RC - 8

5.3K 548 10
                                    

"Prilly!"

Namun yang dipanggil rupanya tak menyadari bahwa ada yang mengawasi dan juga memanggilnya. Justru yang diawasi sedang tertawa lepas bersama seorang lelaki teman sekelasnya.

Ali masih terus memperhatikannya. Melihat mereka yang sesekali membahas soal, dan kadang juga menertawakan hal lucu yang dilihat dihandphone Prilly.

Entah kenapa melihat Prilly bersama lelaki lain membuat dirinya cemburu walaupun lelaki itu merupakan teman sekelasnya.

Ali yang sudah berdiri cukup lama akhirnya melangkah pergi. Membiarkan mereka berdua yang entah apa yang akan dilakukan. Mungkin memendam semua masalah tanpa berbagi ke siapapun merupakan keputusan terbaik bagi Ali.

Dengan langkah lebar dirinya menuju parkiran, membanting pintu mobilnya dengan kuat dan kemudian menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Ia sudah tak perduli resiko apa yang akan ia tanggung, yang jelas ia sangat ingin cepat sampai di suatu tempat yang bisa membuatnya tenang.

•17•

Sudah sekitar 2 jam yang dirinya lakukan hanyalah duduk di sini, dikursi taman pinggir danau. Hanya membuang batu-batu kecil di sekitarnya, melemparkannya ke danau.

Ali benar-benar seperti anak hilang saat ini. Masih memakai seragam sekolah, tak berniat untuk pulang menggantinya terlebih dahulu.

Bahkan Ia tidak memiliki tempat sandaran, siapa yang ingin menjadi tempat sandaran untuknya? Tidak ada.

Tadinya Ali berniat untuk menceritakan ke Prilly pada saat pulang sekolah, tapi yang ingin mendengarkan keluh kesahnya sepertinya sudah tak perduli. Tadi pagi pun Prilly sama sekali tak bertanya mengapa ia berubah.

Ali sangat yakin bahwa Prilly merasakan perubahannya. Bukannya Ali tak ingin cerita, tetapi ia hanya menunggu waktu yang tepat.

Sejujurnya Ali sangat rindu rengekan manja Prilly yang biasa dilakukan oleh gadisnya. Ali merasa kehilangan sifat manjanya itu.

Dilain tempat Prilly dan Reno baru saja menyelesaikan tugas yang diberi oleh Pak Cahyo. Tugas Bahasa Indonesia yang harus diselesaikan pada hari itu juga.

"Prill makan dulu yuk?" ajak Reno yang membuat Prilly berpikir sejenak.

Sebenarnya gadis itu cukup kurang nyaman tak memberi kabar langsung kepada Ali. Ia sengaja hanya menitip pesan kepada Laras karena merasa tak enak meninggalkan Reno.

Ali juga bahkan tak mengirim pesan sekedar mencari tahu mengapa ia bisa pulang terlambat. Prilly sangat penasaran dimana Ali sekarang, ia sedang apa saat ini.

"Prill?" Panggilan Reno itu mampu membuyarkan lamunan Prilly. "Gimana? Makan dulu yuk?"

Dengan terpaksa akhirnya Prilly mengangguk setuju. Karena merasa perutnya juga lapar, tak salah jika dirinya menerima ajakan Reno, toh mereka memang hanya sekedar teman.

Walaupun dirinya pergi dengan Reno, tapi entah pikirannya melayang kemana. Memikirkan seseorang yang seharian ini tak ada kabar bahkan tak mencarinya sama sekali.

Reno memarkirkan mobilnya dengan rapi. Lelaki itu memutuskan untuk memakan masakan Jepang yang terdapat di mall ibu kota ini.

Mereka berdua segera turun dan menuju restoran yang dimaksud Reno.

"Abis ini temenin gue cari kado buat Mama gue mau gak?" tanya Reno membuat Prilly mati kutu kebingungan menjawab.

'Mampus! Gue jawab apa nih. Gak mungkin juga kan gue tolak.'

"Hah?! Mmm.. oke deh!" Jawab Prilly pasrah dan seadanya.

Selesai makan Reno pun segera membayarnya dan mereka berlalu pergi meninggalkan restoran tersebut. Mengelilingin mall karena Reno masih memikirkan akan memberikan kado apa kepada Mamanya.

Remote ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang