanya tersenyum.
Prilly yang sudah kesal hanya membuang muka menatap jalanan di sampingnya melalui jendela. Perlakuan Prilly sontak membuat tawa Ali pecah dan tangan Ali terulur mengelus rambut Prilly lembut.
"Kan surprise, sayang. Kalo dikasih tau nanti gak seruuu," ucap Ali menyentil hidung mancung Prilly membuatnya terpejam.
"Ya apa salahnya sih, kamu kasih tau aku sekarang. Kan tetep aja namanya kejutan," rajuk Prilly dengan suara manjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remote Control
Fanfiction"Karena emang cuma kamu yang bisa control diri dan hidup aku, Prill!" "Tapi harusnya kamu bisa control diri dan juga hidup kamu tanpa aku, Li!" Cover by @sahabatwinstories_